Jaringan Mata-mata Tunjukkan Perpecahan Sikap Warga Ukraina
Persoalan mata-mata Rusia ini meresahkan banyak warga Ukraina. Informasi dari mata-mata itu menjadi salah satu penyebab banyak fasilitas sipil menjadi sasaran serangan dan membawa penderitaan bagi warga.
Oleh
KRIS MADA DAN HARRY SUSILO, DARI KHARKIV, UKRAINA
·6 menit baca
KOMPAS/HARRY SUSILO
Anggota militer Ukraina sedang memeriksa bagian tank milik Rusia yang hancur di sebuah ladang gandum di desa Mala Rohan, Provinsi Kharkiv, Ukraina, Selasa (5/7/2022). Banyak bahan peledak dan ranjau yang belum dijinakkan tersebar di ladang pertanian warga.
KHARKIV, KOMPAS — Aparat Ukraina menangkap sejumlah pejabat dan warga karena menjadi mata-mata Rusia. Pengungkapan jaringan itu mengindikasikan perpecahan sikap warga soal perang Rusia-Ukraina yang terus membara.
Penangkapan terbaru diungkap Badan Keamanan Negara (SBU) Ukraina pada Selasa (5/7/2022). Seorang pria berusia 41 tahun ditangkap di Kharkiv. Ia diduga memberikan data soal tentara Ukraina di Kharkiv kepada Rusia. Pria yang tidak disebut nama dan tempat tinggalnya itu juga disebut memberikan koordinat kendaraan tempur dan bangunan-bangunan yang diberi penguatan tambahan di Kharkiv.
SBU memeriksa komputer dan pria tersebut. Di dalamnya ditemukan aneka informasi yang diduga telah berbulan-bulan dikirimkan kepada Rusia.
Pada Senin (4/7/2022), SBU menangkap seorang warga Odesa karena mengirimkan foto dan koordinat lokasi tertentu. Dalam percakapan di aplikasi pesan di ponsel warga itu disebut, lokasi-lokasi itu merupakan pangkalan pasukan dan peralatan perang Ukraina di Odesa. Sejumlah koordinat dalam percakapan itu berdekatan dengan lokasi serangan rudal dan roket Rusia di Odesa.
KOMPAS/HARRY SUSILO
Sisa reruntuhan bangunan apartemen yang hancur dihantam rudal Rusia di Borodyanka, Provinsi Kyiv, seperti terlihat, Jumat (17/6/2022). Kondisi Borodyanka mulai ramai setelah warga kembali dari pengungsian.
Informasi sejenis juga ditemukan pada ponsel sejumlah warga di Mykolaiv dan Kherson. Mereka diduga membagikan lokasi pangkalan Ukraina di sekitar Laut Hitam. Dalam ponsel mereka ditemukan percakapan terkait posisi dan pergerakan pasukan serta peralatan perang Ukraina.
Sebelumnya, SBU juga menangkap orang-orang yang mengirimkan koordinat ke pihak tidak dikenal. Belakangan diketahui, koordinat itu menjadi lokasi sasaran serangan Rusia di berbagai provinsi Ukraina. Koordinat itu diketahui untuk memperbaiki sasaran tembak artileri, rudal, dan roket.
Jaringan mata-mata Rusia juga diketahui menyusup hingga ke parlemen Ukraina. Seorang staf parlemen Ukraina ditangkap karena mencuri aneka informasi terkait pertahanan Ukraina. Informasi itu diduga diberikan kepada intelijen Rusia. Seorang pejabat di kantor Perdana Menteri Ukraina serta Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Ukraina juga ditangkap dengan tuduhan seperti pegawai parlemen.
Angkatan Bersenjata Ukraina berulang kali mengumumkan larangan memotret tempat pasukan dan peralatan perang. Bahkan, di beberapa lokasi, tidak boleh menunjukkan wajah pasukan Ukraina dalam foto dan video. ”Foto dan video yang menginformasikan lokasi pasukan dan persenjataan bisa membahayakan pertahanan Ukraina. Nyawa pasukan jadi taruhan,” kata juru bicara Komando Operasi Selatan Ukraina, Nataliya Gumenyuk.
Faktor
Dosen pada Sekolah Tinggi Hukum Kharkiv, Vasyl Bilous, mengatakan, persoalan mata-mata Rusia meresahkan banyak warga Ukraina. ”Saya sering mendengar kekhawatiran warga soal aktivitas orang-orang itu. Informasi mereka salah satu penyebab banyak fasilitas sipil menjadi sasaran serangan Rusia,” ujarnya.
KOMPAS/HARRY SUSILO
Sebuah sekolah dasar runtuh terkena rudal di Distrik Shevchenkivsky, Kharkiv, Ukraina, Senin (4/7/2022). Sekolah ini dibom pada Senin pukul 04.00 waktu setempat. Belum diketahui ada tidaknya korban jiwa. Hampir setiap hari Kharkiv dihujani serangan rudal dan artileri Rusia.
Sejarah Ukraina menjadi salah satu faktor sebagian orang Ukraina membantu Rusia menyerbu Ukraina. ”Tidak semua orang Ukraina asli negara ini. Beberapa persen dari puluhan juta warga negara ini keturunan Rusia. Mereka masih merasa sebagai orang Rusia dan karena itu perlu membantu Rusia menyerang negara ini,” ujarnya.
Selama puluhan tahun, sebagian orang Ukraina punya kerabat di Rusia dan sebaliknya. Kala Ukraina masih jadi bagian Uni Soviet, Moskwa memindahkan banyak orang Rusia ke Ukraina. ”Setelah beberapa generasi, mereka tidak benar-benar menjadi orang Ukraina. Mereka tetap merasa orang Rusia,” ujar Bilous.
