Pesan persaudaraan kepada warga Indonesia mengalir dari berbagai lapisan masyarakat di Malaysia. Hal itu tidak hanya diungkapkan oleh pejabat pemerintahan, tapi juga dari kalangan akar rumput di Malaysia.
Oleh
FAJAR RAMADHAN
·5 menit baca
Indonesia dan Malaysia memiliki hubungan yang istimewa lantaran keduanya mempunyai persamaan dalam hal sosio-budaya, agama dan sejarah. Meski kerap dilanda ketegangan, persahabatan kedua negara tetap bertahan.
Setidaknya itu yang dirasakan Pengarah Ekonomi Pejabat Pegawai Menteri Malaysia, Shahril Suffian Hamdan. Shahril mengungkapkan apa yang disebutnya sebagai pesan persaudaraan antardua negara serumpun itu dalam acara jamuan makan malam bersama Ikatan Setiakawan Media Malaysia-Indonesia (Iswami) di Kuala Lumpur, Kamis (30/6/2022) malam. Dia berharap generasi muda Malaysia terus merawat hubungan persaudaraan itu.
"Dua sahabat tak akan bersahabat lama andaikata tak mau dan tak mampu mengurai masalah dan tantangan yang timbul," ujarnya.
Isu soal perbatasan, sosio-budaya, maupun ketenagakerjaan kerap menguji hubungan persahabatan Malaysia dan Indonesia. Namun, kerendahan hati kedua negaralah yang akhirnya mampu meredam ketegangan antarwarga.
Misalnya dalam insiden bendera Indonesia yang terbalik pada perhelatan Sea Games 2017. Kala itu Menteri Pemuda dan Olahraga Malaysia segera meminta maaf kepada Indonesia untuk meredakan situasi.
Hal yang sama juga pernah dilakukan pihak Indonesia. Ketika terjadi unjuk rasa di kedutaan besar Malaysia di Jakarta pada 2010 dan 2011, pihak kepolisian dan duta besar Indonesia di Kuala Lumpur turut membantu meredakan ketegangan.
"Masih ada isu yang timbul antara dua negara yang memerlukan komitmen agar kerja sama ini bertahan lama," ujarnya.
Shahril menilai, insan media dari kedua negara turut memegang peranan penting dalam menenangkan ketegangan antarwarga. Dalam hal ini, peranan Iswami sebagai saluran diplomasi rakyat di kedua negara perlu diperluas.
"Peranan media amat penting untuk menenangkan emosi rakyat di kedua negara yang tentu punya rasa bangga pada negara masing-masing," tambahnya.
Semangat untuk menjaga hubungan baik kedua negara juga diungkapkan oleh Presiden Iswami Malaysia Datuk Mokhtar Hussain. Menurutnya, insan media dari kedua negara sudah berkomitmen untuk mengikuti perkembangan di masing-masing negara. Forum komunikasi media kedua negara juga terus dirawat.
"Hampir setiap hari pimpinan redaksi dari kedua negara saling bertegur sapa melalui grup Whatsapp. Apa saja perkembangan yang terjadi di kedua negara disampaikan di sana," ungkapnya.
Bukan menjajah
Hubungan persaudaraan dua negeri serumpun juga makin akrab terlihat dari produk budaya masing-masing negara. Pendiri Les' Copaque Production Sdn Bhd, Burhanuddin Md Radzi menyatakan keinginannya untuk merekatkan hubungan dua negara melalui animasi Upin Ipin yang mereka produksi. Hal ini sekaligus menyanggah tudingan miring soal Upin Ipin yang dianggap mempengaruhi cara berbahasa anak-anak Indonesia.
"Saya harap Upin Ipin dapat merekatkan orang Indonesia dengan Malaysia. Bukan kita mau melawan Indonesia. Banyak nilai-nilai (yang diajarkan) supaya anak-anak memahami hubungan Malaysia dan Indonesia," katanya.
Saat ini, Indonesia menjadi negara dengan jumlah penonton Upin Ipin terbanyak. Alasan itu lah yang mendorong Burhanuddin membuat karakter Susanti sebagai kawan Upin Ipin dari Indonesia. Kemunculan karakter ini dibuat sehati-hati mungkin agar bisa diterima dengan baik oleh penonton dari Indonesia.
"Waktu kita buat Susanti masuk, pengisi suaranya tak bisa sembarang orang. Kami carikan anak Indonesia," ujarnya.
