Biden mengajak warga AS, termasuk sebagian pemilih Republikan, melawan Donald Trump dan pendukung fanatiknya. Republikan menyebut ajakan itu memecah belah AS
Oleh
KRIS MADA
·3 menit baca
WASHINGTON, JUMAT - Politisi dan pendukung Partai Republik Amerika Serikat marah pada Presiden Joe Biden. Pidato Biden yang mengajak Republikan melawan Donald Trump dan pendukungnya menjadi penyebab kemurkaan itu.
Biden menyampaikan ajakan itu di halaman Gedung Perumusan Naskah Pembukaan Konstitusi AS, Kamis (1/9/2022) malam waktu Washington atau Jumat pagi WIB. Lampu sorot mengubah dinding gedung di Philadelphia itu menjadi merah, warna Partai Republik, dan biru, warna Partai Demokrat. Beberapa marinir berada di samping Biden.
Secara terbuka, Biden mengecam pendukung fanatik Trump dan menyebut mereka sebagai MAGA Republikan. Sebutan itu mengacu pada slogan kampanye Trump, Make Amerika Great Again (MAGA).
“Donald Trump dan MAGA Republikan mewakili ekstrimisme yang mengancam fondasi republik kita. Sekarang, saya menyatakan secara jelas, tidak semua Republikan, bahkan mayoritas Republikan, adalah MAGA Republikan,” tuturnya.
Ia mengajak Republikan yang tidak mendukung Trump bersatu bersama pendukung Demokrat dan kelompok independen melawan Trump. “Demokrasi tidak bisa bertahan jika salah satu pihak percaya hanya dua hasil pemilu : mereka menang atau dicurangi. Itulah pandangan MAGA Republikan sekarang,” ujarnya.
Pidato itu disampaikan dua bulan menjelang pemilu sela AS pada 8 November 2022. Sejumlah calon yang disokong Trump telah memenangi proses pemilihan internal di Partai Republik. Mereka akan tercantum dalam surat suara untuk memilih seluruh anggota DPR dan 35 senator AS.
Pemilu November 2022 juga akan memilih gubernur 39 negara bagian. DPR dan senat serta pejabat di puluhan negara bagian serta kota dan kabupaten juga akan dipilih dalam pemilu November.
Pemilu November 2022 akan menentukan dominasi Demokrat di perpolitikan AS. Kini, 219 dari 435 kursi DPR dan 50 dari kursi Senat AS diduduki Demokrat. Walakin, Demokrat hanya menduduki 22 dari 50 kursi gubernur negara bagian AS.
Reaksi
Para politisi Republikan bereaksi keras terhadap pidato Biden. Calon senator Republikan dari Ohio, James David Vance, menyebut Biden malah memecah belah AS. Sebagai presiden, seharusnya Biden mempersatukan bangsa itu. Pendapat serupa disampaikan calon anggota DPR AS dari Florida, Cory Mills. “Biden adalah pemimpin perpecahan,” ujarnya sebagaimana dikutip Fox News.
Trump menyebut Biden mengancam AS. Penampilan sejumlah marinir di sekitar podium pidato Biden dinilai Trump sebagai bentuk kesiapan Biden menggunakan militer untuk mengancam AS. “Seseorang harus menjelaskan kepada Biden, mungkin dengan sabar, MAGA berarti membuat AS hebat lagi. Jika dia tidak mau AS hebat lagi, baik lewat tindakan atau kata-kata, dia tidak jelas tidak layak mewakili AS,” tulisnya di media sosial.
Senator Republikan Ted Cruz menyebut Biden menghina AS lewat pernyataan penuh perpecahan dan kemarahan itu. Ia menyebut Biden tidak paham kenyataan yang dipenuhi kegagalan. “Dia tidak tertarik memulihkan jiwa bangsa. Dia hanya tertarik mengadu domba bangsa,” kata dia.
Ketua Fraksi Republik di DPR AS Kevin McCarthy juga menuding Biden berusaha memecah belah AS. “Alih-alih menyatukan bangsa dan menyelesaikan aneka tantangan, Presiden Biden memilih memecah belah, dan menghina sesama bangsa AS, hanya karena mereka tidak setuju kebijakannya,” kata dia.
Seharusnya, Biden meminta maaf kepada bangsa AS. Sebab, Biden menuding jutaan orang AS sebagai fasis. “Di masa lalu, dalam dua tahun, Joe Biden menyerang jiwa bangsa, rakyatnya, hukum, dan yang paling suci, dia menyerang demokrasi kita. Kebijakannya amat melukai jiwa bangsa. Menghilangkan semangat Amerika dan mengkhianati kepercayaan Amerika,” ujarnya.
Menurut dia, Biden tidak paham jiwa bangsa. “Jiwa bangsa ini adalah jutaan pekerja keras, penyinta keluarga, warga patuh hukum yang kini dicemooh dia (Biden) karena mereka mau negara yang lebih kuat, aman, dan sejahtera,” kata dia.
McCarthy menyebut, Demokrat telah gagal. Padahal, Demokrat praktis menduduki Washington. Faktanya, AS kini menghadapi inflasi tertinggi dalam hampir 4 dekade terakhir.