Persaingan untuk jabatan Perdana Menteri Inggris yang baru memasuki pekan terakhir. Truss secara konsisten mengungguli Sunak dengan selisih cukup besar dalam jajak pendapat terbaru.
Oleh
FRANSISCA ROMANA
·3 menit baca
LONDON, SENIN – Menteri Luar Negeri Inggris Liz Truss (47) muncul sebagai kandidat favorit menggantikan Boris Johnson sebagai pemimpin Partai Konservatif sekaligus perdana menteri. Truss dinilai lebih berpengalaman secara politik atas lawannya, mantan Menteri Keuangan Rishi Sunak (42).
Persaingan untuk jabatan Perdana Menteri Inggris memasuki pekan terakhir. Kantor berita AFP, Senin (29/8/2022), melaporkan, Truss secara konsisten mengungguli Sunak dengan selisih cukup besar dalam jajak pendapat Partai Konservatif atau Tory. Setidaknya 200.000 anggota akar rumput Tory berhak memberikan suara sejak awal bulan ini hingga paling akhir pada 2 September.
Pemenang diumumkan pada 5 September dan secara efektif akan menggantikan Johnson di Downing Street pada hari berikutnya. Setelah dibelit serangkaian skandal, pada Juli lalu, Johnson menyatakan akan mengundurkan diri dari jabatan PM setelah terpilih PM baru.
Awalnya ada delapan anggota parlemen dari Tory yang memenuhi syarat untuk bertarung menuju kursi PM, sebelum partai mengerucutkan menjadi dua kandidat. Sunak sempat unggul atas kandidat lainnya. Truss baru masuk ke posisi kedua terakhir pada 20 Juli dengan selisih hanya delapan suara. Namun, setelah itu, dia menjadi unggulan dan memenangi dukungan dari para menteri lain di kabinet Johnson.
Kedua kandidat telah memaparkan kebijakan masing-masing dalam debat di televisi. Namun, survei terakhir menunjukkan, Truss memimpin dengan lebih dari 30 poin.
Sunak akan menjadi PM Inggris kulit berwarna pertama jika terpilih. Akan tetapi, dia menghadapi kritik atas perannya dalam melengserkan Johnson. Adapun Truss secara konsisten menyampaikan janji tentang pemotongan pajak masif dan tidak terlalu banyak mengkritik Johnson.
”Dia politisi yang lebih baik. Jika Anda bertanya apa inti kampanye Liz Truss, saya bisa langsung jawab: pemotongan pajak. Sangat jelas,” kata John Curtice, pakar politik pada University of Strathclyde di Glasgow.
Menurut dia, Truss secara efektif mengampanyekan pesan tradisional Partai Konservatif kepada anggota partai.
Truss menggambarkan kariernya yang menanjak ke puncak politik Inggris sebagai perjalanan. Dia berasal dari keluarga dengan latar belakang haluan kiri dan awalnya bergabung dengan Partai Demokrat Liberal yang berhaluan tengah, sebelum meloncat ke sayap kanan bersama Tory. Dia menjadi anggota parlemen dari daerah pemilihan South West Norfolk di Inggris bagian timur tahun 2010. Sejak 2012, Truss memegang serangkaian jabatan menteri, yakni Menteri Pendidikan, Menteri Keuangan, dan Menteri Kehakiman.
Tahun 2016, Truss mendukung Inggris tetap bergabung dengan Uni Eropa. Namun, dia dengan cepat berubah menjadi pendukung warga Inggris yang memilih keluar dari UE atau Brexit. Saat Inggris keluar dari UE, Johnson memberi dia tanggung jawab untuk menegosiasikan perjanjian perdagangan sebelum akhirnya menunjuk dia sebagai menteri luar negeri tahun lalu.
Cara berpakaian dan foto-foto Truss, seperti berpose di depan tank di Estonia dan mengenakan topi bulu di Moskwa, membuat dia dibandingkan dengan ikon Tory, Margaret Thatcher. Meski gayanya kaku, Truss kini dinilai lebih rileks dan citranya lebih lembut dengan kesukaannya berkaraoke dan bersosialisasi.
Sementara Sunak, cucu imigran India, tumbuh sebagai putra seorang dokter di Southampton, pesisir selatan Inggris. Dia kuliah di kampus bergengsi, Winchester College, lalu melanjutkan ke Oxford University.
Dia mewakili daerah pemilihan Richmond di Inggris bagian utara sejak tahun 2015. Ia langsung ditandai sebagai PM Inggris masa depan. Sunak menjabat menteri keuangan pada awal 2020 dan menuai pujian sebagai ujung tombak pemerintah dalam mendukung warga dan pengusaha yang terdampak pandemi Covid-19.
Namun, penyuka film Star Wars ini mengalami serangan balik tahun ini setelah muncul laporan bahwa istrinya tidak membayar pajak Inggris. Kritikus juga mengangkat isu kekayaan pribadi, pakaian-pakaian mahal, dan rumah mewah untuk mencitrakan Sunak tidak terhubung dengan rakyat jelata.
Siapa pun yang memenangi kursi PM Inggris, ia sudah dinanti tantangan berat. Inggris didera inflasi tertinggi dalam 40 tahun. Peringatan resesi ada di depan mata. PM baru juga harus berjuang menyatukan kembali anggota Tory yang terbelah akibat pertarungan Truss dan Sunak. (AFP)