Pemimpin Tertinggi Al Qaeda Dibunuh di Jantung Pemerintahan Taliban
Pemimpin tertinggi Al Qaeda, Ayman al-Zawahiri, dibunuh di Kabul. Keberadaannya di pusat pemerintahan Imarah Islam Afghanistan di bawah Taliban itu semakin menegaskan kemungkinan kerja sama baru Al Qaeda-Taliban.
Oleh
PASCAL S BIN SAJU
·6 menit baca
Presiden Amerika Serikat Joe Biden, Senin (1/8/2022) malam waktu Washington atau Selasa pagi WIB, mengumumkan pemimpin tertinggi Al Qaeda, Ayman al-Zawahiri, tewas dalam serangan pesawat nirawak AS di Kabul, ibu kota Aghanistan. Zawahiri turut membantu mengoordinasikan serangan jaringan teroris Al Qaeda yang menewaskan hampir 3.000 orang di AS, 11 September 2001.
Intelijen AS sangat yakin Zawahiri sudah tewas dan tidak ada korban lain dalam serangan AS kali ini. Kematiannya hampir serupa dengan pemimpin Al Qaeda pendahulunya, Osama bin Laden, yang tewas dalam operasi khusus Navy Seal AS di Abbottabad, Pakistan, 2 Mei 2011. ”Sekarang keadilan telah ditegakkan. Pemimpin teroris ini tidak ada lagi,” kata Biden dari Gedung Putih.
Seorang pejabat senior AS mengatakan, Zawahiri dibunuh dengan pesawat nirawak AS di pusat kota Kabul, Minggu, pukul 06.18 waktu setempat. Dia mengatakan, Zawahiri terus menimbulkan ancaman aktif bagi orang, kepentingan, dan keamanan AS. ”Kematiannya telah memberikan pukulan signifikan bagi Al Qaeda dan diyakini akan menurunkan kemampuan kelompok itu untuk beroperasi,” kata pejabat AS itu.
Dalam laporan pada 14 September 2021, The New York Times menyebutkan, jaringan Al Qaeda berpotensi membangun lagi kekuatannya dari Afghanistan dalam satu sampai dua tahun ke depan sejak Taliban berkuasa kembali pada 15 Agustus 2021. Sebelumnya, pemerintahan Taliban jilid 1 (1996-2001) juga mendukung Al Qaeda. Beberapa anggota kelompok teroris ini bahkan sudah kembali ke Afghanistan. Sejumlah media menambahkan, kelompok teroris lain juga sudah ada di negara itu.
Laporan The New York Times itu mengutip keterangan Letnan Jenderal Scott D Berrier, Direktur Badan Intelijen di Kemenhan AS, saat berbicara kepada anggota parlemen di Washington setelah Taliban mengusai Kabul, Agustus 2021. Dalam pertemuan tingkat tinggi keamanan nasional AS, Berrier mengatakan, Al Qaeda dapat memiliki kapasitas untuk mengancam AS pada 2023.
Munculnya kecemasan itu cukup beralasan karena hubungan khusus pada masa lalu antara Bin Laden dan Zawahiri dengan pemimpin Taliban, Mullah Mohammed Omar (meninggal pada 2013), dan penggantinya, Mullah Akhtar Mansour (tewas tahun 2016).
Omar dan Mansour segera menyambut baik dan mendukung baiat (sumpah janji kesetian) dari Bin Laden dan Zawahiri yang menegaskan tentang visi dan misi Al Qaeda untuk memerangi rezim antisyariah Islam, membebaskan tanah Muslimin, serta memberi nasihat kepada Taliban agar tidak masuk ke ranah hukum kafir dan membangun hubungan dengan negara kafir (Kompas.id, 27 Agustus 2021).
Namun, ketika Zawahiri menemui pemimpin tertinggi Taliban, Mullah Hibatullah Akhundzada, pada akhir Mei 2016 dan menyampaikan baiat Al Qaeda, Akhundzada tidak segera memberi jawaban atas baiat Al Qaeda itu. Ada yang menduga Taliban dan Al Qaeda kemungkinan sedang retak.
Menjelang akhir September 2021, Taliban membantah keberadaan Al Qaeda dan kelompok teroris lain di Afghanistan. Dalam propagandanya, Taliban mengklaim tidak melindungi Al Qaeda dan kelompok teror mana pun. Kampanye Taliban itu bertujuan meraih pengakuan komunitas internasional atas pemerintahan mereka.
Keberadaan Zawahiri di Kabul, pusat pemerintahan Taliban jilid II, kian menegaskan kedekatan mereka. Sejak awal kebangkitannya, Taliban sebenarnya telah membuat Eropa dan AS dirundung kecemasan. Mereka mewaspadai kemungkinan menguatnya Al Qaeda, Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS), dan kelompok teror lainnya yang menjadikan Afghanistan basis mereka.
