Sepeda berbagi dengan sistem aplikasi di China menjadi penyelamat di ujung perjalanan. Penggunaan yang mudah dan murah membuatnya menjadi pilihan terbaik. Sepeda berbagi juga solusi jitu untuk mengatasi polusi.
Oleh
LUKI AULIA, dari Beijing, China
·6 menit baca
Jarak dari tempat pertemuan ke tempat tinggal sementara di Beijing, China, sebenarnya tak sampai 3 kilometer. Relatif dekat. Akan tetapi, mau pulang jalan kaki, badan sudah penat. Cuaca pun tak mendukung karena panas menyengat dan menyilaukan mata mengingat di China sedang musim panas.
Mau naik taksi atau taksi daring, kok, rasanya sayang karena terlalu dekat. Biayanya mungkin sekitar 20 yuan atau Rp 45.000. Pernahkah Anda mengalami situasi yang serba nanggung seperti ini? Di Jakarta atau Yogyakarta, solusinya barangkali lebih mudah. Bisa naik becak, bajaj, atau ojek daring. Namun, di Beijing, pilihannya terbatas. Beruntung, masih ada pilihan naik sepeda sewaan berbagi alias bike-sharing.
Sistem sepeda berbagi dengan sepeda aneka warna dari beragam perusahaan ini sudah ada di China sejak 5-6 tahun lalu. Saat ini sepeda berbagi yang banyak terparkir di pinggir jalan dan berkeliaran di jalanan kota Beijing berwarna biru, kuning, dan toska. Bagi warga asing yang hanya berada di Beijing dalam waktu singkat, pilihannya bisa naik sepeda biru.
Sebelum bisa naik sepeda berbagi, ada beberapa hal yang harus dilakukan terlebih dahulu. Yang jelas, harus memiliki telepon seluler karena perlu mengunduh aplikasi Alipay, yakni sistem pembayaran berbasis daring kreasi perusahaan Alibaba. Untuk sepeda biru, hanya bisa diakses melalui Alipay. Sementara untuk sepeda toska, perlu memakai aplikasi dompet digital Wechat Pay.
Lantaran semua petunjuk dan perintahnya berbahasa Mandarin, mau tak mau harus minta tolong kepada kawan yang paham bahasa tersebut. Untuk membuka kunci sepeda dan mengoperasikannya, pastikan ada koneksi internet. Identitas diri seperti nomor ponsel dan alamat surat elektronik mesti diisi untuk aktivasi pertama kali. Pastikan juga tersedia dana cukup di Alipay.
Kunci sepeda akan segera terbuka hanya dengan memindai kode QR (quick response code) dengan kamera di aplikasi Alipay. Kode QR ada di bagian setang dan di bawah sadel, menempel pada kunci sepeda. Jika koneksi internet lambat, bisa sampai 5-10 menit kita menunggu ponsel terhubung dengan sepeda. Kalau gagal terus, lebih baik cari sepeda lain. Setelah kunci terbuka, bisa langsung digowes dan diketahui berapa biaya yang harus dibayar.
Sepedanya nyaman dikayuh dan kayuhan pedal tak terasa berat. Padahal, ini sepeda jengki manual biasa, bukan e-bike, dengan satu gigi saja. Ketika dicoba gowes sejauh 30 kilometer keliling kawasan Tiananmen dan hutong-hutong (lorong) di sekitarnya, masih terasa nyaman.
Jika sudah sampai tujuan atau selesai penggunaan, parkirkan saja sepeda di trotoar atau tempat aman. Disarankan tidak diparkir sembarangan karena bisa mengganggu pengguna trotoar atau jalan yang lain. Jangan sampai lupa untuk mengunci kembali sepedanya. Hanya setelah dikunci, aplikasinya akan otomatis menghentikan aktivasi dan mendebit biayanya dari dana di Alipay.
”Gampang, kan? Pakai sepeda begini lebih enak dan tinggal parkir saja. Tidak perlu khawatir sepeda hilang atau dicuri. Jangan lupa dikunci lagi selesai pakai supaya orang lain juga bisa pakai. Kalau mau lebih murah, langganan saja per bulan,” kata Enzo, wartawan dari Republik Namibia, Afrika, yang hampir setiap sore naik sepeda berbagi untuk jalan-jalan keliling kota.
Pandemi
China pernah dikenal sebagai ”Kerajaan Sepeda” karena pada 1970-an, memiliki sepeda adalah simbol kemakmuran. Ini seperti memiliki mobil yang menjadi simbol kemakmuran zaman sekarang. Meski kini lebih banyak mobil ketimbang sepeda di jalanan, ikatan emosional rakyat China dengan sepeda mungkin membuat konsep sepeda berbagi ini berkembang cepat. Sepeda berbagi di China berawal tahun 2014 ketika lima mahasiswa Peking University memiliki ide membuat sepeda yang dipasangi teknologi canggih, bisa diaktifkan dengan kode yang bisa dipindai melalui ponsel, dan berbiaya murah.
