Militer Picu Kebingungan, Zelenskyy Mendadak Panggil Panglima Ukraina
Akan ada pembatasan gerak bagi perempuan Ukraina yang bekerja di sektor tertentu. Sementara para pria butuh izin keluar dari wilayah tempat tinggalnya.
Oleh
KRIS MADA DAN HARRY SUSILO, DARI KHARKIV, UKRAINA
·3 menit baca
KHARKIV, KOMPAS - Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mendadak memanggil menteri pertahanan para petinggi Angkatan Bersenjata Ukraina, Rabu (6/7/2022). Pemanggilan itu dilakukan selepas warga Ukraina kebingungan dengan pengumuman Angkatan Bersenjata Ukraina soal pembatasan gerak bagi pasukan aktif dan pasukan cadangan Ukraina.
"Saya memerintahkan Menteri Pertahanan, Kepala Staf Umum, dan Panglima Angkatan Bersenjata melaporkan ke saya terkait semua hal untuk persetujuan pergerakan bagi anggota wajib militer dan komponen cadangan. Saya meminta Kepala Staf Umum tidak membuat keputusan tanpa (izin) saya," ujar Zelenskyy lewat pengumumkan pada Kamis dini hari.
Ia mengumumkan itu setelah Panglima Angkatan Bersenjata Ukraina Jenderal Valerii Zaluzhnyi mengumumkan soal pembatasan gerak. Seluruh orang yang terdaftar sebagai anggota wajib militer dan komponen cadangan harus mendapat izin dari Pusat Pendataan Anggota di kantor pertahanan setempat.
"Warga negara yang terhormat, anggota wajib militer dan mereka yang memenuhi syarat (menjadi) anggota wajib militer, saya mengingatkan anda bahwa kita sedang berperang. Negara membutuhkan anda. Semua yang belum terdaftar atau belum dipanggil harus melapor. Siapa pun yang akan bepergian keluar distrik atau wilayah (tempat tinggal) harus mendapat izin dari Kantor Pendataan Anggota di wilayahnya," demikian pernyataan tertulis Zaluzhnyi pada Selasa sore.
Ia juga menyiarkan dokumen berisi prosedur mendapatkan izin tersebut. Dalam pengumuman itu, ia menyatakan bahwa tidak akan ada pembatasan gerak dalam beberapa hari mendatang. Pengumuman itu disebut sebagai pengingat ulang atas ketentuan yang sudah berlaku sejak perang meletus pada 24 Februari 2022.
Sejak perang meletus, Ukraina melarang hampir seluruh pria berusia 18 tahun hingga 60 tahun meninggalkan daerah tempat tinggalnya. Mereka diminta bersiap dipanggil ke pasukan, baik di militer organik atau pertahanan wilayah, sewaktu-waktu.
Selepas pengumuman Zaluzhnyi, banyak warga Ukraina kembali membahasnya. Mereka terutama kebingungan soal prosedur mendapatkan izin pergerakan. "Saya belum tahu apa yang dimaksud batas wilayah tempat tinggal. Tempat kerja dan tempat tinggal saya berbeda distrik," kata Oleksandr, seorang warga Kharkiv.Di sisi lain, ia sudah melapor ke Pusat Pendataan Anggota di kantor pertahanan Kharkiv sejak awal perang. Kala itu, ia tidak diperintahkan bergabung dengan pasukan. "Sampai sekarang, saya belum dipanggil," kata dia.Perempuan
Warga juga kebingungan dengan informasi mobilisasi perempuan. Wakil Menteri Pertahanan Ukraina Hanna Maliar menuding, ada pihak-pihak yang menyesatkan warga dengan kabar palsu. "Sampai sekarang tidak ada keperluan mobilisasi perempuan ke Angkatan Bersenjata Ukraina dan tidak ada rencana melarang perempuan bepergian ke luar negeri. Bahkan, rencana itu tidak pernah dibahas sampai sekarang," kata dia.
Ia membenarkan, di angkatan bersenjata banyak perempuan bergabung. Mereka dinyatakan bergabung atas keinginan sendiri dan tidak ada yang mewajibkan.Berbeda dengan pria, semua perempuan Ukraina tetap dibebaskan bergerak bahkan meninggalkan negara itu selama perang. Karena itu, mayoritas pengungsi Ukraina merupakan perempuan dan anak berusia di bawah 18 tahun.
Kebingungan soal wajib militer bagi perempuan meruak hampir bersamaan dengan pengumuman Zaluzhnyi. Sejumlah media massa Ukraina mengabarkan pembatasan gerak bagi perempuan yang bekerja di sektor tertentu. Pakar kimia, biologi, fisika, konstruksi sipil, hingga teknologi pangan termasuk yang disebut dilarang bepergian ke luar negeri.