Menteri Luar Negeri Taiwan, Joseph Wu, mengatakan, latihan militer China menjadi simulasi serangan Beijing ke Taipei. Pengamat memperkirakan, serangan itu tidak dalam waktu dekat, tetapi beberapa tahun lagi.
Oleh
KRIS MADA
·4 menit baca
TAIPEI, RABU — Taipei menuding Beijing mematangkan persiapan serangan ke Taiwan lewat latihan militer sejak pekan lalu. Meski demikian, serangan asli diperkirakan baru akan terjadi pada bebeapa tahun mendatang.
Menteri Luar Negeri Taiwan Joseph Wu mengatakan, China telah melanggar hukum internasional kala menggelar latihan sejak pekan lalu. ”China memakai latihan untuk mempersiapkan serangan ke Taiwan. Mereka menggelar latihan besar-besaran dan peluncuran rudal, serangan sibernatika, disinformasi, dan tekanan ekonomi untuk melemahkan semangat warga Taiwan,” ujarnya, Selasa (9/8/2022), di Taipei.
Penembakan rudal dan roket serta pengerahan ratusan pesawat dan kapal militer juga untuk menakut-nakuti negara lain. Dengan demikian, mereka tidak akan membantu Taiwan jika China menyerbu. ”Jelas ada strategi geopolitik lebih besar ditunjukkan lewat (latihan) itu,” katanya.
Berdasarkan perkembangan sepekan terakhir, ia meyakini China akan semakin kerap mengerahkan kapal perang dan pesawat militer memasuki wilayah yang diklaim Taiwan. ”Amat mungkin niatnya tidak akan berhenti di sana,” ujarnya.
Ia menyinggung pula aktivitas China di Laut China Selatan dan Pasifik Selatan. Kehadiran aparat dan perangkat perang di sana menunjukkan ambisi geopolitik China yang lebih jauh.
China mengumumkan latihan perang mengelilingi Taiwan selepas Ketua DPR Amerika Serikat Nancy Pelosi dipastikan menyambangi Taiwan. Beijing mulai mengerahkan ratusan kapal perang dan pesawat militer mendekati Taiwan kala Pelosi masih di Taiwan.
Sementara penembakan dengan rudal dan roket asli dimulai sehari setelah Pelosi meninggalkan Taiwan. Sebagian roket China melintasi Taiwan dan menyasar sisi timur pulau itu. Taiwan terletak di timur China. Roket-roket ditembakkan dari sisi barat Selat Taiwan dan terbang ratusan kilometer tanpa dicegat.
Pada Selasa dan Kamis pekan ini, Taiwan juga menggelar latihan perang. Menu latihan menunjukkan Taiwan berusaha mempertahankan diri jika ada serangan. Dari Kabupaten Pingtung, Taiwan menembakkan 78 meriam dan enam mortar berat ke arah selatan.
Meski latihan militer China amat gencar, Joseph meyakini serangan China masih lama. ”Masih butuh bertahun-tahun lagi sebelum akhirnya terjadi,” katanya.
Direktur Kebijakan pada Departemen Pertahanan AS Colin Kahl juga berpendapat senada. Washington belum mengubah pendapatnya soal Taipei meski ada latihan besar dalam sepekan terakhir. ”Tidak ada yang terjadi tanpa diantisipasi,” katanya.
Ketegangan di Taiwan membuat kondisi semakin genting. Meski demikian, AS akan meneruskan kebijakan selama ini. Kebijakan itu ialah mengakui Republik Rakyat China sebagai satu-satunya pemerintahan yang sah untuk mewakili dan memakai nama China di panggung internasional.
Di sisi lain, AS akan terus mempertahankan hubungan tidak resmi dengan Taiwan. AS juga akan terus mengerahkan pesawat dan kapal perangnya ke mana pun, termasuk sekitar Taiwan. ”Jelas RRC berusaha menekan Taiwan, jelas mereka mau menekan komunitas internasional. Kami tidak akan menerima itu,” kata Kahl.
Ia mengatakan itu karena sikap AS saat ini jauh lebih lunak dibandingkan pada 1995. Dulu, AS mengerahkan dua gugus tempur laut (guspurla) setelah China menembakkan rudal ke arah Taiwan. China juga memobilisasi pasukan, yang sebagian besar berada di darat, di sekitar Taiwan. Setelah pengerahan dua guspurla AS, China menarik pasukannya.
China sekarang punya dua kapal induk, ratusan kapal perang, puluhan kapal selam, dan ribuan pesawat tempur, serta helikopter serbu. Beijing juga punya ratusan hulu ledak nuklir yang sebagian siap ditembakkan kapan pun.
Kini, AS malah mendadak membatalkan uji coba rudal balistik antarbenua. Padahal, uji coba itu sudah direncanakan sejak 2021. Sepanjang 2022, sudah dua kali uji coba itu dibatalkan. Uji coba pada Maret dibatalkan karena AS tidak mau salah ditanggapi oleh Rusia yang sedang menyerbu Ukraina. Uji coba pada Agustus dibatalkan di tengah latihan perang China di sekitar Taiwan.
Tidak hanya membatalkan uji coba rudal, AS juga tidak segera mengerahkan peralatan perangnya ke Selat Taiwan. Gugus tempur laut yang berpusat pada kapal induk USS Ronald Reagan hanya diperintahkan berada di sekitar Taiwan untuk memantau keadaan. Selain USS Ronald Reagan, guspurla itu termasuk kapal jelajah pengangkut rudal dan kapal pendarat pengangkut jet F-35B.
Politikus Kuomintang Herman Shuai mengatakan, kondisi China saat ini sama sekali berbeda dengan tahun 1996. Dulu, PLA mengandalkan peralatan kuno dan sedikit. China, sebagaimana diungkap dalam laporan Departemen Pertahanan AS soal militer China, sekarang mempunyai dua kapal induk, ratusan kapal perang, puluhan kapal selam, dan ribuan pesawat tempur, serta helikopter serbu. Beijing juga mempunyai ratusan hulu ledak nuklir yang sebagian siap ditembakkan kapan pun. (AFP/REUTERS/RAZ)