Benua Afrika Segera Punya Vaksin Covid-19 Asli Buatan Sendiri
Benua Afrika siap memproduksi vaksin Covid-19 asli buatan sendiri. Harapannya, vaksinasi bagi 1,3 miliar penduduk di benua itu bisa segera terpenuhi.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·4 menit baca
CAPE TOWN, RABU — Mengikuti perkembangan global bahwa Organisasi Perdagangan Dunia atau WTO menangguhkan secara sementara hak paten berbagai vaksin Covid-19, Benua Afrika mengambil kesempatan tersebut untuk menciptakan vaksin Covid-19 asli produksi dalam kawasan. Pandemi telah lebih dari dua tahun berjalan, tetapi kesenjangan akses vaksinasi masih menjadi hambatan.
Menurut rencana, dalam tiga tahun ini, perusahaan farmasi berbasis di Afrika Selatan (Afsel), yaitu Afrigen, bekerja sama dengan Univercells Group hendak memproduksi vaksin Covid-19 berbasis mRNA. Perbedaan dengan vaksin mRNA buatan Moderna ataupun Pfizer ialah vaksin dari Afsel ini tidak memerlukan lemari pembeku untuk penyimpanan.
Vaksin ini cukup disimpan di kulkas biasa dan tidak akan rusak. Ini akan memudahkan distribusi hingga ke wilayah terpencil di Benua Afrika. Selama ini, salah satu kendala vaksinasi di benua itu ialah di pusat-pusat kesehatan masyarakat di pelosok tidak dilengkapi lemari-lemari pembeku atau listriknya tidak cukup kuat menopang.
”Waktu 36 bulan ini diperlukan untuk membuat vaksin, melakukan uji klinis, dan menunggu hasilnya keluar,” kata Direktur Afrigen Petro Terblanche kepada BBC, Rabu (22/6/2022). Menurut dia, vaksin ini ditargetkan sebagai dosis penguat (booster)bagi mereka yang telah menerima dosis pertama dan kedua dari vaksin Covid-19 merek lain.
Pengumuman ini terjadi setelah WTO menetapkan penangguhan paten vaksin Covid-19 selama lima tahun khusus bagi negara berkembang. Sejak 2020, Afsel dan India telah melobi agar raksasa-raksasa farmasi, seperti Pfizer dan Moderna, mau membuka resep vaksin mRNA mereka. Tujuannya agar negara-negara berkembang tidak perlu menunggu impor. Mereka bisa memproduksi sendiri berdasarkan resep vaksin yang telah ada sehingga kebutuhan vaksin di setiap wilayah bisa terpenuhi.
Memang, sejatinya keputusan WTO ini belum ideal. Pada naskah lobi tahun 2020, Afsel dan India meminta agar tidak hanya paten vaksin Covid-19 yang dibuka. Mereka turut meminta penangguhan paten produk diagnostik dan terapeutik alias segala hal yang berhubungan dengan penyembuhan pasien Covid-19 beserta pencegahan penularan. Dua aspek tersebut masih harus dirapatkan lebih lanjut oleh WTO (Kompas, 20 Juni 2022).
Namun, bagi Afrigen, kata Terblanche, setidaknya ini sudah membuka pintu bagi benua tersebut untuk berdikari membuat vaksin buatan sendiri. Pemakaiannya juga untuk di 54 negara di Benua Afrika. Sebenarnya, di Afsel, perusahaan famasi Amerika Serikat Johnson and Johnson (JnJ) telah bekerja sama dengan Aspen Pharmaceuticals untuk membuat vaksin Covid-19 JnJ.
”Permasalahannya, jumlah pesanan vaksin Covid-19 JnJ dari dalam negeri Afsel ataupun negara-negara tetangga sedikit sekali,” tutur Kepala Bidang Strategis Aspen Pharmaceuticals Stavros Nicolaou kepada Bloomberg.
Hal ini ironis karena tahun lalu, perusahaan ini sempat digugat oleh berbagai perwakilan masyarakat se-Afrika. Perihalnya adalah Aspen mengirim 40 juta dosis vaksin JnJ kepada Uni Eropa. Padahal, komitmen mereka adalah memproduksi untuk dipakai khusus di Afrika. Uni Eropa kemudian mengembalikan semua dosis yang mereka pesan. Ternyata, minat di Afrika untuk vaksin satu dosis ini tetap minim.
Kepala Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Afrika (Africa CDC) John Nkengasong berjanji, pihaknya akan mengadvokasi negara-negara Afrika agar segera memesan vaksin Covid-19 tidak hanya dari Aspen, tetapi juga dari semua produsen vaksin yang tersedia di benua itu. Data Africa CDC menunjukkan, dari 1,3 miliar penduduk yang tersebar di 54 negara, secara total baru 18 persen populasi dewasa yang sudah menerima vaksinasi Covid-19 lengkap.
Apabila melihat data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) per Juni 2022, baru Mauritius dan Seychelles yang sudah memvaksinasi minimal 70 persen dari jumlah penduduk. Pada akhir bulan ini, menurut rencana, Rwanda juga mencapai target 70 persen.
Ada 14 negara yang vaksinasinya belum mencapai 10 persen jumlah penduduk. Negara-negara di wilayah Sub-Sahara, seperti Burundi, Burkina Faso, Etiopia, dan Mauritania, bahkan belum mencapai 1 persen dari populasi.
“Strateginya ialah tetap mengutamakan vaksinasi bagi warga lansia atau penduduk di atas 60 tahun dan juga para tenaga kesehatan. Mereka ini kelompok paling rentan jika tertular Covid-19,” kata Direktur WHO Afrika Matshidiso Moeti, seperti dikutip dari laman resmi WHO.
Target WHO ialah 80 persen lansia dan 90 persen tenaga kesehatan divaksinasi. Per Juni 2022, sudah 50 persen warga lansia dan juga tenaga kesehatan divaksin lengkap. Setelah target tercapai, baru fokus dialihkan kepada kelompok usia 59 tahun ke bawah. Generasi muda merupakan penduduk terbanyak di Benua Afrika. Sebanyak 45 persen penduduk berusia di bawah 18 tahun.