Indonesia Gagas Aliansi Produsen Bahan Baku Kendaraan Listrik
Hingga 59,9 persen cadangan lithium global ada di Amerika Selatan. Pengembangan ekosistem industri kendaraan listrik Indonesia membutuhkan lithium
Oleh
KRIS MADA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Indonesia mengupayakan kerja sama dengan negara-negara pemilik cadangan lithium di Amerika Selatan. Indonesia berharap bisa membentuk jaringan penyedia bahan baku pokok kendaraan listrik.
Staf Khusus Menteri Luar Negeri RI untuk Diplomasi Kawasan I Gede Ngurah Swajaya mengatakan, kendaraan listrik selaras dengan sejumlah agenda Indonesia. Di masa keketuaan G20, Indonesia mendorong transisi energi. "Wujud agenda ini adalah produksi kendaraan listrik," kata dia, Jumat (16/9/2022), di Jakarta.
Indonesia memiliki cadangan nikel, timah, tembaga, dan bauksit yang dibutuhkan dalam produksi kendaraan listrik. Sementara lima negara Amerika Selatan punya 59,9 persen cadangan lithium global. "Dalam industri kendaraan listrik, lithium bahan amat vital," kata dia.
Penjajakan peluang kerja sama itu antara lain melalui Indonesia-Latin America and the Caribbean Business Forum 2022 (INA-LAC 2022). Digelar sejak 2019, INALAC dijadikan andalan diplomasi ekonomi Indonesia di Amerika Latin. Setelah digelar secara virtual pada 2020-2021, INALAC 2022 digelar secara hibrida pada 17-18 Oktober 2022 di Tangerang, Banten.
Di Amerika Selatan, cadangan lithium utama ada di enam negara. Bolivia dan Argentina mempunyai 45 persen cadangan terbukti lithium global. Sementara Chile dan Meksiko punya 11 persen dan 1,9 persen. Ada pun Brazil dan Peru punya masing-masing 1 persen. Sementara Amerika Serikat dan Kanada punya masing-masing 10,3 persen dan 3,3 persen. Dengan demikian, hampir seluruh cadangan terbukti lithium global ada di benua Amerika.
Terpisah, anggota Kontak Masyarakat Sipil Indonesia-Afghanistan Hamid Awaluddin menyebut, lithium salah satu alasan sejumlah pengusaha Indonesia berusaha berinvestasi di Afghanistan. Berdasarkan kajian Badan Survei Geologi AS (USGS), cadangan lithium Afghanistan ditaksir lebih besar dibandingkan gabungan cadangan Bolivia dan Argentina.
Informasi keberadaan cadangan lithium Afghanistan sudah beredar sejak empat dekade terakhir. Uni Soviet menjadi penemu pertama cadangan itu di Ghazni. AS menemukan cadangan di sejumlah provinsi lain. Ada pun China dalam beberapa tahun terakhir terus menjajaki penambangan lithium di Afghanistan.
Perusahaan China, CATL, kini menjadi produsen utama baterai untuk kendaraan listrik. Sementara LG Energy Solution dari Korea Selatan menempati peringkat kedua.
LG Energy telah memulai pembangunan pabrik baterai kendaraan listrik di Jawa Tengah. "Korea Selatan serius bermitra dengan Indonesia untuk pengembangan ekosistem kendaraan listrik," kata Direktur Jenderal Amerika dan Eropa pada Kemenlu RI sekaligus mantan Duta Besar RI di Seoul, Umar Hadi.
Umar mengatakan, ekosistem industri kendaraan listrik Indonesia tengah dibangun bersama Korsel. Kerja sama dengan Amerika Selatan bisa memperluas ekosistem itu.
Komoditas Lain
Swajaya mengatakan, Amerika Selatan punya potensi besar untuk menjadi mitra kerja sama ekonomi dan pasar ekspor Indonesia. Selama beberapa tahun terakhir, Indonesia telah mengekspor otomotif dan pesawat ke sana. “Ke depan, kami berharap semakin banyak ekspor Indonesia ke sana. INALAC salah satu cara membuka pasar ke sana,” kata dia.
Indonesia juga menjajaki kerja sama bidang farmasi. Pandemi Covid-19 menunjukkan Indonesia mampu mengembangkan vaksin. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendukung Indonesia sebagai salah satu pusat produksi vaksin global.
Sementara Duta Besar Meksiko untuk Indonesia Armando Alvarez mengatakan, kerja sama ekonomi Indonesia dengan Amerika Selatan terus berkembang. Meksiko dan tetangganya di Amerika Selatan berharap pasar Indonesia semakin membesar bagi produk-produk Amerika Selatan.
Jarak memang masih menjadi kendala perdagangan Indonesia dengan Amerika Latin. Seiring peningkatan perdagangan diharapkan tersedia semakin banyak kapal niaga yang menghubungan Indonesia dengan Amerika Latin. (REUTERS)