China Simulasikan Serangan ke Taiwan, Taipei Aktifkan Sistem Rudal
Militer China tengah menyimulasikan pergerakan peralatan tempurnya untuk menyerang Taiwan. Media negara itu melaporkan, latihan difokuskan pada peningkatan kemampuan militer China melancarkan serangan darat dan laut.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·5 menit baca
BEIJING, SABTU — Pejabat Taiwan menyebut, pergerakan sejumlah pesawat tempur dan kapal perang China pada latihan militer di sekitar Selat Taiwan, Sabtu (6/8/2022), menyimulasikan pergerakan yang akan dilakukan jika Pasukan Pembebasan Rakyat (PLA) China menyerang wilayah Taiwan. Hal itu terindikasi dari pergerakan sejumlah jet tempur, kapal perang, dan pesawat nirawak China yang telah melintasi garis tengah Selat Taiwan, garis median pemisah tidak resmi antara wilayah laut China dan Taiwan.
Beijing mengklaim Taiwan sebagai bagian dari teritorialnya. Namun, wilayah pulau itu memerintah secara mandiri sejak 1949. Pada tahun tersebut, pemimpin komunis Mao Zedong menguasai Beijing setelah mengalahkan pemimpin Kuomintang (KMT) Chiang Kai-shek yang menyingkir dan mendirikan pemerintahan Taiwan.
Empat pesawat nirawak China, menurut Komando Pertahanan Kinmen Taiwan, terlihat berada di perairan sekitar gugusan Pulau Kinmen, Lieyu, dan Beiding. Tentara Taiwan menembakkan suar peringatan guna menghalau pesawat-pesawat nirawak itu. Tidak ada insiden lanjutan.
Ditambahkan, di lepas pantai timur Taiwan, dekat pulau-pulau yang disengketakan dengan Jepang, kapal perang dan pesawat China menyimulasikan serangan terhadap kapal perang AS dan Jepang.
Menurut catatan Kementerian Pertahanan Taiwan, hingga Sabtu sore, 20 jet tempur dan 14 kapal perang China terus menggelar latihan di Selat Taiwan. Latihan militer China itu digelar sehari setelah kunjungan kontroversial Ketua DPR AS Nancy Pelosi ke Taiwan dan dijadwalkan berakhir Minggu (7/8/2022).
Dalam pernyataannya, Kemenhan Taiwan menekankan, mereka tak menginginkan perang. Namun, mereka akan tetap bersiap dan menanggapinya dengan saksama.
Untuk menunjukkan sedemikian dekat pasukan China guna mencapai pantai Taiwan, militer Beijing semalam merilis video pilot angkatan udara yang merekam garis pantai pulau dan pegunungan Taiwan dari kokpitnya. Komando Palagan Timur PLA juga membagikan foto yang disebutnya diambil dari kapal perang yang berpatroli di perairan dekat dengan Taiwan. Garis pantai pulau itu terlihat jelas di latar belakang.
Media China, Global Times, melaporkan, latihan hari ketiga difokuskan pada peningkatan kemampuan militer China melancarkan serangan darat dan laut melalui operasi gabungan di udara dan laut. Mengutip laporan televisi pemerintah China, CCTV, pasukan Angkatan Laut Komando Palagan Timur PLA mengerahkan kapal-kapal perang, jet-jet tempur, dan rudal-rudal antikapal berbasis di pantai.
Dalam latihan hari ketiga tersebut, sebuah kapal perusak di perairan utara Taiwan melakukan simulasi serangan dengan tembakan jarak jauh pada target dan dipandu oleh pesawat. Sementara di perairan timur Taiwan, kapal fregat mendekati garis pantai dalam kecepatan tinggi lantaran berada dalam posisi menguntungkan serta melancarkan serangan antikapal dalam latihan serangan dan pertahanan antikapal selam secara komprehensif.
Dalam video yang diambil dari kapal PLA dan disiarkan CCTV, sebuah kapal fregat kelas Kang Ding dari Taiwan serta garis pantai dan bangunan-bangunan di Taiwan, sudah terlihat dari kapal PLA. Sementara beberapa jet tempur milik Angkatan Laut melancarkan serangan dari pangkalan di Provinsi Zhejiang, China timur. Jet-jet tempur itu membentuk formasi dan tiba di area yang ditentukan, lalu melancarkan serangan terkoordinasi dengan kapal-kapal perang.