Selama hampir setahun berkuasa, Taliban diyakini mendapat bantuan Al Qaeda dalam melawan serangan sayap NIIS di Afghanisan. Sayap NIIS, yakni NIIS-Khorasan (NIIS-K), sangat aktif melakukan berbagai serangan seperti penculikan, pembunuhan, dan bom bunuh diri ke fasilitas publik yang memusingkan Taliban. Kerja sama Al Qaeda dan Taliban sulit dipisahkan mengingat sejarah panjang hubungan mereka.
Meskipun memiliki banyak pasukan, Taliban diduga tidak cukup memiliki kapasitas untuk mengendalikan perbatasan Afghanistan. Fakta ini memungkinkan anggota Al Qaeda dan jaringan NIIS untuk mengonsolidasi posisi dan kekuatan masing-masing. Kembalinya Taliban sebagai penguasa baru Afghanistan adalah momentum emas bagi kelompok-kelompok teror.
Lama dicari
Zawahiri, ahli bedah dan ahli agama Islam asal Mesir, telah lama dicari AS dan sekutu Barat sejak serangan 11 September 2001 atau 9/11 di beberapa tempat di AS. Ada banyak tempat yang diduga menjadi persembunyiannya, antara lain perbatasan Afghanistan-Taliban; Peshawar, Pakistan, karena dia pernah bekerja di sebuah rumah sakit di sana pada tahun 1981; atau di Semenanjung Arab.
Dugaan terakhir menguat Zawahiri bersembunyi di Afghanistan setelah Taliban, sekutu lama Al Qaeda, kembali berkuasa. Walau Taliban membantah, AS dan sekutunya meyakini Zawahiri berada di Afghanistan. Sempat beredar rumor tentang kematiannya. Dalam kondisi kesehatan yang memburuk, Afghanistan di bawah Taliban diyakini sebagai tempat aman bagi Zawahiri dan Al Qaeda.
AS memfokuskan pencarian Zawahiri ke Afghanistan sejak Taliban berkuasa. Kini, kematiannya menimbulkan pertanyaan tentang apakah Zawahiri menerima perlindungan dari Taliban setelah pengambilalihan Kabul pada Agustus 2021. Seorang pejabat AS, yang berbicara lewat telekonferensi, mengatakan, para pejabat senior Taliban mengetahui kehadiran Zawahiri di Kabul.
Serangan pesawat nirawak yang menarget Zawahiri adalah serangan AS pertama di Afghanistan sejak pasukan dan para diplomat AS meninggalkan negara itu pada akhir Agustus 2021. Langkah itu dapat meningkatkan kredibilitas jaminan bahwa AS masih dapat mengatasi ancaman dari Afghanistan tanpa kehadiran militernya di negara Asia Selatan itu.
Taliban tampak sangat terpukul begitu mengetahui Zawahiri dibunuh di Kabul. Komentar yang muncul menunjukkan Taliban melindungi Al Qaeda dan Zawahiri. Juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid mengecam keras serangan terhadap Zawahiri dan menyebut serangan itu melanggar ”prinsip-prinsip internasional”.
Zawahiri menggantikan Bin Laden sebagai pemimpin tertinggi Al Qaeda pada 2011 setelah kematian Bin Laden. Bertahun-tahun sebelumnya, Zawahiri merupakan organisator dan ahli strategi utama Al Qaeda. Sejak menggantikan Bin Laden, Zawahiri berulang kali menyerukan jihad global dengan senjata AK-47 selalu berada di sisinya setiap kali tampil dalam pesan video.
Dia dilaporkan tidak memiliki karisma besar seperti Bin Laden. Persaingan Al Qaeda dari militan saingannya, NIIS, melumpuhkan kemampuan Zawahiri untuk menginspirasi serangan spektakuler di Barat.
Pejabat senior AS mengatakan, penemuan Zawahiri adalah hasil kerja keras kontraterorisme. AS mengidentifikasi tahun ini bahwa istri, anak perempuan, dan anak-anak Zawahiri telah pindah ke rumah persembunyian di Kabul, kemudian mengidentifikasi bahwa Zawahiri juga ada di sana.
”Begitu Zawahiri tiba di lokasi, kami tidak mengetahui dia pernah meninggalkan rumah persembunyian,” kata pejabat AS. Dia diidentifikasi beberapa kali di balkon, tempat dia akhirnya diserang dengan pesawat nirawak AS, Minggu.
Bersama para anggota senior A Qaeda lainnya, Zawahiri diyakini telah merencanakan serangan 12 Oktober 2000 terhadap kapal USS Cole di Yaman. Serangan menewaskan 17 pelaut AS dan melukai lebih dari 30 lainnya, kata situs Rewards for Justice.
Zawahiri juga didakwa di AS atas perannya dalam pengeboman Kedubes AS di Kenya dan Tanzania pada 7 Agustus 1998 yang menewaskan 224 orang dan melukai lebih dari 5.000 orang lainnya. Baik Bin laden maupun Zawahiri lolos dari penangkapan ketika pasukan pimpinan AS menggulingkan Pemerintah Taliban jilid I pada akhir 2001 setelah serangan 11 September di AS. (REUTERS/AFP/AP)