Hakim Florida, Bruce Reinhart, terus menjalankan tugasnya terkait penggeledahan di kediaman Trump. Departemen Kehakiman AS meminta Reinhart tidak mengabulkan permohonan pengungkapan tambahan itu.
Oleh
KRIS MADA
·3 menit baca
WASHINGTON, KAMIS — Sekelompok orang yang teridentifikasi sebagai pendukung Donald Trump mengancam Bruce Reinhart. Ancaman mengalir ke Reinhart setelah hakim di Florida, Amerika Serikat, itu diketahui menyetujui penggeledahan terhadap kediaman resmi Trump, pekan lalu.
Dilaporkan Associated Press pada Kamis (18/8/2022) dini hari, sejumlah laman menampilkan alamat rumah Reinhart. Laman-laman kelompok pendukung Trump itu juga membagikan alamat serta jadwal kegiatan Reinhart di luar rumah.
Selepas informasi itu tersebar, sejumlah surat berisi ancaman pembunuhan dikirimkan ke rumah Reinhart. Sinagoge tempat Reinhart beribadah juga menghentikan layanan pada Jumat pekan lalu. Sebab, ancaman ke Reinhart dikhawatirkan membahayakan jemaat lain.
Meski diancam, Reinhart terus menjalankan tugasnya terkait penggeledahan pada kediaman mantan Presiden AS itu. Pada Kamis ini, ia dijadwalkan mendengar sidang permohonan pengungkapan informasi terkait penggeledahan itu. Sebelumnya, ia mengabulkan permohonan agar surat perintah dan daftar sitaan dari penggeledahan diungkap.
Departemen Kehakiman AS meminta Reinhart tidak mengabulkan permohonan pengungkapan tambahan itu. Pengungkapan tersebut bisa mengganggu proses penyelidikan terhadap Trump ataupun proses lain. Informasi yang dilindungi penyidik pada Biro Investigasi Federal AS (FBI) termasuk daftar saksi dan informasi yang mereka berikan serta cara penyelidikan. Hukum AS mengizinkan informasi itu ditutup dari publik selama proses penyelidikan dan penyidikan.
Departemen Kehakiman khawatir pengungkapan informasi dalam kasus Trump membuat tidak ada lagi saksi mau bekerja sama dengan penyidik. Sebab, mereka bisa dalam beragam bahaya jika jati dirinya terungkap.
Pakar hukum tata negara AS, Page Pate, tidak yakin Reinhart menyetujui pengungkapan itu. Selain posisi pemerintah dan penyidik sudah kuat, pengungkapan tersebut juga bisa membahayakan para saksi dan pihak lain yang terlibat dalam penggeledahan. ”Bahkan, jika yang diselidiki tidak terkait keamanan nasional seperti sekarang, pengungkapan itu sulit terjadi. Hampir tidak ada hakim pernah menyetujui hal itu,” katanya.
Ancaman Trump
FBI juga cemas dengan ancaman Trump untuk menyiarkan rekaman kamera pemantau selama proses penggeledahan. Rekaman itu bisa mengungkap penyelidik yang menggeledah dan pihak lain yang terlibat.
Trump telah mengumumkan niatnya untuk menyiarkan rekaman itu. Mantan Wakil Direktur FBI Andrew McCaba mengatakan, FBI sangat cemas dengan perkembangan itu. Pendukung Trump dikenal sangat agresif dan siap melakukan hal tidak terduga. Penyerbuan gedung parlemen AS pada Januari 2021 dan pengancaman terhadap Reinhart adalah sebagian buktinya.
Adapun mantan Wakil Presiden AS Mike Pence meminta seluruh kader dan pendukung Partai Republik menahan diri. Mantan wakil Trump itu meminta seluruh pendukung Trump dan Partai Republik tidak menyasar aparat yang terlibat dalam penggeledahan. Ajakan mengurangi dana FBI juga tidak pantas dilontarkan.
”Fokus minta pertanggungjawaban pada jaksa agung. Partai kita mendukung penegak hukum di pusat dan daerah. Serangan pada FBI harus dihentikan. Ajakan mengurangi dana FBI sangat tidak pantas, sama tidak pantasnya dengan ajakan mengurangi dana kepolisian,” tuturnya.
Ia mengaitkan soal pendanaan itu dengan permintaan sebagian pendukung Demokrat. Selepas kematian George Floyd di Atlanta, AS diguncang kerusuhan rasial. Salah satu wacana yang mengemuka dalam rangkaian unjuk rasa itu adalah menghentikan pendanaan pada kepolisian.
Terpisah, Senator Republikan Lindsey Graham menyebut penggeledahan itu menguntungkan Trump. Selepas penggeledahan tersebut, semakin besar kemungkinan Trump kembali mencalonkan diri sebagai Presiden AS lewat Pemilu 2024. ”Saya sudah berbicara dengan dia dan saya yakin dia akan kembali mencalonkan diri,” ujarnya.
Sekutu Trump itu menyebut, penggeledahan tersebut terjadi tiga bulan sebelum pemilu sela AS pada November 2022. ”FBI mengirimkan agen ke rumah mantan presiden, bakal calon dengan peluang keterpilihanan tertinggi di 2024. Dapatkah Anda membayangkan apa yang sedang terjadi?” katanya.