Hanya dalam beberapa tahun, ide ini menjadi tren. Dalam dua tahun saja sudah ada jutaan sepeda berbagi dari beragam perusahaan. Sayangnya, pada akhir 2018, sejumlah perusahaan sepeda berbagi bangkrut. Sepeda-sepedanya terpaksa ditimbun hingga menjadi tumpukan sepeda rongsok yang menggunung.
Waktu itu, konsep sepeda berbagi dianggap gagal karena skema pembayaran, tata kelola, dan peraturan mengenai hak cipta belum efektif. Tanpa hak cipta, perusahaan sepeda berbagi saling mencontek sehingga produksi sepeda tidak terkendali dan berlebihan.
Belajar dari pengalaman itu, seperti dilaporkan harian Global Times, 14 April 2021, Komisi Transportasi Kota Beijing (BMCT) menetapkan jumlah sepeda berbagi dari tiga platform utama, yakni Meituan, Helloglobal, dan DiDi Bike, dibatasi tidak lebih dari 800.000 unit. Jumlahnya masing-masing 400.000 unit untuk Meituan, 210.000 unit untuk Helloglobal, dan 190.000 unit untuk DiDi Bike. Jumlah sepeda berbagi yang terdaftar di Beijing pada 2021 mencapai 844.000 unit. Pembatasan ini untuk meningkatkan layanan dan menjaga kualitas sepeda.
Setelah gagal pada 2019, sepeda berbagi kembali naik daun saat pandemi Covid-19. Salah satu alasannya, pemerintah menutup layanan kereta bawah tanah dan bus demi mencegah penularan Covid-19. Pilihan memakai sepeda ketimbang angkutan umum juga disebabkan orang khawatir akan tertular Covid-19. Ini juga terjadi di negara-negara lain sehingga sempat terjadi ledakan penjualan dan penggunaan sepeda pada awal masa pandemi.
Global Times edisi 5 Mei 2022 menyebutkan, pengguna sepeda berbagi saat jam sibuk kantor biasanya meroket, terutama setiap kali ada ketentuan anti-Covid-19 baru. Untuk mengantisipasi permintaan yang membeludak, operator sepeda menyediakan lebih banyak sepeda dalam jarak 5 kilometer dari stasiun kereta bawah tanah yang ditutup sementara.
Sepeda kerap terlihat terparkir di luar stasiun kereta hingga menutup sebagian jalan dan menyebabkan macet. Terkadang susah juga mencari sepeda berbagi, terutama saat jam sibuk seperti jam berangkat dan pulang kantor.
”Tadinya saya mau pakai sepeda berbagi yang biasanya banyak di stasiun dekat rumah saya. Tumben pagi ini tidak banyak. Ada beberapa sepeda, tetapi banyak yang rusak,” kata Shen yang bekerja di Distrik Chaoyang.
Laporan Forum Ekonomi Dunia, 22 Juli 2020, menyebutkan, sejak pandemi Covid-19, lebih banyak warga komuter di China yang memakai sepeda berbagi. Tidak hanya untuk jarak dekat, tetapi juga lebih jauh karena sekalian untuk berolahraga.
Transportasi hijau
Penggunaan sepeda berbagi seperti di China ini sesuai dengan resolusi Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa yang mendukung penggunaan sepeda sebagai salah satu cara mengatasi perubahan iklim. Dukungan terhadap resolusi ini, antara lain, karena pengakuan atas keberhasilan kebijakan sepeda berbagi di China untuk mengurangi polusi udara.
Presiden China Xi Jinping pernah berpidato pada September 2020 di SU PBB ke-75 dan menyinggung komitmen ambisius China untuk mencapai target netralitas karbon sebelum 2060.
Industrialisasi dan urbanisasi China yang dramatis ditambah dengan kemakmuran ekonomi selama empat dekade terakhir memperlihatkan pergeseran luar biasa sarana transportasi utama dari sepeda ke kendaraan bermotor. Inilah penyebab turunnya kualitas udara.
Menurut laporan ”How Dockless Bike Sharing Changes Lives”oleh Institut Sumber Daya Dunia pada 2020, sepeda berbagi ternyata efektif mengurangi kadar karbon dioksida (CO2) hingga 4,8 juta ton setiap tahun. China dinilai sudah berada di jalur yang tepat untuk mencapai Kontribusi yang Ditentukan secara Nasional (NDC) yang diinginkan pada 2030 dalam Perjanjian Paris berkat upayanya mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil. Penggunaan sepeda itulah salah satunya.
Emisi CO2 per unit PDB (pendapatan domestik bruto) juga sudah turun hampir setengahnya dibandingkan tahun 2005 dan mencapai target yang ditetapkan untuk mengurangi 40-45 persen dari tahun 2005 pada 2020. Komitmen untuk 2030 adalah menurunkan emisi CO2 per unit PDB sebesar 60-65 persen dari tahun 2005.
Angka-angka yang menunjukkan perkembangan positif ini menjadi dasar China untuk tetap melanjutkan program pembangunan hijau. Konsep sepeda berbagi pun dipertahankan sekaligus diawasi ketat agar kegagalan tahun 2019 tak terulang kembali. Apalagi karena keberadaan sepeda berbagi telanjur terbukti menjadi penyelamat di kilometer terakhir.