Meraba Pemenang Nobel Perdamaian di Tahun Penuh Gejolak Perang
Di tengah krisis global yang diwarnai perang, ancaman nuklir, hingga krisis ekonomi yang berkepanjangan sepanjang tahun ini, adakah sosok yang layak menjadi pemenang penghargaan Nobel Perdamaian 2022?
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·5 menit baca
OSLO, SENIN — Hari-hari di awal Oktober kerap disebut sebagai pekan penghargaan Nobel. Pada Senin (3/10/2022) ini hingga sepekan kemudian, Komite Nobel akan mengumumkan para pemenang Nobel di sejumlah kategori. Mulai diluncurkan sejak lebih dari 120 tahun silam, sebelum Benua Eropa dikoyak oleh dua perang dunia, penghargaan Nobel diberikan kepada sosok-sosok dunia yang telah ”berjasa memberi manfaat terbesar bagi kemanusiaan”.
Dimulai hari Senin ini untuk kategori kedokteran, pengumuman penghargaan Nobel berlanjut hari Selasa untuk kategori fisika, hari Rabu untuk kategori kimia, Kamis bidang sastra, Jumat untuk Nobel Perdamaian, dan Senin (10/10/2022) untuk kategori ekonomi. Kategori yang paling ditunggu dan satu-satunya yang diumumkan di Oslo, Norwegia—lima kategori lainnya diumumkan di Swedia—adalah pemenang Nobel Perdamaian.
Dibandingkan dengan tahun lalu, jumlah kandidat penerima penghargaan Nobel Perdamaian 2022 meningkat, dari sebelumnya 329 kandidat pada tahun 2021 menjadi 343 kandidat pada tahun 2022. Sebanyak 251 kandidat adalah perorangan, sedangkan 92 kandidat penerima adalah organisasi.
Pada tahun yang ditandai dengan perang besar di Eropa, sejak invasi Rusia ke Ukraina pada 24 Februari 2022, dan konflik-konflik lain yang masih berkecamuk di belahan bumi lainnya, menarik untuk membahas, siapa kandidat yang paling dijagokan sebagai penerima Hadiah Nobel Perdamaian tahun ini?
Komite Nobel tidak pernah mengisyaratkan siapa yang akan memenangi Hadiah Nobel di bidang kedokteran, fisika, kimia, sastra, ekonomi, ataupun perdamaian. Siapa pun dapat menebak siapa yang mungkin memenangi penghargaan tersebut. Bahkan, situs taruhan daring pun sudah mengeluarkan jurus untuk menarik minat para petaruh tentang siapa pemenang penghargaan Nobel pada tiap-tiap kategori, termasuk pemenang penghargaan Nobel Perdamaian.
Agaknya sulit untuk menerka para kandidat pemenang Nobel mengingat berbagai peristiwa yang berkelindan satu sama lain. Krisis ekonomi pascapandemi berlanjut dengan inflasi tinggi akibat harga energi yang meningkat. Perang di Ukraina juga bakal semakin sengit setelah Rusia mencaplok empat wilayah negara itu. Belum lagi, kekerasan di Iran dan Afghanistan serta kekerasan terhadap warga sipil di Myanmar yang sudah lebih dari setahun. Tak ketinggalan juga isu perubahan iklim yang makin mengkhawatirkan.
Pencalonan Zelenskyy
Di Kyiv, Penasihat Kepresidenan Ukraina Mykhailo Podolyak mengusulkan nama Volodymyr Zelenskyy, orang nomor satu di Ukraina, sebagai penerima Nobel Perdamaian tahun ini. Ukurannya adalah Zelenskyy mengambil peran dan tanggung jawab penuh terhadap situasi yang terjadi di negaranya pada saat paling berbahaya. Sampai sekarang.
”Itu juga akan menjadi hadiah bagi rakyat Ukraina, yang hari ini membayar harga tertinggi untuk hak hidup tanpa perang,” kata Podolyak.
Sejumlah anggota parlemen Eropa juga menyodorkan nama Zelenskyy dan rakyat Ukraina sebagai nama potensial pemenang Nobel Perdamaian. Alasan mereka merujuk pada perlawanan kedua kandidat tersebut menghadapi invasi Rusia.
Ivan Bezdudnyi, seorang warga Kyiv yang lahir di Mariupol, mengatakan, Hadiah Nobel yang difokuskan pada Ukraina akan sekali lagi menunjukkan dukungan dunia terhadap perjuangan mereka. ”Bagi rakyat Ukraina, hal itu menandakan bahwa kami melakukan hal yang benar, bahwa kami berada di jalan yang benar dan harus berjuang sampai akhir,” kata guru berusia 24 tahun itu.