Satu hal yang tak kalah penting dalam menjaga hubungan baik kedua negara adalah isu soal ketenagakerjaan. Kompas berkesempatan mengunjungi asrama pekerja migran Indonesia yang berada di Pangsapuri Sri Ayu, Bandar Baru Bangi, Selangor, Malaysia. Seperti diketahui, isu ketenagakerjaan menjadi salah satu yang kerap memanaskan hubungan antarkedua negara.
Asrama di Pangsapuri ini dibangun oleh Perbadanan Kemajuan Negeri Selangor (PKNS), sebuah badan pembangunan di negeri Selangor yang salah satu tugasnya membangun perumahan rakyat. Setidaknya ada 1.336 pekerja migran Indonesia perempuan bermukim di asrama yang dibangun tahun 1998 itu.
Pengurus Besar Kanan Pentadbiran PKNS Saharom Mohni menjelaskan, asrama ini menjadi bukti kerjasama antara pemerintah negeri Selangor dengan pihak kedutaan besar negara tetangga yang menyediakan tenaga kerja. Di tempat ini para pekerja migran mendapatkan fasilitas memadai dan jaminan keamanan.
"Di Asrama Pangsapuri ini dihuni oleh lebih dari 1.000 pekerja dari 15 perusahaan. Tetapi yang paling banyak adalah pekerja dari Indonesia. Kebanyakan dari mereka bekerja di pabrik Sony," katanya.
Di hadapan para anggota Iswami, Mohni berpesan agar para insan media terus mendukung usaha pemerintah Selangor dalam mengharmoniskan hubungan rakyat kedua negara. Dia berharap hubungan bilateral kedua negara tidak hanya berhenti di bidang perdagangan, bisnis dan diplomatik semata.
Dari warga
Pesan persaudaraan kepada Indonesia tak hanya diungkapkan oleh para kaum elitis Malaysia. Semangat menjaga hubungan baik kedua negara juga disampaikan oleh beberapa warga lokal Malaysia.
Salah satunya Nizam (32), penjual makanan di kompleks asrama tenaga kerja Pangsapuri Sri Ayu. Pria kelahiran Johor Bahru ini mengaku kerap diresahkan oleh situasi antarwarga yang kerap memanas akibat pertandingan sepakbola.
Dalam ajang piala AFF tahun 2012 misalnya, suporter garis keras Malaysia meneriakkan yel-yel hinaan kepada tim nasional Indonesia yang berlaga di Stadion Bukit Jalil, Malaysia. Hal itu memicu kemarahan dari warga Indonesia dan berujung pada aksi saling ejek di media sosial.
Nizam meyakini, yel-yel hanya dilontarkan oleh sejumlah oknum suporter saja. Hinaan itu sama sekali bukan mewakili suara dari masyarakat Malaysia secara keseluruhan. "Kita ini sama-sama kawan. Tak ada gaduh-gaduh. Kita ini kan serumpun," katanya.
Sebagai warga asli Malaysia, Nizam justru menggemari banyak hal tentang Indonesia. Bahkan, Nizam dengan bangga mengakui dirinya adalah penggemar berat sinetron Indonesia. Film-film horor Indonesia juga selalu dia ditunggu-tunggu.
"Oh nonton dong. Ada sinetron Putri untuk Pangeran. Di ini ramai sekali sinetron Indonesia. KKN Desa Penari sudah saya tonton kemarin. Di sini meletup ceritanya," katanya bangga.
Sementara Nurfaiz (35) menganggap warga Malaysia dan Indonesia memiliki latar belakang yang sama. Tak mengherankan apabila keduanya memiliki budaya yang hampir mirip. Hal itu bukan berarti Malaysia mengklaim budaya yang telah menjadi kekayaan Indonesia.
"Kita ini kan memang serumpun. Jadi kalau di sini ada gado-gado pun sama," kata Pria asal Seremban, Negeri Sembilan, Malaysia ini.
Nurfaiz mengamati, penggunaan diksi dalam berkomunikasi juga dapat menimbulkan kesalahpahaman antarwarga kedua negara. Dikarenakan beberapa kata dalam Bahasa Melayu memiliki makna yang berbeda dalam Bahasa Indonesia.
"Misalnya kata gampang. Kalau di Bahasa Indonesia bermakna mudah. Kalau di Malaysia bisa bermakna umpatan," ujarnya.
Ibarat sebuah amanat, pesan-pesan ini harus disampaikan kepada warga Indonesia. Kesadaran dari berbagai lapisan masyarakat di Malaysia tentang pentingnya persaudaraan kedua negara juga perlu dipahami oleh Indonesia.