Sara Duterte-Carpio dilantik sebagai wakil presiden Filipina yang baru. Dia akan mendampingi Marcos Jr selama enam tahun masa jabatan. Figur kedua pemimpin itu tidak terlepas dari kekuatan politik dua keluarga besar.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
MANILA, SENIN — Pelantikan Sara Duterte-Carpio menjadi Wakil Presiden ke-15 Filipina menguatkan kembali politik dinasti dua keluarga paling berkuasa di negara itu. Demokrasi Filipina pun jadi taruhannya.
Duterte-Carpio dilantik lebih dahulu pada Minggu (19/6/2022) karena ingin rakyat mengenalnya. Saat pelantikan, Duterte-Carpio menyerukan persatuan nasional setelah pemilu yang menurut dia membuat rakyat Filipina terbelah. ”Hari-hari ke depan penuh tantangan yang menghendaki kita untuk lebih erat bersatu sebagai bangsa,” katanya.
Dia juga mengungkapkan beberapa tantangan ke depan untuk menanggulangi kemiskinan, perang terhadap narkoba, juga penyalahgunaan internet. Duterte-Carpio, yang juga akan menjabat sebagai menteri pendidikan, meminta kepada para orangtua untuk memberikan pendidikan terbaik kepada anak-anak mereka yang merupakan masa depan bangsa.
Pelantikan itu juga dihadiri Ferdinand Marcos Jr atau dikenal dengan panggilan Bongbong. Keduanya memenangi pemilu pada 9 Mei dengan perolehan 32,2 juta suara atau 58,8 persen dari total pemilih. Jumlah suara itu terbanyak dalam beberapa dekade terakhir pemilu di Filipina. Marcos Jr akan dilantik pada 30 Juni.
Bongbong merupakan anak dari Ferdinand Marcos, Presiden Filipina yang memerintah pada 1965-1986. Selama 21 tahun memimpin Filipina, ayah Bongong menerapkan periode darurat militer di mana ia memiliki kekuatan mutlak di tahun 1972. Kepemimpinan ayah Bongbong itu selesai saat rakyat turun ke jalan dan melancarkan protes besar-besaran (Kompas, Sabtu 21 Mei 2022).
Duet Bongbong dan Duterte-Carpio yang datang dari keluarga penguasa tertinggi menguatkan kembali politik dinasti di Filipina. Dikutip dari The Straits Times, dinasti ini telah mengakar dalam politik Filipina dan dinilai bakal menghambat pembangunan ekonomi serta memperburuk kesenjangan.
Julio Teehankee, Guru Besar Tata Negara dari Universitas De La Salle di Manila, mengungkapkan, sejak masih berada di bawah kolonialisme Amerika pada paruh pertama abad ke-20, setidaknya terdapat 319 penguasa yang punya hubungan keluarga memegang kekuasaan silih berganti di Filipina. Pada 2019, jumlahnya berkurang menjadi 234 orang dari berbagai dinasti politik yang memenangi jabatan publik melalui pemilu.
Teehankee menambahkan, sejak ayah Bongbong meninggal di pengasingan pada 1989, keluarganya kembali ke Provinsi Ilocos Norte yang merupakan basis pendukung ayahnya. Di tempat itu mereka memanfaatkan jaringan keluarga dan loyalis untuk kembali menguasai jabatan publik.
”Kekuasaan menyedot kekuasaan. Semakin lama mereka berkuasa, semakin besar kekuasaan yang mereka kumpulkan,” kata Teehankee.
Di Ilocos Norte, putra tertua Bongbong bersama sepupunya mendapatkan kursi DPR di provinsi tersebut. Keponakan Bongbong, Matthew Joseph M Manotoc, juga baru terpilih sebagai Gubernur Ilocos Norte. Manotoc merupakan anak dari kakak perempuan Bongbong, Imee, yang juga senator di Filipina.
Tak hanya keluarga Marcos, keluarga Duterte juga salah satu dinasti paling kuat di Filipina. Duterte-Carpio menjalani karier politik di jalan yang sama dengan sang ayah, Presiden Rodrigo Duterte. Ia pengacara yang kemudian menjadi wali kota Davao sejak 2010 lalu menjadi wakil wali kota Davao bersama ayahnya yang saat itu menjadi wali kota. Setelah ayahnya menjadi Presiden, Duterte-Carpio kemudian menjadi wali kota lagi.
Dia kemudian digantikan Sebastian Duterte, saudara kandungnya, sebagai wali kota Davao. Saudara kandung lainnya, Paolo Duterte, juga mendapatkan kursi di DPR Filipina dalam pemilu 9 Mei.
Selain itu, sebagian besar dari 24 anggota senat bersekutu dengan Presiden Duterte atau Marcos Jr. Banyak pihak menilai, kepemimpinan Marcos Jr bakal tidak jauh beda dengan ayahnya, begitu juga Duterte-Carpio. (AFP)