151 Orang Tewas dalam Pesta Halloween di Korsel, KBRI: WNA Korban Bukan WNI
Di antara 151 korban tewas dalam tragedi pesta Halloween di Seoul, Korea Selatan, terdapat 19 warga negara asing. Presiden Korsel Yoon Suk Yeol menetapkan masa berkabung nasional atas tragedi tersebut.
Oleh
MUHAMMAD SAMSUL HADI
·3 menit baca
SEOUL, MINGGU — Sedikitnya 151 orang tewas dan 150 orang lainnya luka-luka dalam insiden saling berdesakan dan berimpitan pada pesta Halloween di area hiburan malam, Seoul, Korea Selatan, Sabtu (29/10/2022) malam. Sebagian korban adalah pada remaja berusia 20-an tahun. Di antara korban tewas terdapat dua warga negara asing.
Duta Besar RI untuk Korea Selatan Gandi Sulistiyanto mengungkapkan, pihaknya telah memastikan kedua WNA tersebut bukan WNI. ”Hingga pagi ini, informasi dari kepolisian menyebutkan belum diketahui adanya WNI yang menjadi korban. KBRI Seoul tengah berkoordinasi dengan berbagai pihak guna menggali informasi kemungkinan adanya WNI yang menjadi korban,” kata Gandi melalui keterangan tertulis, Minggu (30/10/2022).
Mengutip keterangan Departemen Pemadam Kebakaran Korea Selatan, kantor berita AFP melaporkan, hingga pukul 08.45 WIB diketahui terdapat 19 WNA di antara 151 orang korban tewas.
Insiden mematikan tersebut terjadi sekitar pukul 22.00 waktu setempat di lorong-lorong jalan sempit di distrik pusat hiburan malam, Itaewon. Ini salah satu insiden yang menelan banyak korban pada masa damai. Hingga saat ini, Korsel secara teknis masih berada dalam situasi perang dengan Korea Utara.
Presiden Korsel Yoon Suk Yeol menetapkan masa berkabung secara nasional terkait tragedi pesta Halloween itu. ”Ini benar-benar tragis. Sebuah tragedi dan malapetaka yang seharusnya tidak terjadi di jantung kota Seoul tadi malam,” kata Yoon, Minggu.
Media setempat melaporkan, diperkirakan 100.000 orang tumpah ruah di area tersebut saat insiden terjadi. Di Korsel, pesta Halloween semalam merupakan ajang kumpulan massa di luar ruangan terbesar setelah pandemi Covid-19. Dalam beberapa bulan terakhir, pemerintah setempat telah melonggarkan aturan pembatasan sosial terkait Covid-19.
Kepala Departemen Pemadam Kebakaran Choi Seong-beom mengatakan, jumlah korban tewas masih bisa bertambah. Sebagian korban luka-luka saat ini berada dalam kondisi kritis.
Itaewon, dekat lokasi bekas markas pasukan militer AS sebelum dipindahkan keluar dari ibu kota Seoul tahun 2018, adalah kawasan yang kerap dikunjungi para ekspatriat. Di kawasan itu terdapat berbagai bar, kelab malam, dan restoran-restoran.
"Seperti domino"
Belum diketahui secara pasti, apa yang menyebabkan massa tumpah ruah dan kemudian berdesak-desakan di gang sempit dekat Hotel Hamilton, salah satu pusat pesta digelar. Salah seorang korban selamat mengungkapkan, banyak orang jatuh dan menindih satu sama lain ”seperti domino” setelah mereka saling mendorong.
Kim, nama korban selamat itu, seperti dikutip koran Hankyoreh, menuturkan bahwa mereka terperangkap dalam situasi saling berdesakan sekitar 1,5 jam. Sebagian dari mereka berteriak, ”Tolong! Tolong!”, sebagian orang lainnya telah mulai kehabisan napas.
Dalam wawancara dengan televisi berita, YTN, Hwang Min-hyeok, mengatakan bahwa dirinya terguncang melihat deretan jenazah di jalan dekat Hotel Hamilton. Sejumlah orang terlihat meratap di dekat jenazah rekan mereka.
Korban lainnya, remaja berusia 20-an tahun, yang dikutip kantor berita Yonhap, menuturkan bahwa dia terhindar dari petaka setelah masuk ke sebuah bar yang pintunya terbuka di jalan lorong dekat lokasi insiden. Perempuan bernama keluarga Park itu mengaku berada di sisi pinggir jalan sehingga bisa menyelamatkan diri. Namun, banyak orang di bagian tengah jalan tidak punya kesempatan untuk menyelamatkan diri.
Choi, kepala departemen pemadam kebakaran, mengatakan bahwa jenazah dikirimkan ke rumah sakit atau sebuah arena olahraga agar bisa diidentifikasi oleh keluarga yang kehilangan anggotanya. Ia menambahkan, kebanyakan para korban adalah warga berusia 20-an tahun.
Terakhir tragedi mematikan terjadi di Korsel juga menelan korban kebanyakan para remaja. Pada April 2014, sebanyak 304 orang, sebagian besar adalah para siswa sekolah menengah atas, tewas dalam insiden tenggelamnya kapal.
Di Asia, tragedi pesta Halloween di Korsel ini merupakan peristiwa mematikan kedua dalam sebulan terakhir yang terjadi pada kumpulan massa dalam jumlah besar. Pada 1 Oktober lalu, aparat keamanan menembakkan gas air mata seusai laga sepak bola Arema Malang versus Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, yang menewaskan lebih dari 130 orang. (AP/AFP/REUTERS)