Seorang warga Kharkiv yang hanya mau disebut sebagai Nikolai menyebut kerap melihat orang tidak dikenali di sekitar distriknya. Mereka memotret sejumlah lokasi. ”Tidak lama, lokasi-lokasi itu terkena rudal atau roket,” ujarnya.
Bagi Bilous, kebijakan keras kepada orang-orang tersebut dapat dimaklumi. Pertama, mereka membahayakan nyawa warga sipil dan fasilitas sipil. Kedua, kini Ukraina memberlakukan darurat perang sehingga sejumlah kebijakan bisa lebih keras dibandingkan biasanya.
Militerisasi
Sementara Kantor Pusat Koordinasi Aksi Kemanusiaan Rusia menuding Moskwa terus menerima bukti militerisasi fasilitas sipil di Ukraina. Rumah susun, sekolah, hingga rumah sakit dijadikan markas pasukan dan pangkalan kendaraan perang. Hal itu antara lain dilakukan pada SD 2 Siverks di Donetsk. Di sana, Rusia menemukan kendaraan lapis baja serta roket dan peluru artileri. Sementara SD 21 Shcherbinovkyi dijadikan lokasi persembunyian penembak runduk. Di sekitar sekolah diduga telah ditanam ranjau.
KOMPAS/HARRY SUSILO
Bangunan penampung hasil panen yang hancur terkena rudal di Okhtyrka, 26 Juni 2022.
Adapun di SMP 25 Odesa dijadikan barak pasukan dan pangkalan kendaraan perang. Ditemukan pula sejumlah meriam di sana. Sementara rumah susun di pinggiran kota Kharkiv dijadikan barak pasukan.
Rusia juga menuding milisi Ukraina kerap meledakkan jembatan di berbagai provinsi. Selanjutnya, mereka menyatakan jembatan itu meledak karena rudal atau roket Rusia. Padahal, tidak ada bekas roket atau rudal di lokasi.
”Kami menegaskan Rusia tidak menyasar fasilitas sipil. Justru Ukraina terus menyasar berbagai fasilitas sipil di Donetsk dan Luhansk. Sudah delapan tahun dunia menutup mata pada fakta ini,” demikian pernyataan Kantor Pusat Koordinasi Aksi Kemanusiaan Rusia.
Kantor itu menuding Ukraina secara sengaja melanggar aneka hukum perang dan hukum kemanusiaan internasional. Sebab, Kyiv sengaja mengubah aneka fasilitas sipil menjadi barak pasukan dan gudang senjata.
Penguasa Darurat Militer Kharkiv Oleg Synegubov menampik tudingan itu. Ia mencontohkan empat sekolah yang disasar rudal Rusia sejak Jumat pekan lalu hingga Selasa. ”Tidak ada pasukan atau peralatan perang di sana. Siapa pun bisa melihat dengan jelas. Faktanya, sarana pendidikan menjadi sasaran sembarangan,” ujarnya.
Bersama Luhansk, Donetsk, Zaporizhia, dan Kherson, Kharkiv kini menjadi garis depan perang Rusia-Ukraina. Setidaknya 20 persen wilayah Kharkiv dikendalikan Rusia. Hingga 10 persen lainnya terus diperebutkan Kyiv-Moskwa. Adapun sisanya dikendalikan penuh Ukraina. Di semua palagan itu, Rusia telah menguasai seluruh Luhansk dan hampir 90 persen Kherson. Adapun penguasaan di Donetsk dan Zaporizhia nyaris setara antara Rusia dan Ukraina.
KOMPAS/HARRY SUSILO
Kendaraan perang dan tank Rusia yang dihancurkan tentara Ukraina dipajang di lapangan Gereja St Michael, Kyiv, Ukraina, Sabtu (11/6/2022). Bangkai kendaraan dan tank Rusia ini dijadikan obyek wisata untuk tempat berfoto bagi warga Ukraina.
Penguasa Darurat Militer Donetsk Pavlo Kyrylenko mengatakan, Rusia kini memusatkan perhatian ke Donetsk. Pemusatan dilakukan setelah seluruh daerah penting Luhansk praktis sudah dikendalikan Rusia. Bahkmut, Siversk, Kramatorsk, dan Slovyansk menjadi sasaran utama serangan Rusia sejak beberapa hari terakhir.
Wali Kota Slovyansk Vadym Laikh menyebut, artileri dan roket Rusia tengah menyasar kotanya sepanjang Selasa. Seluruh warga diminta tidak keluar dari tempa perlindungan sampai ada pemberitahuan lebih lanjut. Dalam serangan Senin, enam warga kota itu tewas dan setidaknya 15 lain cedera.
Juru Bicara Kantor Staf Umum Angkatan Bersenjata Ukraina Oleksandr Shtupun mengatakan, Rusia mencoba mengirim pasukan ke Slovyansk. Sejauh ini upaya itu gagal walau pasukan Rusia didukung artileri, roket, mortar, dan rudal. ”Pasukan Ukraina bisa memukul mundur pasukan Rusia di palagan Slovyansk,” kata dia.
Sementara Wali Kota Mykolaiv Oleksandr Sienkevych mengatakan, sejumlah lokasi di kota itu jadi sasaran rudal Rusia pada Selasa pagi. Sejauh ini tidak ada korban jiwa akibat serangan itu.
Adapun Wali Kota Pokrov Oleksander Shapoval meluapkan kemarahannya karena lima keluarga di kota itu kehilangan tempat tinggal sejak Selasa pagi. Rumah mereka hancur oleh rudal Rusia pada Selasa dini hari. ”Memang tidak ada yang terluka. Tapi jahat sekali serangan ini, memaksa anak-anak kehilangan rumah,” ujarnya.