Sejarah Kelam Filipina yang Terhapus dari Ingatan
Setelah "habis" pada people power 1986, layaknya mitologi burung foniks, dinasti Marcos bangkit kembali. Marcos Jr yang baru saja memenangi pilpres akan memimpin Filipina.
Ferdinand ”Bongbong” Marcos Jr berusia 28 tahun ketika keluarganya diusir dari Istana Kepresidenan Filipina. Ayahnya, Presiden Filipina Ferdinand Marcos, yang dikenal bertangan besi dan korup, digulingkan oleh jutaan pengunjuk rasa dalam revolusi people power pada 1986.
Lebih dari 36 tahun kemudian, Bongbong (64) menang telak dalam pemilihan umum presiden Filipina, Senin (9/5/2022). Tak lama lagi, keluarga Marcos akan kembali ke Istana Kepresidenan yang dulu ditinggalkannya.
Kemenangan Bongbong ini membuat kalangan aktivis zaman “revolusi kekuatan rakyat” bingung dan sedih. “Kenapa mereka bisa kembali?” tanya Florencio Abad, anggota kabinet yang pernah ikut berunjukrasa di jalanan ibukota Manila pada 1986.
Kenapa mereka bisa kembali?
Keluarga Marcos rupanya gencar berkampanye selama puluhan tahun untuk memulihkan kembali reputasi mereka. Upaya mereka “terbantu” dengan kinerja pemerintahan Presiden Rodrigo Duterte dan presiden-presiden sebelumnya yang dianggap rakyat tak bagus-bagus amat juga.
Pengamat Asia Tenggara di Dewan Hubungan Luar Negeri di New York, Amerika Serikat, Joshua Kurlantzick, menjelaskan, Filipina sejak akhir 1990-an tidak pernah memiliki pemerintahan yang efektif dan bersih dari korupsi. Pemerintahan Duterte pun sama saja karena Duterte penguasa yang semi-otokrat.
“Gagasan akan kekuasaan yang dipegang orang yang kuat kembali populer, terutama di kalangan anak muda,” ujar Kurlantzick.
Keluarga Marcos hidup di pengasingan di Hawaii selama 1986-1991. Adalah Presiden Corazon Aquino yang pada 1991 mengizinkan keluarga Marcos kembali ke Filipina setelah Marcos Senior meninggal pada 1989.
Peneliti University of Sydney, David Chaikin, menilai tindakan Aquino itu luar biasa baik. “Pembunuhan suami Corazon Aquino pada 1983 memicu gerakan people power yang akhirnya menggulingkan Marcos Senior setelah 20 tahun berkuasa. Ini awal yang baru lagi bagi keluarga Marcos,” ujarnya.
Baca juga: Dinasti Marcos Kembali, Erosi Demokrasi di Kawasan Berlanjut
Marcos Jr dan ibunya, Imelda (92), lantas kembali ke dunia politik dan membangun kembali jaringan politik mereka. Keluarga Marcos juga berjuang melawan banyak kasus demi memulihkan kekayaan keluarga.
Keluarga Marcos berhasil mempertahankan kekayaan yang diperoleh secara sah dari gaji Marcos Senior dan Imelda selama masa kepresidenannya dulu. Imelda lalu terpilih menjadi anggota kongres selama empat periode. Sementara putranya bekerja selama 21 tahun di kantor publik yang melayani kongres dan menjadi gubernur di Provinsi Ilocos Norte. Adapun Imelda gagal mencalonkan diri sebagai wakil presiden pada 2016.
Keberhasilan keluarga Marcos kembali ke tampuk kekuasaan ini juga, antara lain, berkat peran saudara perempuan Marcos, Imee, yang kini senator. Ada pula faktor kampanye melalui media sosial yang gencar menekan isu pelanggaran hak asasi manusia dan korupsi yang dilakukan pemerintahan Marcos Senior.
Kampanye yang didukung oleh jaringan influencer dan blogger ini gencar menyajikan narasi baru, yakni bahwa era Marcos Senior adalah zaman keemasan kemakmuran ekonomi dan pembangunan infrastruktur Filipina. Narasi ini menuai kritik karena dinilai menyesatkan.
Keluarga Marcos membantah terlibat dalam kampanye media sosial yang dianggap menyesatkan ini. “Begitu keluarga Marcos berkuasa lagi, pasti akan ada revisi sejarah dan rehabilitasi keluarga Marcos,” kata Bonifacio Ilagan yang dipenjara dan disiksa selama era darurat militer Filipina.
Baca juga: Informasi Menyesatkan Mengelilingi Kembalinya Dinasti Marcos
Filipina mencatat pertumbuhan ekonomi yang tinggi selama 1970-an. Namun memasuki awal 1980-an, performa itu anjlok, antara lain karena utang yang menggunung dan suku bunga global yang melonjak. Berdasarkan data Bank Dunia, perekonomian Filipina mengalami kontraksi hampir 15 persen dalam dua tahun terakhir pemerintahan Marcos Senior.
