Sri Lanka Menanti Presiden Baru untuk Atasi Krisis Multidimensi
Rakyat berharap presiden terpilih bukan kepanjangan tangan Presiden Gotabaya Rajapaksa. Namun, kandidat utama yang diunggulkan adalah sekutu dekat Rajapaksa.
Oleh
PASCAL S BIN SAJU
·4 menit baca
COLOMBO, RABU — Rakyat Sri Lanka mengharapkan presiden baru yang dapat membawa negara itu keluar dari krisis multidimensi terburuk sejak kemerdekaan pada 1948. Presiden yang dipilih parlemen pada Rabu (20/7/2022) diharapkan bukan perpanjangan tangan Gotabaya Rajapaksa, yang mengundurkan diri dalam pelariannya di Singapura.
Sri Lanka saat ini tak berdaya akibat krisis ekonomi, keuangan, dan polarisasi sosial politik yang buruk dalam hampir 75 tahun terakhir. Krisis ditinggal pergi oleh Rajapaksa yang melarikan diri pada Rabu (14/7) menuju Maladewa dan kini di Singapura akibat desakan massa demonstran, sebagai puncak unjuk rasa selama 3 bulan.
Tiga kandidat utama ditetapkan setelah pencalonan ditutup pada Selasa. Mereka adalah sekutu dekat Rajapaksa, yakni Perdana Menteri dan penjabat Presiden Ranil Wickremesinghe; mantan Menteri Pendidikan Dullas Alahapperuma yang didukung partai oposisi utama; dan mantan pemimpin Partai Janatha Vimukti Peramuna berhaluan kiri, Anura Dissanayake.
Wickremesinghe lebih diunggulkan. Namun, analis mengatakan, kemenangan Wickremesinghe dipastikan akan ditentang rakyat Sri Lanka. Demonstransi yang mengusir Rajapaksa dari kursi presiden bisa terulang. Wickremesinghe juga dituntut mundur dalam aksi pekan lalu.
Alahapperuma, anggota parlemen dari partai penguasa dan mantan jurnalis, dilaporkan lebih dapat diterima publik dan kubu oposisi. Namun, dia tidak memiliki pengalaman di lingkungan pemerintahan tingkat atas Sri Lanka. Itu berbeda dengan Wickremesinghe, politisi kawakan yang telah enam kali menjadi perdana menteri.
Wickremesinghe menjadi penjabat presiden pekan lalu setelah Rajapaksa melarikan diri dari Sri Lanka. Saat itu, para pengunjuk rasa mengokupasi kediaman dan kantor resmi Rajapaksa, berkeliaran di koridor istana presiden, dan menggunakan seluruh fasilitas yang ada seakan mereka sedang berpesta pora.
Para pengunjuk rasa juga membakar rumah pribadi Wickremesinghe dan menyerbu kantornya, tetapi gagal menggulingkannya dari kursi PM. Tindakan para pengunjuk rasa menentang Wickremesinghe itu terjadi karena ia bergabung dengan pemerintahan Rajapaksa pada Mei lalu untuk mengisi posisi PM yang ditinggalkan Mahinda Rajapaksa, kakak Gotabaya.
Lobi intensif terjadi di kalangan partai kecil pada Rabu malam. Mereka menjanjikan dukungan kepada Alahapperuma yang menjadi penantang utama Wickremesinghe. Pengamat percaya Wickremesinghe akan menindak keras para demonstran jika dia terpilih jadi presiden.
Kandidat ketiga, Dissanayake, hanya menguasai tiga kursi di parlemen. Dia tidak memiliki peluang realistis untuk menang. Pertarungan ketat sebenarnya terjadi antara Wickremesinghe dan Alahapperuma. Wickremesinghe tetap dilihat sebagai penerus kekuasaan klan Rajapaksa.
Rakyat Sri Lanka menyalahkan klan Rajapaksa atas ambruknya ekonomi dan keuangan negara itu, yang diperlemah oleh pandemi Covid-19. Tidak hanya itu, klan Rajapaksa yang berkuasa sejak 2005 atau lebih dari 20 tahun ditunding melakukan korupsi dan nepotisme. Setidaknya, hingga April lalu, ada tujuh anggota keluarga Rajapaksa duduk di pemerintahan.
Tidak segera jelas berapa banyak dukungan yang dimiliki Wickremesinghe di parlemen, lembaga legislatif yang beranggotakan 225 orang. Wickremesinghe didukung partai yang berkuasa, yang memiliki total 145 kursi hasil pemilu parlemen pada 2020. Alahapperuma mendapat dukungan dari bagian lain serta partai oposisi utama yang memenangi 54 kursi.
Angka terbaru tidak jelas karena beberapa anggota parlemen menjadi independen. ”Sebelumnya, Ranil Wickremesinghe yang terdepan, tetapi sekarang hasilnya jauh lebih tidak pasti,” kata ilmuwan politik, Jayadeva Uyangoda. ”Keseimbangan kekuasaan parlemen bergeser. Hasilnya bergantung pada seberapa besar kendali Rajapaksa atas anggota partai mereka.”
Parlemen Sri Lanka pada 1993 dengan suara bulat memilih DB Wijetunga untuk menyelesaikan masa jabatan Presiden Ranasinghe Premadasa yang tewas dibunuh. Kali ini tiga kandidat maju untuk menuntaskan masa jabatan Rajapaksa, yang berakhir pada November 2024.
”Ini pengalaman baru dalam sejarah parlementer negara ini,” sebut Kepala Komunikasi Parlamen dalam pernyataan.
Seorang kandidat yang mendapat lebih dari sepertiga suara sah parlemen akan dinyatakan terpilih. Jika tidak ada kandidat yang mencapainya, kandidat dengan jumlah suara terendah akan tersingkir. Preferensi anggota parlemen diperhitungkan untuk akhirnya mencapai pemenang.
Apa pun prosesnya, pengunjuk rasa jelas ingin Wickremesinghe pergi. Wickremesinghe, pada bagiannya, memberlakukan keadaan darurat pada Senin untuk memberinya lebih banyak kekuatan guna melancarkan tindakan keras jika dia merasa perlu.
”Kami akan melawan Ranil lagi. Dia orang yang korup,” kata Duminda Nagamuwa, warga yang mengorganisasi protes baru di Colombo setelah Wickremesinghe diketahui mencalonkan diri sebagai pengganti Rajapaksa.
Padahal, pekan lalu, Wickremesinghe menyatakan siap mundur jika pemerintahan baru terbentuk. ”Jika Ranil muncul (berkuasa), negara kita tidak bisa meraih stabilitas,” kata Nagamuwa. (AFP/REUTERS/AP)