Serangan gelombang ketiga wabah Covid-19 menjadi dasar utama terbitnya kebijakan pembatasan baru di Korsel. Lonjakan wabah diupayakan dicegah dengan sekuat tenaga di kerumunan-kerumunan kecil warga.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
SEOUL, SELASA — Pemerintah Korea Selatan kembali memberlakukan aturan menjaga jarak sosial di ibu kota Seoul mulai Selasa (24/11/2020). Presiden Moon Jae-in meminta maaf kepada warganya karena harus memperkuat langkah-langkah terkait menjaga jarak dan penerapan protokol kesehatan itu. Ia mengatakan ”tidak ada jalan lain” yang dapat dilakukan. Semua demi memutus atau mengurangi rantai penularan dan mencegah kesulitan yang lebih besar bagi bangsa itu.
Perekonomian negara terbesar keempat—dari sisi besaran ekonominya—di Asia itu kembali tumbuh pada triwulan III-2020. Kondisi itu membalikkan kontraksi tertajamnya dalam lebih dari satu dekade sebelumnya. Kondisi itu dicapai setelah Pemerintah Korsel mendorong sejumlah langkah stimulus. Mitra-mitra dagang utama yang mengurangi aneka pembatasan terkait pandemi pun ikut mendongkrak ekonomi Korsel.
Investor dan pelaku pasar di pasar saham ikut bersorak. Indeks saham acuan Korsel, KOSPI, mencapai level tertinggi sepanjang masa pada Selasa. Indeks saham itu naik sekitar 83 persen dari level terendah tahun 2020, beberapa saat setelah pandemi melanda dunia pada akhir Maret lalu. Kenaikan itu ikut didorong oleh langkah otoritas bank sentral yang memangkas suku bunga dan mengalirkan uang ke dalam sistem keuangan.
Kurang berdampak
Namun, kebangkitan harga aset keuangan baru menunjukkan sedikit dampak positif ke dalam ekonomi riil. Para wirausaha untuk jenis usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) kini harus tertegun kembali. Pembatasan baru seakan mengempaskan mereka kembali ke tanah setelah sebelumnya sempat banyak berharap.
Mereka harus benar-benar bersabar. ”Saya merasa seperti ditinggalkan sendirian dalam kegelapan,” kata Jung Gong-dan, seorang warga yang mengelola sebuah pub di dekat distrik Itaewon, Seoul.
Ia mengaku kehilangan harapan dengan terbitnya aturan baru larangan makan di restoran setelah pukul sembilan malam. Pembatasan makan di kafe dan restoran diterbitkan bersama sejumlah langkah lain. Klub malam, bar, dan tempat karaoke ikut ditutup atau dibatasi operasionalnya. Layanan angkutan umum pada malam hari juga dibatasi. Kegiatan umum keagamaan, pernikahan, dan pemakaman juga diatur dengan pembatasan. Semua kebijakan itu berlaku selama dua pekan.
Serangan gelombang ketiga wabah Covid-19 menjadi dasar utama terbitnya kebijakan baru oleh Pemerintah Korsel. Lonjakan wabah diupayakan dicegah dengan sekuat tenaga, khususnya di perkantoran, sekolah, dan kerumuman kecil. Otoritas kesehatan telah memperingatkan, gelombang infeksi saa
t ini mungkin lebih sulit untuk diatasi daripada sebelumnya karena sebagian besar terjadi di komunitas umum yang lebih luas di sekitar Seoul.
Serangan gelombang ketiga wabah Covid-19 menjadi dasar utama terbitnya kebijakan baru oleh Pemerintah Korsel. Lonjakan wabah diupayakan dicegah dengan sekuat tenaga, khususnya di perkantoran, sekolah, dan kerumuman kecil.
Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea (KDCA) melaporkan, sebanyak 349 kasus terkonfirmasi Covid-19 di negara itu. Rata-rata pertambahan kasus terkonfirmasi dilaporkan naik secara harian. Kondisi itu terjadi setelah jumlah tes atau pengujian cenderung turun, khususnya di akhir pekan. Total infeksi Covid-19 di Korsel hingga awal pekan ini mencapai 31.353 kasus dengan 510 kematian.
Keramaian yang biasanya tampak, dengan antrean panjang di jalan-jalan di kawasan perbelanjaan Seoul dan klub malam, hilang pada Senin (23/11/2020) malam. Para pelaku usaha UMKM memutar otak mereka lebih keras. Mereka berharap waktu pembatasan hanya benar-benar diberlakukan dua pekan sehingga usaha mereka dapat beroperasi seperti sebelumnya.
”Saya berencana menawarkan penjualan anggur dibawa pulang dengan diskon, yang merupakan satu-satunya cara untuk mencegah krisis keuangan mengingat penurunan pendapatan sepanjang tahun,” kata seorang pemilik bar yang menjual anggur. Pria yang memiliki dua toko di pusat kota Seoul itu telah membeli persediaan anggur senilai 10 juta won atau sekitar Rp 133 juta dengan ekspektasi adanya lonjakan pemesanan di akhir tahun nanti.
Sejumlah pelaku usaha berharap ada bantuan lebih besar dari pemerintah. Seorang pemilik pub lain di Seoul, Jung, mengaku para usahawan seperti dirinya bisa-bisa tutup permanen jika pembatasan dilakukan beberapa kali. Ia mengaku mengalami kerugian besar atas langkah serupa sebelumnya. ”Saya berharap pemerintah memberikan langkah-langkah praktis untuk membantu kami karena terus-menerus menangguhkan operasionalisasi di malam hari sama artinya kami tidak berbisnis sama sekali,” katanya, menambahkan.
Pemerintah sejauh ini belum mengusulkan putaran baru langkah-langkah stimulus. Namun, partai oposisi utama menyerukan proposal baru senilai miliaran dollar AS lewat pengalihan anggaran tahun depan ke tahun ini. Proposal itu diharapkan disetujui sehingga ada dana subsidi bagi mereka yang dilanda pandemi.
Kaum muda di Seoul telah menyuarakan rasa frustrasi dan kekecewaan pada pembatasan terbaru itu. Namun, banyak juga yang mendukungnya. ”Kondisi seperti ini memang terasa mencekik dan sangat menyedihkan; kami harus mengambil risiko saat pergi keluar dan bertemu seseorang. Namun, itu adalah hal yang benar untuk dilakukan dan mudah-mudahan kami dapat segera kembali normal,” kata Shin Jong-hyun, salah satu mahasiswa di Seoul berharap. (REUTERS)