Industri teknologi kecerdasan buatan di China berkembang pesat. Salah satunya bisa dilihat dari produksi kendaraan tanpa pengemudi oleh perusahaan teknologi Baidu yang kerap disebut sebagai Google-nya China.
Oleh
LUKI AULIA
·6 menit baca
"Silakan pasang sabuk pengaman," kata petugas yang duduk di kursi penumpang depan mobil uji coba tanpa pengemudi dan berteknologi kecerdasan buatan. Setelah sabuk pengaman terpasang, rasanya tak sabar sekaligus deg-degan menunggu mobil segera berjalan. Mobil mulai bergerak perlahan dan mulus tanpa hentakan pedal gas.
Tetapi rasanya aneh dan agak canggung duduk di kursi penumpang belakang dalam mobil sedan tanpa pengemudi. Yang terlihat di bagian kursi pengemudi hanya setir yang bergerak dan berputar sendiri saat harus belok ke kanan. Dasbor mobil pun penuh dengan tombol dan panel seperti naik mobil DeLorean DMC-12 1983 yang dipakai di film Back To the Future.
Di layar di bagian tengah dasbor mobil terlihat petunjuk jalur jalan yang akan dilewati. Jalur berwarna biru adalah jalur yang diperkirakan aman dan akan dilewati. Ketika ada bis yang lewat di depan mobil atau orang yang berjalan hampir menempel pintu samping mobil, tiba-tiba si Apollo -nama mobil cerdas itu- mengerem mendadak. Tak terlalu mulus remnya sehingga badan sedikit terhentak pelan ke depan. Tanpa sadar, posisi kaki seperti ikut mengerem. Untung saja, sebelum naik Apollo, sudah diminta untuk memasang sabuk pengaman.
Setelah dirasa aman, Apollo pelan-pelan jalan lagi. Jika tak ada hambatan di depan Apollo, rasanya nyaman. Ketika Apollo membaca ada pejalan kaki di sebelah kiri, ia pelan-pelan menghindar ke kanan. Ketika hendak berhenti pun, ia bisa mepet ke trotoar kanan untuk menurunkan penumpang. Sayang sekali, uji coba mobil tanpa pengemudi ini hanya bisa 15 menit dan itu pun memutari lahan parkir saja di gedung perkantoran Baidu Technology di kawasan Haidian, Beijing, China, Selasa (12/7/2022). "Apollo dilengkapi sensor di bagian atap dan di bagian bemper depan belakang sehingga bisa membaca situasi di sekitarnya. Ini bisa mengurangi kecelakaan lalu lintas sampai 90 persen," kata salah seorang petugas dari Baidu.
Untuk alasan keamanan, Apollo masih didampingi pengawas dari Baidu. Saat uji coba, si pengawas hanya duduk diam saja dan hanya memerhatikan layar Apollo. Kehadiran pengawas ini menjadi salah satu syarat izin penggunaan Apollo di jalanan. Mungkin suatu saat nanti, Apollo tidak perlu ditemani lagi.
Mobil tanpa pengemudi yang dioperasikan oleh teknologi kecerdasan buatan seperti si Apollo buatan kelompok perusahaan teknologi China, Baidu, ini kabarnya sudah mulai beredar di jalanan sebagai taksi tetapi jumlahnya masih terbatas. Untuk memesan taksi cerdas Baidu, calon penumpang cukup memasukkan titik lokasi penjemputan dan tujuan di aplikasi Apollo Go di telepon selular. Sama seperti ketika memesan taksi online di Indonesia. Pintu taksi akan terbuka hanya dengan memasukkan nomor ponsel ke layar dekat jendela belakang.
Harian Nikkei Asia, 10 Juli 2022, menyebutkan taksi cerdas buatan Baidu yang memakai mobil jenis Apollo Moon dan dikembangkan bersama Grup BAIC di Beijing itu diluncurkan pertama kali, November 2021. Harga mobil Baidu masih mahal, sekitar 71.000 dollar AS dan operasionalnya masih terbatas di kota besar. Teknologi taksi cerdas ini didukung akumulasi data melalui operasional kendaraan di jalan umum yang sebenarnya. Proses pembuatan dilakukan sejak 2013 dan uji coba sudah sejauh 3,66 juta kilometer keliling Beijing selama empat tahun. Jumlah uji coba ini jauh lebih banyak ketimbang uji coba serupa di Amerika Serikat.
Setelah mencoba Apollo, perhatian berpindah ke mobil konsep "robot" listrik pertama buatan perusahaan mobil listrik Baidu, Jidu Auto, bersama dengan produsen mobil China, Geely. Tak ada gagang pintu di mobil konsep yang berwarna ungu metalik itu. Mobil ini bisa dikontrol sepenuhnya hanya dengan moda pengenalan suara. Rencananya, mobil listrik robot ini akan diproduksi massal pada 2023. Mobil robot ini tidak membutuhkan campur tangan manusia dan menggunakan chip Qualcomm 8295 yang memungkinkan pengguna mengakses bantuan suara secara offline saat koneksi internet buruk.
