Inggris Naikkan Suku Bunga, Kontraksi Ekonomi Masih Akan Berlanjut
Inflasi di Inggris meroket. Guna menjinakkannya, Bank of England menaikkan suku bunga acuan. Namun, kontraksi ekonomi masih akan terus berlanjut.
Oleh
SIMON P SARAGIH S
·3 menit baca
LONDON, KAMIS — Bank Sentral Inggris menaikkan suku bunga 0,75 persen menjadi 3 persen. Langkah ini untuk menekan inflasi yang mencapai 10,1 persen pada September. Pukulan terhadap ekonomi makin besar dan perekonomian Inggris akan memasuki resesi yang berlangsung hingga pertengahan 2024. Ini akan menjadi resesi terlama sejak resesi 2008 hingga 2009.
Demikian peringatan Gubernur Bank Sentral (BoE) Inggris Andrew Bailey, Kamis (3/10/2029), di London. Kenaikan suku bunga terbaru sebesar 0,75 persen tersebut merupakan yang terbesar sejak 1989. Bailey menambahkan, kenaikan suku bunga masih akan berlanjut hingga ke level 5 persen walau masih lebih rendah dari perkiraan pasar sebesar 5,5 persen.
Inflasi di Inggris diperkirakan mencapai 11 persen sepanjang 2022 atau tertinggi dalam 40 tahun terakhir.
Inflasi masih terlalu tinggi dan akan mencapai 11 persen sehingga harus ditekan lewat kenaikan suku bunga. ”Inflasi akan turun, tetapi jika tidak ditekan segera akan menyebabkan masalah pada warga,” kata Bailey.
Inflasi di Inggris diperkirakan mencapai 11 persen sepanjang 2022 atau tertinggi dalam 40 tahun terakhir. Stimulus ekonomi ditambah kenaikan harga energi internasional dan gangguan pasokan global menjadi penyebab inflasi meningkat.
Situasi sulit
Derita Inggris lebih parah dibanding Amerika Serikat dan zona euro. Ekonomi Inggris juga menghadapi tekanan sejak Brexit, sebutan bagi Inggris keluar dari Uni Eropa. Aktivitas ekspor-impor antara Inggris dan Uni Eropa lebih buruk ketimbang ekspor impor Inggris dengan non-zona euro.
Samuel Tombs, ekonom Inggris dari Pantheon Macroeconomics, mengatakan, pandemi Covid-19 dan Brexit telah menciutkan perekonomian Inggris (The Guardian, 30 September). Berdasarkan data Office for National Statistics (ONS), Inggris adalah satu-satu negara anggota G7 yang mengalami kontraksi produksi domestik bruto (PDB) sejak wabah Covid-19 merebak. PDB Inggris terkontraksi 0,2 persen selama periode triwulan IV-2019 hingga triwulan II-2022.
Berdasarkan data dari Dana Moneter Internasional (IMF), produk domestik bruto (PDB) Inggris pada September 2022 sebesar 3,38 triliun dollar AS. India kini menyalip Inggris dengan PDB sebesar 3,53 triliun dollar AS. India menempati urutan kelima sebagai PDB terbesar di dunia dengan menggeser Inggris.
Secara teknis, Inggris sudah memasuki resesi yang akan berlangsung hingga pertengahan 2024.
Bailey berpendapat, kontraksi masih akan berlanjut. dan kesempatan kerja menurun. ”Jalan di depan akan sulit. Kenaikan harga energi telah membuat kita lebih miskin sebagai bangsa. Aktivitas ekonomi kemungkinan mendatar bahkan akan terkontraksi untuk sementara waktu,” kata Bailey.
Menurut BoE, ekonomi Inggris mengalami kontraksi lagi sejak triwulan III-2022. Secara teknis, Inggris sudah memasuki resesi yang akan berlangsung hingga pertengahan 2024. Berdasarkan data (ONS), PDB Inggris pada Agustus 2022 terkontraksi 0,33 persen dari Juli 2022. Kontraksi terbesar terjadi mulai dari kegiatan sosial dan kesehatan, rekreasi dan hiburan, jasa makanan, jasa lainnya, perdagangan eceran, reparasi kendaraan bermotor, serta jasa asuransi dan keuangan.
Menurunkan utang
Menteri Keuangan Inggris Jeremy Hunt mengatakan, kenaikan suku bunga akan membuat kehidupan rumah tangga dan bisnis menjadi sangat sulit. Kenaikan suku bunga akan menyulitkan keluarga dengan beban utang untuk pembayaran perumahan, juga ditambah dengan krisis global ekonomi.
”Hal terbaik yang bisa dilakukan pemerintah adalah menurunkan utang dan demikian juga keluarga,” lanjut Hunt. Pertanyaannya bagaimana Inggris menurunkan utang sementara pendapatan juga menciut. Inilah yang menjadi teka-teki bagi Inggris sekarang.
Kurs poundsterling anjlok. Ini sesuatu yang aneh karena kenaikan suku bunga biasanya akan menaikkan kurs mata uang.
Perdana Menteri Rishi Sunak juga mengatakan, ”Kita sedang menghadapi prospek ekonomi yang menyulitkan dan keputusan sulit harus dilakukan.” Sunak mencanangkan kenaikan pajak untuk semua warga Inggris, khususnya warga terkaya. Hal itu diperlukan untuk keadilan dan mengurangi tekanan pada anggaran pemerintah.
Kondisi pelik ekonomi Inggris juga terlihat dari kurs mata uangnya. Kurs poundsterling anjlok. Ini sesuatu yang aneh karena kenaikan suku bunga biasanya akan menaikkan kurs mata uang. Kurs satu poundsterling kini setara dengan 1,1157 dollar AS atau turun 2 persen dari dari 2 November.
Inggris kini juga menghadapi transaksi derivatif merugikan di sektor keuangan. Lembaga-lembaga pensiunan Inggris yang terlibat transaksi derivatif telah ketiban beban biaya akibat kenaikan suku bunga. Ini persoalan besar yang juga mengintai dan berpotensi membangkrutkan lembaga pensiunan di Inggris. (AP/AFP/REUTERS)