Sementara di wilayah pantai Provinsi Guangdong, China selatan, resimen rudal antikapal dikerahkan ke lokasi yang telah ditetapkan dan melakukan penelusuran target dan serangan, berdasarkan data yang diberikan oleh pusat komando.
Aktifkan sistem rudal
Meresponspergerakan militer China, Kementerian Pertahanan Taiwan mengeluarkan perintah kepada seluruh anggotanya untuk siap siaga, mengirim jet-jet tempur guna mengawasi wilayah udara dan mengerahkan kapal patroli di sekitar laut teritorialnya. Taipei juga mengaktifkan sistem rudal berbasis darat.
Presiden Taiwan Tsai Ing-wen dalam cuitan di Twitter mengatakan, mereka memantau dengan cermat latihan militer dan operasi perang China. ”Taiwan siap merespons seperlunya,” kata Tsai.
Dia juga menyerukan kepada masyarakat internasional untuk memberikan dukungan pada Taiwan, sebuah wilayah berdaulat dan demokratis. Tsai meminta dukungan dunia internasional untuk membantu menghentikan eskalasi di kawasan itu.
Juru Bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih John Kirby, Jumat (5/8/2022), mendesak agar China menghentikan latihan militer yang dipandang sebagai tindakan provokatif untuk mengurangi ketegangan di Selat Taiwan.
Menteri Luar Negeri China Wang Yi menyatakan, latihan militer itu adalah bentuk peringatan pada AS untuk tidak berbuat gegabah. ”Jangan menciptakan krisis yang lebih besar,” katanya.
Jing Quan, pejabat senior Kedutaan Besar China di Washington, menggemakan pernyataan Wang Yi. ”Satu-satunya jalan keluar dari krisis ini adalah bahwa pihak AS harus segera mengambil tindakan untuk memperbaiki kesalahannya dan menghilangkan dampak serius dari kunjungan Pelosi,” katanya.
Pasca-kunjungan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat AS Nancy Pelosi ke Taiwan membuat Pemerintah China memutuskan menghentikan sejumlah dialog dengan Gedung Putih, mulai dari dialog militer hingga soal penanganan perubahan iklim. Hal ini mengecewakan Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres.
Guterres memperingatkan agar kedua negara adidaya terus bekerja sama demi dunia. ”Bagi Sekjen, tidak ada cara untuk menyelesaikan masalah paling mendesak di seluruh dunia tanpa dialog dan kerja sama yang efektif di antara kedua negara,” kata Stephane Dujarric, jubirnya.
Menguji taktik
Craig Singleton, peneliti senior pada Foundation for Defense of Democrasies dan mantan diplomat AS, menilai, tindakan yang dilakukan oleh militer China di Selat Taiwan saat ini adalah untuk menguji taktik perang yang sewaktu-waktu bisa terjadi.
”Mereka telah memberlakukan rencana operasional, dan ini adalah kesempatan bagi mereka untuk mengujinya. PLA saat ini sedang mencari tahu berapa banyak gas dan makanan yang dikonsumsi dan seberapa stabil sistem komunikasi. Sementara semua orang menghitung rudal,” kata Singleton.
Menurut Lev Nachman, asosiate profesor di Universitas Nangchi, Taipei, seperti yang dikutip laman Foreign Policy, latihan militer itu bisa dikalkulasi karena militer China telah mengumumkan 48 jam sebelumnya bahwa mereka akan melakukan latihan tersebut. Hal itu memberikan waktu bagi pemerintah, militer, dan warga Taiwan untuk mempersiapkan fisik dan mental dalam menghadapi situasi saat ini.
”China tidak mencoba untuk menyergap Taiwan, hanya mencoba untuk mengintimidasi Taiwan. Latihan tidak dilakukan dengan tujuan untuk terlibat dalam pertempuran, tetapi untuk membuat Taiwan merasa bahwa invasi militer dipercaya (bisa terjadi),” kata Nachman.
Singleton mengkhawatirkan tidak adanya pembatasan yang jelas soal latihan ini. ”Anda berada pada situasi yang sangat rentan, satu kesalahan perhitungan bisa mengakibatkan situasi ini menjadi krisis yang nyata jika satu rudal yang terbang di atas Taiwan menabrak sesuatu secara tidak sengaja,” kata Singleton. (AP/AFP/REUTERS)