Selain teknologi perangkat lunak mengemudi otonom, di mobil itu juga dipasang dua lidar dan 12 kamera di samping mobil. Lidar adalah sistem deteksi, mirip dengan radar, yang menggunakan sinar laser berdenyut ketimbang gelombang radio. Model pertama mobil robot akan dibanderol sekitar 200.000 yuan atau 29.914.59 dollar AS.
Di dasbor mobil ini juga hanya terlihat setir dan layar yang memanjang dari depan kursi pengemudi sampai ke kursi penumpang depan. Selain kendaraan, ketika diajak keliling di ruang pamer di markas Baidu, pihak Baidu juga menunjukkan penggunaan AI di lingkup rumah tinggal seperti menghidupkan peralatan elektronik di dalam rumah, termasuk kulkas, hanya dengan menggunakan moda pengenalan suara.
Google China
Baidu selama ini dikenal sebagai Google-nya China karena sama-sama mengembangkan mesin pencari. Bahkan Baidu selama beberapa tahun terakhir gencar berinvestasi dalam teknologi mengemudi otonom dan kecerdasan buatan atau artificial intelligence(AI), termasuk asisten pribadi otomatis dan chip AI.
Baidu yang namanya memiliki arti "aku telah mencarinya selama ribuan kali" itu memegang teguh misi “membuat dunia yang rumit menjadi lebih sederhana melalui teknologi” sejak didirikan 1 Januari 2000 oleh Robin Li, pendiri dan CEO Baidu. Baidu memegang paten AS untuk pengembangan algoritma penilaian situs Rankdex untuk peringkat halaman mesin pencari. Ini menjadikan China salah satu dari empat negara di dunia yang mengembangkan teknologi mesin pencari inti, bersama AS, Rusia, dan Korea Selatan.
Setiap hari ada miliaran permintaan pencarian dari sekitar 100 negara dan wilayah yang ditangani Baidu. Baidu Brain juga mengintegrasikan kemampuan AI umum perusahaan, menyediakan hampir 1400 kemampuan AI. Baidu Kunlun 1, chip AI cloud-to-edge, menyediakan daya komputasi untuk fungsi pencarian, membantu mitra ekosistem cloud AI, dan menawarkan kinerja tinggi dengan efisiensi biaya tinggi. Chip 7-nm generasi baru Kunlun II sudah mulai diproduksi massal dengan kekuatan pemrosesan tiga kali lipat dari generasi sebelumnya.
Untuk menggenjot operasionalnya, Baidu bermitra dengan pemerintah untuk membangun laboratorium penelitian AI nasional pertama di Beijing. Baidu juga meningkatkan pengeluaran April-Juli 2021 untuk kepentingan penelitian dan pengembangannya menjadi 464 juta dollar AS tahun ini atau 28 persen lebih banyak ketimbang tahun sebelumnya.
Ide dasar AI adalah begitu manusia mengajarkan komputer untuk belajar dengan cara yang sama seperti yang manusia lakukan maka komputer bisa menyerap dan memroses data besar dengan kecepatan luar biasa. Bisa jadi di masa depan komputer itu yang akan diandalkan dalam pengambilan keputusan dan bukan manusia.
Pemerintahan Presiden China, Xi Jinping, telah menjadikan AI sebagai prioritas strategis. Negara-negara di Barat khawatir China akan mengembangkan teknologi AI menjadi bagian dari persenjataan. Industri AI bisa berkembang pesat di China karena pasar domestiknya saja sudah besar dengan jumlah penduduk 1,4 miliar jiwa.
China juga melindungi pasar domestiknya dengan memblokir aplikasi AS seperti facebook dan google. Tanpa kompetisi dari perusahaan-perusahaan Barat, inovasi teknologi dalam negeri diharapkan bisa tumbuh pesat. China juga membatasi ekspor sejumlah teknologi inovasi AI demi melindungi keamanan ekonomi nasional.
Selain Baidu, ada Alibaba, Tencent, dan ByteDance yang juga bermain di arena AI yang mengintegrasikan AI ke dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat China dan dunia. Bisa jadi dalam waktu tak lama, perusahaan teknologi di Barat yang ingin tetap relevan akan beralih ke China untuk inovasi digital dan terobosan AI. Apalagi jika mengingat baik perusahaan rintisan dan maupun perusahaan besar China berusaha mengatasi kesenjangan teknis antara mereka dengan Barat dalam pengembangan kecerdasan buatan, data besar, dan mesin pembelajaran.