Melalui forum INA-LAC, Indonesia berupaya memperluas akses pasar ke kawasan Amerika Latin dan Karibia sebagai bagian dari diplomasi ekonomi RI. Kerja sama pengembangan dan pengolahan nikel jadi salah satu sektor utama.
Oleh
KRIS MADA
·3 menit baca
Hubungan Indonesia dan sejumlah negara di kawasan Amerika Latin dan Karibia dekat secara politik selama puluhan tahun. Sayangnya, hubungan ekonomi Indonesia dengan 33 negara di kawasan itu masih jauh dari menggembirakan.
Volume perdagangan Indonesia dengan kawasan itu hanya 0,4 persen dari volume perdagangan kawasan itu dengan seluruh dunia. ”Berarti, masih terbuka peluang untuk meningkatkan hubungan dagang,” kata Direktur Jenderal Amerika dan Eropa (Amerop) Kementerian Luar Negeri RI Umar Hadi di sela-sela forum bisnis Indonesia dengan negara di Amerika Latin dan Karibia (INA-LAC) 2022, Selasa (18/10/2022), di Kabupaten Tangerang, Banten.
Diselenggarakan sejak 2019, INA-LAC merupakan bagian dari diplomasi ekonomi Indonesia untuk memperluas akses pasar. Produk domestik bruto (PDB) kawasan itu mencapai 6,6 triliun dollar AS. Walakin, nilai perdagangan Indonesia dengan kawasan itu hanya 10,5 miliar dollar AS pada 2021. Sementara sepanjang 2022, nilai perdagangannya 8 miliar dollar AS.
”Ada harapan volume perdagangan tahun ini bisa lebih meningkat,” kata Umar.
Sampai sekarang, INA-LAC menjadi satu-satunya forum pertemuan pebisnis Indonesia dengan mitra di kawasan Amerika Latin-Karibia. Forum tersebut disebut ikut berkontribusi menaikkan volume perdagangan Indonesia dengan kawasan itu. Forum tersebut memungkinkan pengusaha Indonesia-Amerika Latin dan Karibia saling mengetahui kebutuhan masing-masing. Pengetahuan itu menjadi modal untuk membuat transaksi bisnis.
Sepanjang dua hari INA-LAC, ada kesepakatan dagang senilai 16 juta dollar AS. Kesepakatan itu dibuat pengusaha Indonesia dengan pengusaha Amerika Latin dan Karibia. Sebagian pengusaha Indonesia berstatus usaha kecil dan menengah (UKM).
Masa depan
Selain kesepakatan di antara pengusaha, ada juga penjajakan pengembangan investasi. Perusahaan pertambangan asal Brasil, Vale, menjajaki peluang penambahan investasi hingga 8 miliar dollar AS. Modal itu digunakan untuk mengembangkan penambangan dan pengolahan nikel di Indonesia.
”Salah satu masa depan adalah baterai untuk kendaraan listrik. Nikel dan litium amat dibutuhkan dalam industri itu,” ujar Umar.
Di Amerika Selatan, cadangan litium utama ada di enam negara. Bolivia dan Argentina menyimpan 45 persen cadangan litium global. Chile dan Meksiko mempunyai 11 persen dan 1,9 persen. Adapun Brasil dan Peru masing-masing 1 persen. Amerika Serikat dan Kanada masing-masing 10,3 persen dan 3,3 persen. Dengan demikian, hampir seluruh cadangan litium global ada di Benua Amerika.
Indonesia dan Amerika Latin-Karibia juga menjajaki kerja sama di sektor jasa dan industri kreatif. Indonesia, antara lain, mendorong kerja sama di sektor industri animasi. ”Rantai produksi industri ini amat global sekali,” ujar Umar.
Pada industri animasi, lazim apabila studio induk terpisah ribuan kilometer dengan studio rekanannya. Bahkan, sejumlah studio terpencar di beberapa negara.
Perjanjian dagang
Indonesia menyadari, jarak dengan Amerika Latin-Karibia amat jauh. Jarak menjadi salah satu hambatan perdagangan. Masih ada sejumlah hambatan lain. Karena itu, Indonesia berusaha menghapuskan hambatan itu lewat perjanjian dagang.
Sejauh ini, Indonesia telah merampungkan perjanjian perdagangan barang dengan Chile. Kini, Indonesia merundingkan perjanjian transaksi jasa dengan negara itu.
Sementara dengan Argentina, Brasil, Paraguay, dan Uruguay, Indonesia sedang merundingkan perjanjian perdagangan barang. ”Tahun depan, Indonesia akan menjadi tuan rumah perundingan,” kata Nidya Kartikasari, Direktur Kerja Sama Intrakawasan Ditjen Amerop.
Perjanjian dagang adalah salah satu cara Indonesia dan mitranya menghadapi tantangan baru dan memanfaatkan peluang baru. ”Dunia menghadapi lingkungan baru, tantangan baru, sekaligus peluang baru. INA-LAC diharapkan bisa menjadi pelantar meraih peluang itu,” kata Umar.