Marcos Jr dipilih oleh pemilih Filipina yang separuhnya berusia 18-40 tahun dan hidup pada era media sosial. ”Ini generasi baru pemilih yang belum ada pada era Marcos dan setelah Marcos,” kata Guru Besar Studi Asia di University of Hawaii-Manoa Patricio Abinales.
Selain itu, kinerja pemerintahan yang datang silih berganti setelah 1986 itu tidak bisa membalikkan ketidakadilan yang terjadi pada masa Marcos Senior. Tidak ada perubahan yang signifikan, terutama pada masalah ketidakadilan dan kesenjangan ekonomi rakyat Filipina. Wajar saja, kata Abinales, jika rakyat merasa kecewa dan tidak ada bedanya satu presiden dengan presiden yang lainnya.
Selain Marcos Jr, ada lagi anggota klan Marcos lainnya yang juga kemungkinan akan memenangi pemilihan, yakni Sandro. Ia adalah putra Marcos Senior lainnya yang digadang-gadang menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat.
Ada juga putra Imee, Matthew Manotoc, yang kemungkinan akan terpilih kembali menjadi gubernur Ilocos Norte. Ada lagi kerabat lain yang menjadi wakil gubernur, dan walikota Kota Laoag.
Marcos Jr yang dulu pernah bercita-cita menjadi astronot itu berjanji akan bekerja untuk kepentingan seluruh rakyat Filipina. Ia juga meminta komunitas internasional untuk menilai dirinya dengan kepresidenannya, bukan masa lalu keluarganya.
Ia juga selalu memuji ayahnya dan menggambarkannya sebagai negarawan dan tokoh politik yang jenius.
Ia juga selalu memuji ayahnya dan menggambarkannya sebagai negarawan dan tokoh politik yang jenius. Bahkan ia menganggap era pemerintahan ayahnya sebagai zaman keemasan bagi Filipina.
Ia selalu membela pemerintahan ayahnya dengan merujuk lonjakan awal pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran pemerintah di masa darurat militer yang katanya diperlukan untuk menyelamatkan negara dari pemberontakan komunis dan muslim. Ketika ayahnya mengumumkan darurat militer pada tahun 1972, Marcos Jr. sedang sekolah asrama di Inggris
Selama masa kampanyenya, Marcos Jr. menjanjikan lapangan pekerjaan yang sebanyak-banyaknya dan menekan kenaikan harga kebutuhan hidup. Namun, tak semua percaya begitu saja dengan janji-janji kampanyenya. Apalagi mengingat gaya hidupnya yang mewah sejak kecil.
Bagi penjual ikan, Mary Jane Serdoncillo, yang mengalami era beberapa presiden dari dinasti politik yang kaya-raya, pemerintahan Marcos Jr. juga tidak akan ada bedanya. “Kita lihat saja nanti apa yang bisa dia lakukan. Saya tidak punya impian apa-apa selain bisa menjual ikan saja untuk hidup anak dan cucu saya,” ujarnya.
Kita lihat saja nanti apa yang bisa dia lakukan. Saya tidak punya impian apa-apa selain bisa menjual ikan saja untuk hidup anak dan cucu saya.
JR Foras (30), tukang cukur rambut, berbeda pendapat dengan Mary Jane yang optimis Marcos Jr. akan bisa membuat perubahan yang lebih baik bagi Filipina. Seperti anak muda Filipina lainnya, Foras terbuai narasi baru keluarga Marcos bahkan terbuai narasi pemerintahan emas Marcos.
“Saya yakin nanti akan ada banyak pekerjaan. Siapa tahu saya bisa kerja jadi satpam. Saya pilih Marcos karena ayahnya. Kita dulu nomer satu di Asia dan saya yakin Marcos bisa membuat kita jaya seperti dulu lagi,” ujarnya.
Baca juga: Pelajaran dari Filipina dan Perancis
Kalangan ekonom memperingatkan pemerintahan Marcos Jr. tetap akan kesulitan memenuhi janji-janjinya meski ia bisa menjaga pemerintahannya tidak terjerumus korupsi dan kronisme. Situasi Filipina sulit dengan 43 persen rakyat yang miskin dan 39 persen berada di ambang batas kemiskinan akibat krisis Covid-19.
Marcos Senior mendorong Filipina menjadi salah satu negara yang paling banyak utangnya di dunia dan Marcos Jr. tidak mempunyai banyak uang untuk diinvestasikan pada upaya pemulihan, terutama menstabilkan harga barang-barang kebutuhan pokok. (REUTERS/AFP)