Sebabkan 45 Orang Tewas di Mindanao, Badai Nalgae Menuju Manila
Setelah mendarat di Quezon, badai Nalgae telah menghantam Luzon, pulau utama di Filipina. Kini, ibu kota Manila terancam.
Oleh
PASCAL S BIN SAJU
·4 menit baca
MANILA, SABTU – Metropolitan Manila dan kota-kota tetangganya, Sabtu (19/10/2022), bersiap menghadapi badai tropis Nalgae yang telah menewaskan 45 orang di Mindanao, Filipina selatan. Penduduk di daerah pesisir ibu kota Filipina itu dievakuasi. Sementara kegiatan belajar mengajar di semua jenjang pendidikan hingga perguruan tinggi ditangguhkan.
Badan Layanan Atmosfer, Geofisika, dan Astronomi Filipina (Pagasa) menyatakan, badai tropis Nalgae sudah menghantam pulau utama, Luzon, setelah mencapai pesisir Catanauan, Quezon, Sabtu pagi. Saat itu kecepatan pergerakan pusaran (inti) badai berkisar 95 kilometer per jam dengan kecepatan embusan angin hingga 160 km per jam. Badai sedang bergerak menuju Manila dan sekitarnya.
Dengan kecepatan tersebut, embusan angin badai bisa merusak atap bangunan dan menumbangkan pepohonan. Nalgae diperkirakan menyebabkan curah hujan lebat yang tinggi di Metro Manila, Calabarzon-Cavite, Laguna, Batangas, Rizal, Quezon-Marinduque, Romblon, Provinsi Mindoro, dan bagian utara Palawan termasuk Kepulauan Calamian dan Cuyo.
Banyak penduduk Metro Manila diimbau berdiam di rumah sepanjang Sabtu ini, tidak lama setelah badai mencapai pantai timur Filipina. Wali Kota Manila Maria Sheilah Honrado Lacuna-Pangan, yang populer disapa Honey Lacuna, memerintahkan penutupan seluruh pemakaman di ibu kota. Di Filipina biasanya ada banyak warga yang berziarah ke pemakaman selama akhir pekan.
”Berdasarkan proyeksi kami, badai ini sangat kuat. Jadi kami benar-benar siap untuk itu,” kata Direktur Pertahanan Sipil Nasional Filipina di Manila, Rafaelito Alejandro. Ia juga mengatakan bahwa 5.000 orang yang tergabung dalam tim penyelamat telah bersiaga.
Dia menekankan agar warga di jalur badai untuk tinggal di rumah sampai badai telah berlalu menuju Laut Cina Selatan, Minggu pagi. ”Jika tidak perlu atau penting, sebaiknya kita jangan keluar hari ini karena berbahaya dan bahkan sangat membahayakan,” kata Alejandro.
Lebih dari 7.000 orang telah dievakuasi dari jalur badai menjelang Nalgae mencapai Manila. Perkiraan waktunya adalah Sabtu sore ini. Nalgae telah menghantam pulau terbesar Luzon dengan kecepatan angin 95 kilometer per jam setelah mendarat di pulau Catanduanes, Sabtu pagi.
Namun, kerusakan terjadi sejak Kamis (27/10/2022) malam hingga Jumat pagi di Mindanao, Filipina selatan. Badan bencana nasional menyebutkan, 45 orang tewas di Mindanao; mengoreksi laporan sebelumnya 72 orang tewas.
Pagasa, dalam laporan mutakhirnya, memperingatkan kemungkinan terjadinya banjir bandang dan tanah longsor yang meluas. Sebab, hujan lebat bakal terjadi di wilayah ibu kota dan provinsi-provinsi terdekat saat Nalgae melintasi Pulau Luzon menuju ke Laut China Selatan. Warga diminta waspada. Tim penolong dan otoritas terkait penanggulanan bencana diminta siaga.
Otoritas berwenang juga telah membatalkan 116 penerbangan domestik dan internasional untuk kedatangan ataupun keberangkatan dari Manila, gerbang utama Filipina. Petugas pantai mengatakan, hampir 7.500 penumpang, nakhoda, dan petugas kargo, serta 107 kapal terdampar di pelabuhan. ”Instansi pemerintah memberikan bantuan dan makanan kepada keluarga terdampak,” cuit Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr di Twitter.
Dalam beberapa tahun terakhir, banjir bandang dengan lumpur yang penuh puing-puing kayu dan batu dari sebagian besar lereng gunung yang gundul telah menjadi salah satu bencana paling mematikan yang ditimbulkan oleh badai. Petugas penyelamat fokus pada desa Kusiong di Manguindanao. Sekitar 100 orang diperkirakan terkubur tanah longsor dari gunung di dekatnya.
”Kemarin kami fokus pada penyelamatan dan sudah menemukan 11 jenazah. Hari ini kami melanjutkan pekerjaan kami, tetapi ini sudah merupakan operasi pencarian karena desa telah terkubur di bawah batu dan lumpur selama lebih dari sehari,” kata Kepala Pertahanan Sipil Mindanao, Naguib Sinarimbo, tanpa memberi data jumlah korban yang tertimbun.
Filipina dilanda rata-rata 20 badai besar setiap tahun yang menewaskan ratusan orang. Bencana itu sekaligus membuat semakin banyak orang jatuh dalam kemiskinan karena tanaman pangan rusak dan hewan ternak mati.
Pada Desember tahun lalu, badai Rai kategori 5 menghancurkan provinsi-provinsi di Filipina tengah. Akibatnya, 407 orang tewas dan lebih dari 1.100 orang terluka dalam kejadian itu. Ilmuwan memperingatkan, badai kali ini bisa semakin kuat ketika dunia menjadi lebih hangat karena perubahan iklim. (AFP/REUTERS)