Korut mempercepat pengembangan senjatanya tahun ini. Puluhan rudal diuji dan diluncurkan. Sangat mungkin uji senjata nuklir taktis diadakan berikutnya.
Oleh
FRANSISCA ROMANA
·3 menit baca
TOKYO, KAMIS — Korea Utara meluncurkan kembali beberapa rudal balistik, Kamis (3/11/2022), termasuk satu rudal yang diperkirakan gagal. Sehari sebelumnya, Korut meluncurkan 23 rudal, rekor peluncuran terbanyak dalam sehari.
Para pejabat di Jepang dan Korea Selatan menyatakan, rudal yang gagal itu kemungkinan rudal balistik antarbenua (ICBM), senjata jarak terjauh yang dimiliki Korut dan didesain untuk membawa hulu ledak ke sisi seberang planet. Kantor berita Korsel, Yonhap, melaporkan, pejabat Korsel yakin ICBM itu gagal meluncur di udara. Tidak ada rincian yang disampaikan terkait hal tersebut.
Menteri Pertahanan Jepang Yasukazu Hamada mengatakan, Jepang kehilangan jejak rudal saat meluncur di atas Laut Jepang. Peluncuran itu sempat memicu peringatan bagi warga di wilayah utara dan tengah Jepang. Tak lama kemudian, peringatan itu diralat.
Pensiunan komandan Armada Bela Diri Maritim Jepang, Yoji Koda, mengatakan, hilangnya rudal dari radar menunjukkan fakta kegagalan peluncuran. ”Itu artinya, di suatu titik di jalur peluncuran, ada persoalan,” ujarnya.
Ia menambahkan, meski hulu rudal jatuh ke laut antara Semenanjung Korea dan Jepang, puing rudal yang melaju dengan kecepatan tinggi masih mungkin melintas di atas Jepang. Menurut pejabat Korsel dan AS, Korut telah beberapa kali gagal menguji ICBM tahun ini.
Tak hanya ICBM, Korut meluncurkan dua rudal balistik jarak pendek pada Kamis. Setelah peluncuran pertama, penduduk di Prefektur Miyagi, Yamagata, dan Niigata mendapat peringatan dari J-Alert Emergency Broadcasting System untuk mencari perlindungan. Rudal itu meluncur dari ibu kota Korut, Pyongyang, dan terbang di ketinggian sekitar 2.000 kilometer dengan jarak 750 kilometer.
Sekitar 1 jam setelah peluncuran pertama, militer Korsel dan penjaga pantai Jepang melaporkan peluncuran kedua dan ketiga yang dilepaskan dari Kaechon, utara Pyongyang.
Aktivitas rudal Korut menjadi perhatian tersendiri di Niigata, lokasi tujuh reaktor pembangkit tenaga nuklir Kashiwazaki-Kariwa. Saat ini semua reaktor tidak beroperasi dan tidak terdeteksi sesuatu yang tidak normal. Di Pulau Sado, lepas pantai utara Niigata, nelayan buru-buru kembali dari laut setelah mendengar suara nyaring sirene dari pengeras suara. Mereka merasa tidak aman lagi melaut. ”Kami harus benar-benar hati-hati,” kata mereka kepada stasiun televisi NTV.
Dua peluncuran rudal terakhir dilakukan Korut menyusul tuntutan Pyongyang terhadap AS dan Korsel untuk menghentikan latihan militer skala besar. Menurut Korut, provokasi militer yang menarget Korut semacam itu tidak bisa ditoleransi lagi.
Sejak 31 Oktober, AS dan Korsel menggelar salah satu latihan udara terbesar. Ratusan pesawat tempur milik AS dan Korsel, termasuk F-35, terlibat dalam misi tersebut. Setelah Korut kembali meluncurkan rudal, kedua negara itu justru sepakat untuk memperpanjang latihan udara. Seharusnya latihan yang dinamai Vigilant Storm itu berakhir pada Jumat (4/11). ”Kombinasi postur pertahanan yang kuat dari Korea Selatan dan AS diperlukan dalam krisis keamanan saat ini yang meningkat akibat provokasi Korea Utara,” sebut pernyataan militer.
Korut mempercepat pengembangan senjatanya tahun ini. Puluhan rudal diuji dan diluncurkan, termasuk ICBM pertama sejak 2017. Puncaknya adalah revisi undang-undang pada September 2022 yang memungkinan serangan nuklir pendahuluan berdasarkan situasi krisis yang didefinisikan sendiri. Pemimpin Korut Kim Jong Un mendeklarasikan negaranya sebagai kekuatan nuklir yang tidak bisa diubah. Ini secara efektif mengakhiri negosiasi atas program nuklir yang dilarang.
”Sangat mungkin uji senjata nuklir taktis diadakan berikutnya. Kemungkinan segera,” kata Chard O’Carroll, spesialis NK News yang berbasis di Seoul.
Hal senada dikemukakan Ahn Chan-il, pengamat isu Korea Utara. ”Ini acara praperayaan Korea Utara menjelang uji nuklir yang akan datang. Mereka mungkin akan melakukan serangkaian tes praktik atas pengerahan nuklir taktis,” ujarnya.
Para pakar sepakat, Korut mendorong situasi ke ujung tanduk untuk memaksa AS mengakui Korut sebagai kekuatan nuklir serta menegosiasikan konsesi ekonomi dan keamanan dari posisi yang kuat. Pembicaraan nuklir antara AS dan Korut terhenti sejak awal 2019 karena tidak ada kesepakatan dalam pelonggaran sanksi terhadap Korut dan langkah-langkah denuklirisasi. (AP/AFP/REUTERS)