Bersatu dalam Melodi
Kebersamaan tidak memandang status. Pertemuan juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Hua Chunying dengan 24 wartawan peserta program Pusat Komunikasi Pers Internasional China berlangsung hangat dan semarak.
”Heal the world/ make it a better place/ For you and for me and the entire human race/ There are people dying/ If you care enough for the living/ make a better place for you and for me/....” Everyone! Come on!
Begitu salah satu penyanyi, wartawan dari Indonesia, mengajak hadirin untuk ikut naik ke atas panggung. Sontak banyak orang segera berlari ke panggung, bernyanyi sambil bergoyang. Tak ketinggalan pula Hua Chunying, Asisten Menteri Luar Negeri China sekaligus juru bicara Kementerian Luar Negeri China.
Baca juga: Serba Masa Depan di Negeri Masa Lalu
Hua segera diikuti sejumlah pejabat tinggi China lainnya yang juga tak segan menggoyangkan badan dan lantang bernyanyi. Dengan wajah semringah dan tarikan senyuman yang lebar di wajahnya, Hua ikut berdendang, gemulai menari, dan bertepuk tangan.
Sesekali mik diberikan kepadanya hingga terdengar suaranya yang riang. Malam itu, tidak ada urusan politik, tidak ada urusan serba pelik. Yang ada hanya melodi dan kebersamaan.
Ketika lagu berakhir, suasana di dalam Wisma Kenegaraan Diaoyutai, Jumat (12/8/ 2022) malam, gempar dengan sorakan pujian dan tepukan tangan tiada henti dari hadirin. Penampilan dari 24 wartawan Asia Pasifik ini merupakan bagian dari acara pembukaan program Pusat Komunikasi Pers Internasional China (CIPCC) yang sudah berlangsung sejak tiga bulan lalu.
Hua segera menghampiri Kompas dan mengucapkan terima kasih atas penampilan seru dari kelompok wartawan kawasan Asia Pasifik yang berpartisipasi dalam program CIPCC 2022. ”Selamat untuk penampilan yang luar biasa. Saya sangat suka. Kapan-kapan buat lagi di kantor saya ya. Janji ya. Kita harus ketemu dan menyanyi bersama lagi. Kalian sudah membuat saya sangat bahagia. Saya senang berada di tengah-tengah kalian,” kata Hua dengan wajah semringah.
Baca juga: Hidup Tak Menentu di China pada Era Nihil Covid-19
Hua pun melanjutkan perbincangan ke topik Pulau Bali setelah ia mengetahui Kompas adalah media dari Indonesia. Hua bercerita pernah ke Bali, 20 tahun lalu. Sambil bercerita, Hua sibuk mencari foto saat di Bali di ponselnya. Ketika fotonya ketemu, ia langsung menunjukkan dua foto.
”Itu saya, 20 tahun lalu. Masih muda, kan. Pangling ya?” ujarnya sambil tertawa. ”Saya tidak pernah menunjukkan foto-foto pribadi saya ini ke orang lain. Hanya ke kalian ini saja sekarang,” ujarnya sambil tertawa. Hua lalu menceritakan rencananya untuk datang ke Bali lagi saat pertemuan G20, November nanti.
Bertemu dengan pejabat tinggi di China tak semudah seperti di Indonesia. Apalagi untuk kepentingan wawancara. Jadi, ketika Hua datang ke acara itu lalu menikmati penampilan wartawan kemudian kerasan dan enggan pergi dari acara, itu luar biasa.
Hua merasa baru kali ini ada penampilan yang bisa mengajak atau menarik banyak orang untuk ikut naik panggung. Pejabat-pejabat tinggi China yang ikut hadir di acara itu pun mengiyakan. Para asisten program CIPCC bahkan menilai penampilan Asia Pasifik mind blowing.
”Selama ini acara dan penampilannya selalu kaku dan tidak seru seperti ini. Ini beda sekali. Baru kali ini ada yang seru karena semua orang jadi ingin ikut nyanyi dan menari,” kata salah satu asisten, Wang.
Baca juga: Ekonomi Digital, Pintu Menuju Masa Depan
Asisten-asisten Hua pun heran atasannya begitu luwes menggoyangkan badannya dan ikut menyanyi. Bahkan, mereka bingung karena Hua tak mau segera meninggalkan acara seperti yang biasanya dilakukan saking banyaknya agenda. Baru kali ini, Hua kerasan dan menghabiskan waktu lama di satu acara. ”You inspired her. Kami tak pernah melihatnya begini,” ujar salah satu asisten Hua kepada Kompas.
Prajurit serigala
Di kalangan wartawan, terutama yang meliput isu internasional, siapa yang tak kenal Hua Chunying. Ia sangat dikenal sebagai juru bicara Kemenlu China. Ia biasa menjawab pertanyaan dengan ”cadas”.
Hua termasuk salah satu diplomat ”prajurit serigala” China, diplomat yang mengambil sikap galak atau antagonis di ruang daring seperti Twitter demi membela reputasi dan kepentingan China.
Ada dua prajurit serigala China paling terkemuka, yakni Hua dan Zhao Lijian, yang juga jubir Kemenlu China.
Namun, petang itu, Hua bukanlah seperti yang selama ini dikenal. ”Masyarakat China akan terus menjadi tuan rumah yang baik dan berteman dengan tulus. Saya yakin kunjungan dan studi Anda di China akan menyenangkan dan produktif,” kata Hua.
Baca juga: Tapak Tilas PKC Meniti "Impian China"
Ketika berpidato sebelum acara hiburan, Hua mengatakan, China yang berpopulasi 1,4 miliar jiwa, dengan sejarah dan peradaban yang membentang 5.000 tahun, selalu akan menjadi bagian dari anggota keluarga besar negara berkembang yang berdiri bersama dalam suka-duka. ”Kita tidak akan pernah lupa saudara-saudari kita di Asia, Afrika, dan Amerika Latin yang membantu memulihkan kedudukan sah China di Perserikatan Bangsa- Bangsa. Saat ini, China berada pada pijakan yang lebih baik. China akan melakukan yang terbaik untuk membantu sehingga kita semua dapat memiliki kehidupan yang lebih baik,” kata Hua.
Di tengah banyak tantangan, ia mengajak seluruh dunia untuk bersatu, bekerja sama, dan saling mendukung. ”Ada banyak intimidasi dan hegemoni di media dan propaganda. Kita perlu berbicara dengan satu suara yang lebih keras dan lebih jelas,” ujarnya.
Ketika mengakhiri perjumpaan, Hua menitipkan pesan agar wartawan berbagi kisah berdasarkan fakta yang dilihat, dialami, dan dirasakan sendiri. ”Semoga setelah saling mengenal, persahabatan kita akan semakin erat,” ujarnya.