Jalan-jalan ke hutong-hutong di Beijing seakan masuk ke lorong waktu China zaman dulu. Dari sekitar 1.000 hutong, sebagian masih menjadi tempat tinggal tetapi sebagian sudah diubah menjadi tempat wisata.
Oleh
LUKI AULIA
·5 menit baca
Ingatan segera tertuju ke permukiman sekitar Keraton, Kauman, dan Kotagede di Kota Yogyakarta ketika menyusuri hutong-hutong atau gang-gang perkampungan di Beijing, ibu kota China, dengan sepeda atau berjalan kaki. Jajaran rumah satu lantai berdempetan di kiri kanan jalan sempit atau gang.
Suasananya relatif lebih sepi bahkan terkadang sunyi ketimbang jalan-jalan besar Beijing yang padat dan berisik suara klakson kendaraan. Hanya hutong yang sudah menjadi tujuan wisata saja yang ramai, seperti hutong Nanluoguxiang dan Yandaixie. Keduanya termasuk dalam 10 hutong yang wajib dikunjungi wisatawan karena setidaknya masih terlihat keasliannya.
Saat Minggu (17/7/2022) sore, antrean panjang terlihat di mulut gang. Rupanya untuk masuk ke hutong Nanluoguxiang di Distrik Dongcheng harus reservasi waktu kunjungan secara daring dulu. Selesai mengisi dan menunjukkan bukti reservasi dan hasil pindaian ”health kit” ke petugas, beres sudah.
Begitu masuk ke hutong Nanluoguxiang, di kiri kanan terlihat deretan toko kecil yang menjual beragam suvenir, seperti kerajinan tangan kipas lipat, syal sutra, topeng opera Beijing, sepatu kain berbordir, dan kosmetik produk lokal.
Banyak juga jajanan lokal, seperti sate cumi ukuran besar, tahu hitam, dan buah hawthorn yang dicelupkan ke gula cair. Setiap 10-20 toko kecil, ada perempatan kecil yang mengarah ke delapan hutong lain.
Hutong adalah sebutan untuk jalan sempit, jalan kecil, gang, atau lorong di antara deretan tempat tinggal berlantai satu yang berada di sekitar Forbidden City atau Kota Terlarang di Beijing. Hutong memisahkan deretan siheyuan atau rumah kecil dengan taman di tengah, bentuk rumah tradisional China.
Hutong Nanluoguxiang termasuk salah satu jalan tertua di Beijing dengan panjang 787 meter dan lebar 8 meter. Kedua sisi hutong Nanluoguxiang terhubung dengan delapan hutong lain hingga berbentuk seperti kelabang.
Kata hutong berasal dari bahasa Mongolia yang artinya ’sumur air’. Orang-orang dulu menggali sumur dan tinggal di sekitarnya.
Permukiman yang dipisahkan dengan hutong ini dibangun semasa kekuasaan Dinasti Yuan (1271-1368) atau 700 tahun silam. Mongolia menguasai Beijing pada 1215. Selanjutnya pada 1271, mereka membangun ibu kota kekaisaran Yuan, Dadu.
Kata hutong berasal dari bahasa Mongolia yang artinya ’sumur air’. Orang-orang dulu menggali sumur dan tinggal di sekitarnya. ”Sumur air” menjadi nama daerah permukiman yang kemudian juga menjadi nama gang yang menghubungkan barisan rumah berhalaman itu.
Pemandangan di salah satu hutong di Beijing, China. Foto diambil pertengahan Juli 2022. (KOMPAS/LUKI AULIA)
Jalan-jalan melewati hutong rasanya seperti masuk ke China zaman dulu. Bentuk-bentuk rumahnya seperti yang sering tampak pada film berlatar masa kekaisaran China.
Berdasarkan perencanaan kota pada masa Dinasti Yuan, jalan standar memiliki lebar 36 meter dan jalan kecil memiliki lebar 18 meter. Sementara hutong, lebarnya 9 meter. Faktanya, lebar hutong-hutong di Beijing berkisar 40 sentimeter hingga 32 meter.
Ada hutong yang jalannya berliku-liku hingga bisa tersesat jika tak awas memerhatikan jalan. Apalagi jika aplikasi layanan peta di telepon selular mendadak mandek karena sinyal hilang. Jika sinyal hilang dan lupa arah masuknya, yang terjadi adalah berputar-putar kembali ke titik itu lagi, itu lagi. Untung saja, kemarin penulis ke sana naik sepeda jadi kaki tak terasa pegal.
