Selandia Baru akan Pajaki Kentut dan Serdawa Ternak
Pajak barang mewah ataupun pajak bumi dan bangunan sudah biasa. Bagaimana dengan pajak dari gas buang sapi?
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·2 menit baca
Selandia Baru merupakan salah satu negara yang berusaha menjadi terdepan dalam menangani isu perubahan iklim. Baru-baru ini, dilansir dari BBC, negara tersebut mengeluarkan rencana untuk menarik pajak dari para peternak. Obyek pajaknya adalah kentut dan serdawa ternak, seperti sapi, domba, kuda, dan kambing.
Kedengarannya memang aneh. Akan tetapi, gas-gas buangan ternak ini mengandung metana yang sangat tinggi. Ini adalah salah satu senyawa yang mengakibatkan gas rumah kaca yang kemudian berimbas kepada pemanasan global.
Apalagi, di Selandia Baru, jumlah ternaknya lebih banyak daripada jumlah manusia. Ada 5,1 juta penduduk manusia. Sementara untuk ternak, ada 6 juta ekor sapi perah, 4 juta ekor sapi potong, dan 26 juta ekor domba.
Selain mengeluarkan metana, ternak juga memerlukan pembukaan lahan untuk menjadi padang rumput. Ketika merumput, banyak tunas tanaman yang hilang karena dicerna hewan-hewan ini. Pemerintah Selandia Baru menginginkan para peternak membayar sebanyak perhitungan jumlah metana yang dihasilkan ternak mereka.
“Binatang-binatang memamah biak menyimpan rumput yang sudah mereka kunyah di satu lambung, kemudian dimasukkan ke lambung lain untuk dicerna ulang. Proses ini menghasilkan metana dan karbondioksida yang mereka keluarkan melalui mulut ataupun dubur,” kata Christopher Field, peneliti Institut Lingkungan Hidup Woods, Universitas Stanford, di Amerika Serikat.
Data Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) menyebutkan, 5,5, persen metana yang timbul akibat kegiatan manusia berasal dari ternak. Secara global, industri peternakan yang mencakup pemeliharaan hewan, transportasi, pakan, hingga penyembelihan, menghasilkan 14,5 persen emisi global.
Menteri Iklim Selandia Baru James Shaw, menyatakanm, peraturan ini akan diterapkan mulai 2025. Sejauh ini, asosiasi peternak dan industri peternakan mendukung. Dalam pernyataan tertulis, mereka mengatakan komitmen untuk berubah ke sistem peternakan ramah lingkungan. (AP)