Korban Tewas akibat Topan Rai di Filipina Terus Bertambah
Badai tropis yang menghantam Filipina pada 16-17 Desember menyebabkan sedikitnya 31 korban tewas dan 309.000 orang mengungsi. Permukiman dan infrastruktur rusak parah.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·3 menit baca
MANILA, SABTU — Jumlah korban tewas akibat badai tropis di Filipina selama 16-17 Desember 2021 terus membengkak. Catatan korban tewas versi pemerintah sebanyak 18 orang per 17 Desember telah bertambah menjadi 31 orang per Sabtu (18/12/2021) malam. Sementara warga yang mengungsi mencapai sekitar 309.000 orang.
Badai tropis yang disebut topan Rai itu menerjang bagian selatan dan tengah Filipina sepanjang Kamis hingga Jumat pekan ini. Pulau Palawan dan Pulau Siargao yang menjadi tujuan wisata termasuk sejumlah pulau yang diterjang topan itu. Kepulauan Visaya, satu dari tiga kelompok kepulauan di Filipina bersama dengan Luzon dan Mindanao, mengalami hal serupa.
Otoritas cuaca Filipina menyatakan, topan Rai dinaikkan statusnya menjadi angin topan super ketika menyapu Pulau Siargao, Kamis. Kecepatan maksimumnya mencapai 195 kilometer per jam atau kategori 5 alias klasifikasi tertinggi. Sehari kemudian, kecepatan surut menjadi 150 km per jam.
Topan Rai yang membawa serta hujan deras menumbangkan pepohonan serta memorakporandakan permukiman dan berbagai infrastruktur publik. Sejumlah daerah mengalami banjir, termasuk areal pertanian. Tanah longsor juga terjadi di beberapa lokasi. Sampai dengan Sabtu, komunikasi dan listrik di berbagai daerah terdampak masih terputus.
Dari kota Surigao yang berada di ujung utara Mindanao dan dekat Siargao, koresponden ABS-CBN, Dennis Datu, melaporkan, semua bangunan rusak parah, termasuk kantor penanganan bencana provinsi. Pohon-pohon tumbang dan tiang listrik roboh. Jalan utama menuju kota pesisir itu juga terputus akibat tanah longsor.
Wali Kota Surigao Ernesto Matugas mengatakan kepada ABS-CBN bahwa topan Rai menerjang kota berpenduduk sekitar 170.000 orang itu selama beberapa jam hingga mengakibatkan kerusakan parah. ”Anginnya sangat kencang. Semuanya mengalami kerusakan, seperti atap tertiup angin hingga akses jalan terhalang oleh tanah longsor,” kata Matugas.
Badan Bencana Nasional Filipina melaporkan, lebih dari 300.000 orang telah mencari perlindungan darurat saat topan melanda. Sekitar 18.000 orang dilaporkan belum kembali ke rumah hingga warta ini ditulis.
”Gambaran lengkapnya baru mulai muncul, tetapi jelas ada kerusakan yang meluas,” kata Kepala Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah di Filipina Alberto Bocanegra. Ia juga menyatakan, terputusnya jalur komunikasi di Siargao menimbulkan kekhawatiran besar atas nasib warga di pulau itu.
Topan Rai juga menyebabkan dibatalkannya puluhan penerbangan di seluruh wilayah Filipina. Direktur Eksekutif Badan Bencana Nasional Filipina Ricardo Jalad dalam keterangan pers menyatakan, bandara tersibuk kedua Filipina di Cebu rusak akibat topan itu sehingga penerbangan dari dan menuju Cebu ditangguhkan sementara.
Perjalanan laut juga terganggu. Puluhan pelabuhan harus ditutup setelah otoritas cuaca negara itu memperingatkan kemungkinan terjadinya gelombang setinggi beberapa meter. Peringatan tentang banjir di kawasan-kawasan pesisir juga dikeluarkan otoritas yang berwenang.
Masyarakat Filipina menyebut topan Rai sebagai Odette. Badai tropis sejenis umumnya menghantam Filipina sepanjang Juli hingga Oktober. Topan Rai merupakan badai ke-15 yang menghantam Filipina tahun ini.
Para ilmuwan telah lama memperingatkan bahwa topan menjadi lebih kuat dan menguat lebih cepat ketika Bumi menjadi lebih hangat karena perubahan iklim yang terutama didorong aktivitas manusia.
Filipina merupakan salah satu negara paling rentan terhadap dampak perubahan iklim. Negara itu dilanda rata-rata 20 badai setiap tahun. Topan Rai bergerak melintasi wilayah Visayas ke Palawan pada Jumat dan diperkirakan akan menuju Vietnam. (AFP/REUTERS)