Jika hutong yang jalannya lebar, risiko tersesat kecil. Misalnya di hutong Dongjiaominxiang yang terkenal sebagai yang terpanjang dengan panjang mencapai 6,5 kilometer itu. Jalan ini mudah ditemukan karena jalannya lebar, cukup untuk dua mobil berpapasan
Di masa lalu, Beijing memiliki ratusan rumah berhalaman di sekitar Kota Terlarang dan hutong, terbentang ke empat arah.
Jalan ini disebut dengan jalur beras sungai Timur karena terletak di sebelah pelabuhan sungai tempat beras dan makanan dari daerah selatan diturunkan untuk kemudian didistribusikan di Beijing. Semasa Dinasti Ming dan Qing, jalan ini pernah menjadi lokasi kantor pemerintahan asing. Pada 1900-an lalu menjadi kawasan kedutaan asing, bank asing, rumah sakit, dan kantor pos Perancis.
Di masa lalu, Beijing memiliki ratusan rumah berhalaman di sekitar Kota Terlarang dan hutong, terbentang ke empat arah. Meski sudah ada sejak zaman Dinasti Yuan, hutong baru menjadi populer selama Dinasti Ming dan Qing (1368 - 1911). Jumlahnya meningkat menjadi 2.076 hutong. Dan pada 1949, jumlahnya mencapai 3.250 hutong.
Belakangan karena kebutuhan pembangunan kota, jumlahnya berkurang drastis. Pada 2003, tersisa 1.500 hutong dan sekarang tak lebih dari 1.000 hutong. Mayoritas hutong sudah berubah menjadi toko, kafe, restoran, butik, hostel, rumah teh, bar, dan bistro. Masih beruntung bisa berubah fungsi karena banyak hutong yang terpaksa dirobohkan lalu diganti dengan apartemen, properti mewah, gedung pencakar langit, dan jalan raya.
Puas menelusuri hutong Nanluoguxiang, perjalanan berlanjut ke hutong Yandaixie yang hanya berjarak 1 kilometer. Jalan sepanjang 232 meter ini merupakan pusat bisnis tertua di Beijing dan sudah ada sejak 800 tahun silam.
Mayoritas hutong sudah berubah menjadi toko, kafe, restoran, butik, hostel, rumah teh, bar, dan bistro.
Dulu di lokasi ini, yang dijual hanya pipa, tembakau, barang antik, batu giok, dan lukisan Cina. Kini, lebih banyak butik, suvenir, restoran, kafe, dan bar. Di ujung jalan, ada kawasan bernama Shichahai yang terdiri dari tiga danau. Dulunya, ini adalah taman kekaisaran. Pas sampai di lokasi ini kebetulan matahari beranjak tenggelam dan semua orang mengabadikan momen di pinggir danau ini dengan kamera.
"Hutong Nanluoguxiang tidak hanya menampung banyak toko suvenir dan makanan tradisional, tetapi juga kedai kopi, bar, dan restoran Barat. Saya bisa merasakan tradisi China kuno dan kebutuhan modern pada saat yang bersamaan. Jalan berliku hutong mewakili arsitektur China. Percaya atau tidak, saya merasa mereka hutong ini menggambarkan kehidupan nyata Beijing," kata Chanmolika Seng, wartawan dari Kamboja.
Masa depan hutong rawan tergusur kemajuan zaman jika tak gencar upaya merawatnya. Apalagi jika kebutuhan akan lahan pemukiman meningkat seiring pertumbuhan penduduk.
Efan, warga China yang tinggal di daerah Houhai di Distrik Xicheng, menceritakan daerahnya sudah menggabungkan struktur hutong dengan gaya hidup modern yang mewakili tradisi budaya dan anak muda Beijing. Hingga hari ini, hutong adalah rumah bagi ribuan orang. Tetapi banyak hutong yang dilestarikan sebagai situs bersejarah. "Hutong tidak hanya tetap menjadi bagian dari gaya hidup modern di Beijing, tetapi juga merupakan komponen penting dari warisan budaya kita," ujarnya.
Hanya saja, masa depan hutong rawan tergusur kemajuan zaman jika tak gencar upaya merawatnya. Apalagi jika kebutuhan akan lahan pemukiman meningkat seiring pertumbuhan penduduk. Efan khawatir jika tak ada strategi perencanaan perkotaan Beijing bagi hutong atau kepedulian pada kelangsungan budaya tradisi, bisa jadi tak akan ada hutong yang tersisa kecuali hutong yang memang diubah menjadi lokasi wisata atau untuk memenuhi kepentingan wisatawan.