AS Tuding India Jadi ”Rute Siluman” Ekspor Minyak Rusia
Kementerian Keuangan Amerika Serikat mengatakan bahwa India menjadi alibi untuk menutupi ekspor minyak Rusia. Bahkan ekspor itu antara lain ke New York.
Oleh
KRIS MADA
·3 menit baca
WASHINGTON, SENIN — Kementerian Keuangan Amerika Serikat melaporkan bahwa India menjadi ”rute siluman” ekspor minyak Rusia ke sejumlah tujuan internasional. Ironisnya, salah satu tujuan ekspornya adalah Amerika Serikat, negara yang terdepan menjatuhkan sanksi kepada Rusia.
Persoalan ini disampaikan Washington kepada New Delhi. Adalah Wakil Gubernur Bank of India, Michael Patra, yang mengungkapkannya. ”Ada kapal mengangkut minyak olahan dari Rusia dan tidak dinyatakan akan menuju ke mana kala meninggalkan pelabuhan. Di tengah pelayaran, kapal mendapatkan koordinat tujuan lalu mengarah ke sana. Ternyata ke New York,” ujar Patra sebagaimana dilaporkan Reuters pada Minggu (14/8/2022).
Sejak Februari 2022, AS melarang impor semua bentuk komoditas energi dari Rusia. Larangan itu bagian dari sanksi Washington setelah Rusia menyerbu Ukraina. Patra mengatakan, muatan di kapal itu diolah di salah satu pabrik plastik. ”Perang berlangsung dengan cara yang aneh,” katanya.
Patra merupakan pejabat tinggi India pertama yang berkomentar soal peran India dalam perdagangan minyak Rusia. Selama ini, India selalu menahan diri mengomentari soal pembelian komoditas energi dari Rusia.
Meski menjadi salah satu sekutu AS di Asia, India bersikap berbeda soal Rusia. Sampai sekarang, India menolak terlibat dalam sanksi AS dan sekutunya pada Rusia.AS dan sekutunya mengurangi impor minyak Rusia hingga 2,2 juta barel per hari. Sementara pasar pengganti baru menyerap 1,46 juta barel per hari.
Ekspor minyak Rusia sudah terpangkas dari 8 juta barel per hari pada Januari 2022 menjadi 7,4 juta barel per hari pada Juli 2022. Perolehan devisa Rusia dari ekspor minyak terpangkas dari 21 miliar dollar AS pada Juni 2022 menjadi tinggal 19 miliar dollar AS pada Juli 2022.
Presiden Rusia Vladimir Putin menyebut hubungan Rusia-India terus berkembang. ”Moskwa dan New Delhi sukses bekerja sama di berbagai area,” ujarnya dalam pidato ucapan selamat atas peringatan hari kemerdekaan India, Senin (15/8/2022).
India, sekutu AS sekaligus lawan China, menolak mengecam atau menjatuhkan sanksi kepada Rusia gara-gara perang di Ukraina. Perdana Menteri India Narendra Modi dan para pejabat India tetap menolak meski Presiden AS Joe Biden dan pejabat AS melobi secara langsung.
Moskwa dan New Delhi sukses bekerja sama di berbagai area.
Bahkan, Asisten Menlu AS Bidang Asia Selatan dan Asia Tengah, Donald Lu, sampai mengancam menjatuhkan sanksi kepada India yang terus akrab dengan Rusia. Ancaman Lu, yang diungkap dalam dengar pendapat Senat AS, tidak mengubah sikap New Delhi.
Dalam pertemuan Quad pada 3 Maret 2022, Modi keberatan jika pernyataan bersama aliansi itu dipakai untuk mengecam Rusia. Modi mau aliansi yang dibentuk bersama AS, Australia, dan Jepang itu fokus pada Indo-Pasifik saja.
India salah satu negara yang menggantungkan pertahanan dan keamanan pada produk-produk Rusia. Sebagaimana dilansir International Institute for Strategic Studies (IISS) dan Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI), Rusia menjadi pemasok utama persenjataan India selama puluhan tahun.
Moskwa membantu New Delhi mengembangkan persenjataan domestik. Berbagai rudal, sistem pertahanan udara, hingga kapal perang India dibangun dengan bantuan Uni Soviet, dilanjutkan Rusia. India selalu masuk tiga besar tujuan ekspor senjata Rusia.
India tidak pernah lupa kepada Uni Soviet yang berkali-kali menggunakan hak vetonya untuk melindungi India di PBB. Sebaliknya, AS dan sekutunya bolak-balik menyasar India di PBB.
Pasokan Rusia membuat India bisa mengimbangi China dan Pakistan, tetangga sekaligus musuh bebuyutannya. New Delhi sulit melupakan dukungan besar-besaran Washington pada Islamabad selama puluhan tahun.
Guru Besar Hubungan Internasional pada Jawaharhal Nehru University Sanjay Kumar Pandey menyebut, India tidak pernah lupa kepada Uni Soviet yang berkali-kali menggunakan hak vetonya untuk melindungi India di PBB. Sebaliknya, sebagaimana dilaporkan, antara lain The Times of India, Indian Express, serta The Hindu, AS dan sekutunya bolak-balik menyasar India di PBB. (AFP/REUTERS/RAZ)