G7 dan G20 Perlu Berkolaborasi Mencegah Ancaman Kelaparan
Presiden Joko Widodo mengajak negara-negara dalam G7 dan G20 untuk bersama-sama mengatasi krisis pangan. Menurut World Food Programme, 323 juta orang terancam menghadapi kerawanan pangan akut tahun ini.
Oleh
NINA SUSILO
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Negara-negara G7 dan G20 bisa bersama-sama mengatasi krisis pangan. Komunikasi yang intensif mendorong fasilitasi komoditas yang penting bagi masyarakat perlu didahulukan.
Hal ini disampaikan Presiden Joko Widodo pada sesi kedua KTT G7 dengan topik ”Ketahanan Pangan dan Kesetaraan Gender” di Schloss Elmau, Elmau, Jerman, Senin (27/6/2022).
”Sebanyak 323 juta orang di tahun 2022 ini, menurut World Food Programme, terancam menghadapi kerawanan pangan akut. G7 dan G20 memiliki tanggung jawab besar untuk atasi krisis pangan ini. Mari kita tunaikan tanggung jawab kita, sekarang, dan mulai saat ini,” ujar Presiden Jokowi tegas.
Pangan merupakan permasalahan hak asasi manusia yang mendasar. Para perempuan dan anak dari keluarga miskin dipastikan menjadi yang paling menderita ketika terjadi kekurangan pangan.
Karenanya, negara-negara G7 perlu bergerak cepat mencari solusi konkret. Produksi pangan harus ditingkatkan. Rantai pasok pangan dan pupuk global harus kembali normal.
Dalam pidatonya, Presiden Jokowi juga menegaskan pentingnya dukungan negara G7 untuk mereintegrasi ekspor gandum Ukraina dan ekspor komoditas pangan dan pupuk Rusia dalam rantai pasok global.
Menurut Presiden, terdapat dua cara untuk merealisasikan hal tersebut. Pertama, fasilitasi ekspor gandum Ukraina dapat segera berjalan. Kedua, komunikasi secara proaktif kepada publik dunia bahwa komoditas pangan dan pupuk dari Rusia tidak terkena sanksi.
”Komunikasi intensif ini perlu sekali dilakukan sehingga tidak terjadi keraguan yang berkepanjangan di publik internasional. Komunikasi intensif ini juga perlu dipertebal dengan komunikasi ke pihak-pihak terkait, seperti bank, asuransi, dan perkapalan,” tutur Presiden.
Rantai pasok pangan dan pupuk yang terdampak perang perlu diperhatikan betul. Sebab, ketika gangguan pasokan pupuk gagal ditangani, krisis pangan akan terjadi terhadap 2 miliar manusia. Hal ini bisa terjadi terutama di negara berkembang.
Di akhir sambutannya, Presiden kembali menyerukan pentingnya negara G7 dan G20 untuk bersama-sama mengatasi krisis pangan ini. Presiden Jokowi juga mengundang para pemimpin G7 untuk hadir dalam KTT G20 di Bali.
”Saya tunggu para pemimpin G7 untuk hadir dalam KTT G20. Sampai jumpa di Bali, 15-16 November 2022,” tambah Presiden Jokowi, yang didampingi Menteri Luar Negeri Retno Marsudi.
Dalam sesi yang dilangsungkan sehari sebelumnya, Minggu (26/6/2022), para pemimpin G7 juga membahas masalah ekonomi global. Semua prihatin dengan krisis yang dihadapi baik penurunan pertumbuhan ekonomi di beberapa negara, inflasi yang meningkat, kekurangan bahan mentah, serta gangguan pada rantai pasok.
”Ini bukan tantangan yang ringan, karenanya penting untuk dihadapi bersama,” tutur Kanselir Jerman Olaf Scholz.
Diharapkan, G7 sebagai komunitas baik dalam mengembangkan solusi bersama dalam menghadapi tantangan-tantangan zaman. Karenanya, sangat penting untuk mengambil tindakan yang bisa diputuskan dan terintegrasi.
Energi baru terbarukan
Di sela-sela pelaksanaan G7, Presiden Jokowi melakukan beberapa pertemuan bilateral, antara lain, dengan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson dan PM Kanada Justin Trudeau.
Menlu Retno Marsudi yang turut mendampingi dalam pertemuan-pertemuan tersebut mengatakan, PM Johnson dan Presiden Jokowi mengapresiasi kuatnya hubungan bilateral antara Indonesia dan Inggris.
Dalam pertemuan itu, PM Boris Johnson mengatakan bahwa roadmap untuk kerja sama bilateral sudah ada. ”Sudah adanya roadmap tersebut akan lebih mudah untuk memperkuat hubungan kedua negara,” kata Retno.
Presiden Jokowi dan PM Boris Johson juga bersepakat untuk memperkuat kerja sama di bidang energi baru terbarukan (EBT) dan ketahanan pangan.
ICA-CEPA
Adapun dalam pertemuan bilateral Presiden Jokowi-PM Trudeau, kedua pemimpin membahas mengenai peringatan 70 tahun hubungan diplomatik Indonesia-Kanada. Presiden Jokowi berkomitmen tinggi untuk terus meningkatkan kerja sama Indonesia-Kanada ke depan.
”Tahun ini kita memperingati 70 tahun hubungan diplomatik Indonesia-Kanada. Indonesia dan Kanada harus terus mendorong spirit kerja sama, spirit kolaborasi dan spirit multilaterisme dalam menghadapi tantangan global saat ini,” kata Presiden Jokowi.
Untuk terus memperkuat kerja sama ekonomi, Presiden Jokowi mendorong penuntasan perundingan ICA-CEPA pada 2023 yang akan memberikan sinyal positif bagi dunia usaha Indonesia dan Kanada.
Presiden juga menyampaikan apresiasi atas dukungan penuh Kanada terhadap Presidensi Indonesia di G20.
PM Trudeau dalam pertemuan tersebut menyampaikan kegembiraannya bisa bertemu dengan Presiden Jokowi. Dia juga menilai penting persahabatan Indonesia-Kanada, apalagi Indonesia disebutnya salah satu negara paling penting di kawasan.
”Kami akan bekerja bersama dalam perubahan iklim, pertumbuhan ekonomi, pembukaan lapangan kerja untuk warga kedua negara,” tuturnya dalam bahasa Inggris dan kemudian diulanginya dalam bahasa Perancis.