Luncurkan Kapal Induk Baru, Armada Laut China Makin Kuat
China sudah memiliki tiga kapal induk modern yang menambah kekuatan militer, terurama di laut lepas. Kehadiran Fujian membuat China lebih efesien menjalankan misinya di Selat Taiwan maupun Laut China Selatan.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·4 menit baca
SHANGHAI, JUMAT — China meluncurkan kapal induk ketiga buatan dalam negeri yang diberi nama Fujian. Kapal induk tersebut menandai kekuatan besar armada laut China di tengah meningkatnya ketegangan di kawasan, mulai dari isu Laut China Selatan hingga Selat Taiwan.
Kapal induk Fujian itu diluncurkan di galangan kapal Jiangnan, Shanghai, pada jumat (17/6/2022) sekitar pukul 11.00 siang waktu setempat atau pukul 10.00. Upacara peluncuran dihadiri sejumlah pejabat militer China dan politisi.
Kapal induk Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) tersebut merupakan kapal yang diproduksi sendiri oleh China dan dinilai jauh lebih besar dibanding pendahulunya, Liaoning dan Shandong. Fujian memiliki bobot sebesar 80.000 ton, jauh lebih berat dari dua kapal induk pendahulunya yang memiliki bobot 60.000 ton. Kapal itu juga hampir mendekati kapal induk AS yang paling canggih, USS Gerald R. Ford, yang memiliki bobot sekitar 100.000 ton, dilengkapi dengan empat ketapel elektromagnetik, dan menggunakan tenaga nuklir.
Jika Liaoning dan Shandong menggunakan sky-jump atau tanjakan langsung pada landasan pesawat, Fujian menggunakan pelontar elektromagnet sehingga memungkinkan pesawat jet mereka lepas landas dalam jarak pendek sekalipun. Semua sistemnya dibuat dan diproduksi di China, berbeda dengan Liaoning yang dibeli dari Ukraina.
Peluncuran kapal induk ketiga ini bertepatan dengan menghangatnya tensi di kawasan seiring upaya AS memperkokoh aliansi militer di Asia Pasifik. China kemudian menyepakati perjanjian keamanan dengan Kepulauan Solomon.
Awal pekan ini China dan Taiwan juga beradu kata tentang status Selat Taiwan. Sebelumnya, Menteri Pertahanan China Wei Fenghe menyatakan China akan berbuat apa pun untuk mencegah kemerdekaan Taiwan.
Dalam beberapa tahun terakhir, Beijing mengerahkan aset angkatan laut untuk unjuk kekuatan di Selat Taiwan dan Laut China Selatan. China pun terus mengasah kemampuan mengoperasikan kapal induk, mengintegrasikannya dalam gugus tempur. Kemampuan ini telah dimiliki AS selama berpuluh-puluh tahun. Hingga saat ini AS masih menjadi pemilik kapal induk terbanyak, yakni 11 unit.
Peneliti dari Nanyang Technological University Singapura, Collin Koh, mengungkapkan, kehadiran Fujian menjadi pengubah permainan bagi Angkatan Laut China. Fujian mampu meluncurkan pesawat lebih cepat dan dengan muatan yang lebih berat, di mana dua hal itu merupakan faktor penentu utama dalam sebuah pertempuran. ”Kapal induk baru ini menandai era China menjadi angkatan laut kelas dunia yang bisa beroperasi di mana pun dalam jangkauan yang sangat luas,” ungkap Koh.
Untuk menjaga superioritas udara dan kontrol laut di wilayah strategis, China membutuhkan setidaknya tiga kapal induk. Satu akan ditempatkan dalam siaga tempur, satu dalam misi pelatihan, dan yang lainnya untuk pemeliharaan.
Dalam hal lokasi, kapal induk China yang pertama Liaoning berbasis di Qingdao, Provinsi Shandong, China bagian timur dekat Laut China Timur, Laut Kuning, dan Laut Bohai. Kapal induk kedua, Shandong, berbasis di Sanya, Provinsi Hainan, China bagian selatan dekat Laut China Selatan. Pemerintah China belum mengumumkan secara resmi basis lokasi Fujian.
Dikutip dari Global Times, peluncuran kapal induk Fujian disebut dapat memainkan peran penting dalam menjaga kedaulatan, integritas teritorial, dan kepentingan pembangunan China dalam masalah Taiwan.
Nama Fujian diambil dari nama wilayah Provinsi Fujian yang merupakan daerah paling dekat dengan Taiwan. Bahkan, sebagian besar orang Taiwan berasal dari Fujian sehingga terdapat kesamaan budaya, bahasa, hingga adat istiadat.
Global Times juga menyebutkan, kapal induk milik China merupakan bagian strategi Angkatan Laut PLA untuk memperkuat pertahanan pesisir pantai dan pengawalan laut jarak jauh, termasuk Selat Taiwan dan Laut Cina Selatan, bahkan menghadapi kemungkinan agresi oleh kapal induk AS.
China menyatakan, kapal induk digunakan untuk menjaga kedaulatan nasional, keamanan dan kepentingan pembangunan, serta melindungi stabilitas wilayah dan perdamaian dunia. Berbeda dengan AS, menurut China, yang menggunakan kapal induk sebagai alat untuk mencapai dominasi dunia.
Merespons peluncuran itu, Kementerian Pertahanan Taiwan, dalam sebuah pernyataan mengatakan, kapal induk yang baru itu sangat penting dalam perkembangan militer China. Di satu sisi, mereka juga khawatir akan berada di pusaran konflik bahkan terimbas perang.
”Jika kami harus berhadapan secara militer (dengan China), kami tidak memiliki satu peluang pun,” ungkap Laksamana Lee Hsi-min, yang pernah menjadi Kepala Angkatan Bersenjata Taiwan hingga 2019.
Lee menggambarkan jika terjadi perang, situasinya akan seperti perang Ukraina dan Rusia. Taiwan mungkin akan banyak belajar bagaimana Ukraina bisa bertahan begitu lama dari gempuran Rusia.
Tak hanya Taiwan, di perbatasan Laut China Timur, pada hari yang sama saat peluncuran kapal induk itu, Jepang protes terhadap China yang membangun belasan platform eksplorasi gas di sebelah barat perairan tersebut.
Sementara di Laut China Selatan, Filipina pada pekan lalu mengajukan protes diplomatik baru terhadap kegiatan maritim China di dalam perbatasan perairan di dekat Manila terkait penangkapan ikan secara ilegal. Laporan itu menambah lebih kurang 300 pengaduan yang diajukan ke China di Laut China Selatan. (AFP/REUTERS)