AS Antisipasi Serangan Balik Pasca-pembunuhan Pemimpin Al-Qaeda
AS dalam keadaan waspada tinggi. Warganya yang bepergian ke luar negeri diingatkan agar selalu waspada atas potensi serangan balasan dari jaringan Al Qaeda.
Oleh
PASCAL S BIN SAJU
·4 menit baca
WASHINGTON DC, RABU — Amerika Serikat merasa khawatir dan menetapkan keadaan dalam status waspada tinggi pasca-pembunuhan pemimpin tertinggi jaringan teroris Al Qaeda, Ayman al-Zawahiri. Selain meningkatkan kewaspadaan di berbagai obyek kepentingan vital AS di dalam dan luar negeri, Washington juga memperingatkan warganya yang bepergian ke luar negeri agar selalu awas akan kemungkinan serangan balik teroris.
Departemen Luar Negeri AS di Washington DC, Selasa (2/8/2022) malam atau Rabu dini hari WIB, memperingatkan kemungkinan terjadinya serangan balasan tersebut. Serangan itu dikhawatirkan menarget kepentingan AS dan warganya di dalam dan luar negeri. Dikhawatirkan pula bahwa ada kemungkinan besar para loyalis Al Qaeda, termasuk jaringan teroris yang berafiliasi, melakukan lebih banyak kekerasan anti-AS.
”Setelah kematian Zawahiri, pendukung Al Qaeda, atau organisasi teroris yang berafiliasi dengannya, mungkin berusaha menyerang fasilitas, personel, atau warga AS, ” kata Departemen Luar Negeri dalam Worldwide Caution Update-nya. ”Departemen Luar Negeri percaya ada potensi yang lebih tinggi untuk kekerasan anti-Amerika mengingat kematian Ayman al-Zawahiri, 31 Juli 2022. ”
AS mengklaim membunuh Zawahiri dalam operasi senyap menggunakan pesawat nirawak di Kabul, Afghanistan, Minggu (31/7/2022) pukul 06.18 waktu setempat. Meski kematian Zawahiri belum diverifikasi dengan bukti empirik, seperti tes asam deoksiribonkleat (DNA), intelijen AS menyakini Zawahiri sudah tewas. Presiden AS Joe Biden pun sudah mengumumkannya kepada publik.
Pembunuhan terhadap Zawahiri merupakan pukulan terbesar bagi Al Qaeda sejak pembunuhan terhadap pemimpin karismatik jaringan teroris itu, Osama bin Laden, pada 2011. Zawahiri ikut mengorganisasi serangan 11 September 2001 di AS yang menewaskan hampir 3.000 orang. Biden merespons laporan pembunuhan Zawahiri dengan menyatakan ”keadilan telah ditegakkan”.
Setelah Washington mengklaim pembunuhan Zawahiri itu, Departemen Luar Negeri AS mendesak warganya agar ”tetap waspada tinggi dan mempraktikkan kesadaran situasional yang baik saat bepergian ke luar negeri”. Hal itu penting karena informasi intelijen yang menjadi rujukan Biden menyebutkan, Al Qaeda berencana menyerang kepeningan AS di berbagai wilayah di dunia”.
”Informasi saat ini menunjukkan bahwa organisasi teroris terus merencanakan serangan teroris terhadap kepentingan AS di berbagai wilayah di seluruh dunia,” kata Deplu AS dalam pernyataannya. ”Serangan-serangan ini dapat menggunakan berbagai macam taktik, termasuk operasi bunuh diri, pembunuhan, penculikan, pembajakan, dan pengeboman.”
Seorang pejabat senior pemerintahan Biden mengatakan, pemimpin Al Qaeda asal Mesir berusia 71 tahun itu berada di balkon rumah berlantai tiga di Kabul, Minggu pagi, saat diserang. Dua rudal Hellfire yang ditembakkan dari pesawat nirawak menewaskan Zawahiri seorang diri, tidak ada korban jiwa lainnya. Itu berbeda dengan kasus pembunuhan Bin Laden.
Itu merupakan serangan ”over-the-horizon” (OTH) pertama AS terhadap target di Afghanistan sejak Washington menarik pasukannya, akhir Agustus 2021. Penarikan terjadi dua pekan setelah Taliban merebut Kabul dari pemerintahan Presiden Ashraf Ghani yang didukung Barat. Serangan OTH dikendalikan dari jarak jauh, bisa ribuan kilometer di luar Afghanistan, tetapi entah dari mana.
Kelompok Taliban, sekutu lama Al Qaeda, telah mengecam keras serangan pesawat nirawak itu. Namun, Taliban tidak menyebutkan korbannya atau tidak juga menyebut nama Zawahiri. Tiga juru bicara pemerintahan Taliban, Selasa, menolak berkomentar. Washington menuduh Taliban melanggar kesepakatan di antara mereka dengan melindungi Zawahiri.
Juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid, sebelumnya mengonfirmasi bahwa serangan terjadi di Kabul pada Minggu. Dia menyebut serangan itu sebagai pelanggaran ”prinsip-prinsip internasional”. Seorang juru bicara Kementerian Dalam Negeri Taliban, Abdul Nafi Takor, mengatakan, rumah di Sherpoor, lingkungan perumahan yang rimbun di pusat kota Kabul, terkena serangan roket.
Namun, Takor mengatakan, ”Tidak ada korban jiwa karena rumah kosong.” Penjelasan Takor itu seakan untuk membantah klaim pembunuhan terhadap Zawahiri oleh AS. Sementara Washington belum memiliki bukti fisik otentik tentang identitas korban serangan, yang oleh intelijen AS dalam keyakinan tinggi dinyatakan Zawahiri sudah tewas.
Zawahiri ketika muncul dalam sebuah video yang direkam sebelumnya untuk menandai peringatan 11 tahun kematian pendahulunya, Bin Laden, 2 Mei 2022, meremehkan AS. Dia dalam pidatonya mengatakan, ”Kelemahan AS” adalah alasan mengapa sekutunya Ukraina menjadi ”sasaran” invasi Rusia. Dalam video itu Zawahiri duduk di meja dengan buku dan pistol tergeletak di sana.
Saat itu Zawahiri mengatakan, AS berada dalam keadaan lemah dan kemampuannya telah menurun. Itu tidak saja terlihat dalam perang di Ukraina, tetapi juga dalam perang Irak dan Afghanistan yang diluncurkan setelah serangan teroris Al Qaeda di AS, 11 September 2001 (9/11). Dalang dan pemodalnya adalah Bin Laden, dan Zawahiri ikut mengorganisasi serangan. (AFP/REUTERS/AP)