Powell mengindikasikan bahwa semakin kecil kemungkinan resesi yang bersifat ringan. Bahkan, dimungkinkan resesi keras akan terjadi di depan.
Oleh
SIMON P SARAGIH S
·4 menit baca
WASHINGTON, RABU — Suku bunga inti di AS dinaikkan lagi sebesar 0,75 persen dengan tujuan meredam inflasi. Kenaikan suku bunga di waktu mendatang masih akan berlanjut karena inflasi tetap bertahan tinggi. Seiring dengan itu, potensi resesi ekonomi yang lebih keras tetap mungkin terjadi.
Demikian dikatakan Gubernur Bank Sentral AS (Fed) Jerome Powell di Washington, Rabu (2/11/2022), saat mengumumkan kenaikan suku bunga 0,75 persen. Dengan demikian, suku bunga inti di AS sekarang ini berada pada kisaran 3,25 hingga 4 persen.
Lanjutan kenaikan masih akan berlangsung di masa depan. ”Belum saatnya menghentikan kenaikan suku bunga karena inflasi masih tinggi dan tugas kami adalah menurunkan inflasi ke tingkat 2 persen,” kata Powell.
Inflasi pada September sebesar 8,2 persen dan inflasi pada Oktober diumumkan segera, November ini. Fed sejauh ini belum melihat gejala penurunan inflasi secara signifikan walau ada tanda-tanda peredaan di beberapa sektor.
Powell mengingatkan, arah kenaikan suku bunga itu bertujuan agar semua pihak yang kegiatannya terkait dengan pergerakan suku bunga berjaga-jaga dengan setiap tindakannya. Sejauh ini tetap muncul opini bahwa Fed kemungkinan akan menghentikan kenaikan suku bunga. Atau, Fed berpotensi mengubah sikap tentang arah kenaikan suku bunga karena perekonomian akan terpukul, terutama warga kurang mampu secara ekonomi.
Profesor keuangan dari Princeton University, Jeremy Siegel, merupakan salah satu yang menyerukan penghentian kenaikan suku bunga. Siegel mengatakan, suku bunga Fed sudah terlalu tinggi dan akan mampu menurunkan inflasi ke level 2 persen. Alasan Siegel, wajar ada keterlambatan efek kenaikan suku bunga terhadap peredaan inflasi. Namun, kenaikan suku bunga Fed sejauh ini sudah bisa menurunkan inflasi di depan tanpa kenaikan suku bunga lanjutan.
Oleh karena itu, Siegel mengatakan, saatnya menghentikan kenaikan suku bunga. Ia juga menyerukan, saatnya sekarang membeli saham. Siegel tidak sendirian tentang opini tersebut.
Hanya penurunan besaran
Meski demikian, tidak sedikit yang berpendapat bahwa inflasi akan menjadi spiral jika Fed menghentikan atau mengurangi kecenderungan menaikkan suku bunga. Ekonom AS, Nouriel Roubini, terus menyuarakan bahwa inflasi ”sangat bandel”.
Fed juga melihat fenomena serupa. Powell menegaskan, belum saatnya menghentikan kenaikan suku bunga. Hal yang mungkin terjadi, kata Powell, hanyalah penurunan besaran kenaikan suku bunga.
Hingga 2 November, Fed telah empat kali menaikkan suku bunga dengan besaran 0,75 persen setiap kenaikan. Kenaikan suku bunga dengan besaran 0,75 persen sudah dilakukan pada 15 Juni, 27 Juli, dan 21 September.
Sepanjang 2022 ini Fed telah enam kali melakukan kenaikan suku bunga. Pada 16 Maret Fed menaikkan suku bunga dengan besaran kenaikan 0,25 persen dan pada 4 Mei dengan besaran 0,5 persen.
Kali ini, Powell tetap menegaskan kekukuhan sikap Fed untuk menaikkan suku bunga. Hal itu ia sampaikan sekaligus untuk memberikan peringatan ke seluruh dunia. ”Tindakan Fed memengaruhi seluruh dunia dan kita tetap berkoordinasi dengan bank sentral di dunia soal rencana Fed,” kata Powell.
Risiko resesi besar
Powell mengakui, kenaikan suku bunga Fed juga akan menurunkan aktivitas perekonomian. Dalam jumpa pers, Powell ditanya soal potensi besaran resesi. Powell mengindikasikan bahwa semakin kecil kemungkinan resesi yang bersifat ringan. Bahkan, dimungkinkan resesi berat akan terjadi di masa mendatang.
Kepada Powell juga ditanyakan efek defisit anggaran Pemerintah AS, efek perang cip dengan China, serta efek kenaikan harga energi internasional. Bagaimana Fed menerjemahkan semua fonemona itu ke dalam tindakannya?
Menjawab itu Powell mengatakan, semua faktor di atas merupakan hal given. Dengan kata lain, semua faktor itu ada di luar koridor Fed. ”Tugas kami adalah mencoba menurunkan inflasi lewat kenaikan suku bunga. Dengan demikian, akan terjadi penurunan permintaan yang bisa membawa suku bunga ke tingkat lebih rendah,” kata Powell.
Sepanjang inflasi masih tinggi, Fed masih akan terus melanjutkan tugasnya. Powell tidak menyebutkan seberapa tinggi suku bunga Fed hingga dirasakan cukup untuk menghentikan kenaikan suku bunga. Powell mengatakan, banyak perkiraan tentang ancar-ancar suku bunga Fed di depan, tetapi ia memilih untuk tidak menyebutkan pada angka berapa Fed akan berhenti menaikkan suku bunga.
Powell mengatakan, terkadang ada banyak hal yang tidak bisa ditangkap dari pergerakan pasar, terkait fenomena inflasi. Hal yang bisa dilakukan Fed hanyalah tetap fokus menurunkan inflasi ke level 2 persen. Kenaikan suku bunga dilakukan dan berhenti hanya ketika inflasi mencapai 2 persen.
Tugas pemerintahan
Meski demikian, Fed tidak akan pernah bisa menurunkan sendirian inflasi ke level 2 persen. Kenaikan defisit pemerintah, hambatan pada perdagangan global, perang kepentingan di antara kelompok G-20, dan ketegangan politik AS dengan Rusia dan China akan turut memengaruhi inflasi.
Inflasi bergantung pada kelancaran pasokan barang secara global dan lokal, pada disiplin pemerintahan tentang anggaran defisit. Inflasi juga bergantung pada pasokan minyak global. Powell mengatakan, semua itu tidak bisa didikte Fed. Maka, ia mengatakan, Fed hanya bisa bekerja dalam koridornya dengan kenaikan suku bunga, tentu sembari mengamati semua perkembangan yang ada. (AFP/AP/REUTERS)