Di kalangan para petaruh dan bandar judi, dikabarkan Zelenskyy menempati peringkat tertinggi dalam daftar taruhan sebagai penerima penghargaan Nobel Perdamaian 2022.
Dari Ukraina, tak hanya nama Zelenskyy yang dijagokan sebagai penerima penghargaan. Surat kabar Kyiv Independent juga masuk dalam daftar taruhan. ”Ini bisa menjadi hadiah baik bagi aktor internal di Ukraina—pencarian fakta, bantuan kemanusiaan,” Henrik Urdal, Direktur Peace Research Institute Oslo.
Namun, Urdal juga mengatakan, Komite Nobel hampir pasti akan selalu berhati-hati dalam mengakui, apalagi memberikan penghargaan kepada pemimpin negara yang terlibat dalam perang. Walau, dalam pandangannya, Ukraina tidak memantik perang, para pihak yang terlibat dalam konflik bersenjata selalu menyisakan masalah yang problematis bagi pengambil keputusan.
Periode yang sulit
Dan Smith, Direktur Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm, mengatakan bahwa meski dapat memahami keinginan sejumlah kalangan yang mencalonkan Zelenskyy sebagai penerima Nobel Perdamaian, pilihan itu tampaknya tidak mungkin. Sebab, Komite Nobel memiliki sejarah menghormati tokoh-tokoh yang memiliki peran besar dalam menyelesaikan, mengakhiri konflik. Bukan para pemimpin di masa perang.
Smith percaya bahwa kandidat penerima penghargaan Nobel Perdamaian terbuka pada orang atau organisasi yang memiliki peran dalam memerangi perubahan iklim atau bahkan mencegah terjadinya perang nuklir. Untuk yang terakhir, Smith menyebut Badan Energi Atom Internasional (IAEA) sebagai kandidat kuat penerima penghargaan.
”Ini adalah periode yang sangat sulit dalam sejarah dunia dan tidak banyak perdamaian terjadi,” kata Smith.
Tahun lalu, Nobel Perdamaian diberikan kepada dua jurnalis, yakni Dmitry Muratov dari Rusia dan Maria Ressa dari Filipina, terkait kiprah keduanya dalam memperjuangkan kebebasan berekspresi. Pemberian penghargaan itu kepada Muratov, jurnalis yang kritis terhadap pemerintahan Presiden Vladimir Putin di Rusia, dapat dinilai mengandung elemen anti-Putin dalam penganugerahan Nobel Perdamaian tahun lalu.
Apakah akan ada nuansa anti-Putin dalam pengumuman pemenang Nobel Perdamaian tahun ini? Menarik untuk ditunggu.
Namun, merujuk pada Smith, beberapa nama pegiat perubahan iklim bisa menjadi kandidat kuat penerima Nobel Perdamaian 2022. Greta Thunberg, aktivis iklim belia asal Swedia, dinilai sebagai salah satu kandidat yang layak menerima penghargaan tersebut. Selain itu, nama David Attenborough, penyiar sekaligus aktivis lingkungan yang lebih banyak berkecimpung melalui film-film dokumenter, pun layak ditimbang-timbang sebagai kandidat penerima. Selain mereka, juga ada nama aktivis lingkungan asal Sudan, Nisreen Elsaim, dan aktivis asal Ghana, Chibeze Ezekiel.
Jika menilik survei yang dilakukan kantor berita Reuters, dua nama lain yang muncul, Menteri Luar Negeri Tuvalu Simon Kofe dan kelompok Fridays for Future, adalah kandidat lain yang layak menerima penghargaan. Selain mereka, tokoh oposisi Rusia, Alexei Navalny, dan oposisi Belarus, Svetlana Tikhanovskaya, juga disebut-sebut dalam daftar bursa kandidat pemenang Nobel Perdamaian.
Sementara kandidat organisasi yang dijagokan, bersaing dengan kandidat individual, adalah Komisi Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR), Unicef, Komite Internasional Palang Merah (ICRC), dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Lembaga lain adalah Mahkamah Kriminal Internasional (ICC) dan Mahkamah Pengadilan Internasional (ICJ), dua organisasi yang sama-sama bermarkas di Den Haag, Belanda. (AP/AFP/REUTERS)