Zelenskyy Lagi-lagi Desak Uni Eropa Tambah Sanksi ke Rusia
Meski kekurangan senjata, prajurit Ukraina masih berusaha mempertahankan Ukraina timur dari gempuran Rusia. Presiden Ukraina Volodymr Zelenskyy meminta negara barat untuk menambah sanksi ke Rusia.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
SEVERODONETSK, MINGGU — Kota industri di Ukraina timur, Severodonetsk belum jatuh sepenuhnya ke tangan Rusia. Prajurit Ukraina masih berusaha mempertahankan sebagian wilayah meski terus digempur. Sementara ratusan warga sipil disebut masih berlindung di tempat itu. Perang yang sudah berlangsung selama 108 hari ini membuat Presiden Ukraina Volodymr Zelenskyy mendesak negara Barat untuk menambah sanksi ke Rusia.
Sievierodonetsk atau Severodonetsk dalam empat pekan ini menjadi target utama serangan Rusia di Donbas, wilayah yang terdiri dari Luhansk dan Donetsk. Sebagian wilayah Donbas telah dikuasai milisi dukungan Moskwa sejak 2014 saat Rusia menganeksasi Crimea. Meski demikian, Rusia mengklaim sudah lebih dari 60 persen warga pro-Rusia di wilayah ini ”dibebaskan”.
Gubernur Luhansk, Serhiy Gaidai, menjelaskan, Rusia terus menggempur Ukraina bagian timur dengan senjatanya. Setidaknya terdapat 400 warga sipil bersama prajurit nasionalis Ukraina terjebak di pabrik senjata di Severodonetsk di tengah pertempuran. Ukraina yang mulai kehabisan amunisi dan kekurangan senjata tetap bertahan di tempat itu.
”Pada malam hari, musuh menggunakan sistem roket penyembur api. Banyak rumah terbakar,” kata Gaidai pada Sabtu (11/6/2022) waktu setempat atau sekitar Minggu (12/6/2022) dini hari wib.
Gaidai menuduh Rusia menggunakan senjata pembunuh massal di sebuah desa di bagian barat daya Severodonetsk dan Lisichansk yang dipertahankan selama ini. Senjata yang digunakan Rusia itu menyemburkan api sehingga menyebabkan kebakaran meluas pada fasilitas sipil. Belum diketahui jumlah korban dari peristiwa tersebut.
Dalam pidato video, Zelenskyy meminta Eropa menambahkan sanksi kepada Rusia karena masa depan dunia bisa jadi taruhannya. Ia mengklaim bahwa blokade Rusia membuat Ukraina tak bisa mengekspor bahan makanan. Lebih kurang 300.000 ton biji-bijian telah disimpan di gudang di pelabuhan Laut Hitam Mykolaiv. Kyiv menuding, Rusia telah menghancurkannya pada akhir pekan lalu.
Zelenskyy meminta sanksi Eropa untuk menargetkan lebih banyak pejabat Rusia, termasuk hakim. Ia juga meminta Eropa menghambat kegiatan semua bank Rusia, termasuk raksasa gas Gazprom, dan semua perusahaan Rusia yang membantu operasi militer di Ukraina.
”Jika karena blokade Rusia, kami tidak dapat mengekspor bahan makanan kami. Dunia akan menghadapi krisis pangan yang akut dan parah serta kelaparan di banyak negara di Asia dan Afrika,” kata Zelenskyy.
Sementara itu, Presiden Uni Eropa (UE), Ursula von der Leyen, saat berkunjung ke Kyiv, Sabtu (11/6), mengatakan kepada Zelenskyy, permintaan Ukraina untuk bergabung dengan Uni Eropa akan siap pada akhir minggu depan. Ia mengatakan, badan eksekutif UE sedang bekerja keras untuk menilai kelayakan Ukraina menjadi anggota.
Von der Leyen meminta Ukraina untuk memperkuat supremasi hukumnya, memerangi korupsi. dan memodernisasi institusinya. Dia mengatakan UE akan membantu rekonstruksi negara itu.
”Anda sudah melakukan banyak hal untuk memperkuat hukum, tapi masih diperlukan reformasi-reformasi lainnya, untuk melawan korupsi misalnya, atau memodernisasi pemerintahan yang berfungsi baik untuk menarik investor,” jelas Von der Leyen.
Presiden Ukraina Volodymy Zelenskyy (tengah) berjalan di kota Bucha, tepat di barat laut ibukota Ukraina Kyiv, Senin (4/4/2022).
Zelenskyy masih begitu yakin negaranya akan memenangi perang tersebut. Ukraina Timur menjadi bukti pihaknya mampu bertahan dari gempuran Rusia. Ia bahkan menyebut pertempuran di Ukraina Timur menjadi pertempuran paling berdarah dalam empat bulan terakhir.
”Kami pasti akan menang dalam perang yang dimulai Rusia ini, di medan perang Ukraina, saya begitu bangga dengan para prajurit kami yang berjuang mempertahankan Ukraina Timur,” kata Zelenskyy.
Zelenskyy mengakui soal kekurangan senjata dan meminta pengiriman senjata berat yang lebih cepat, baik dari Eropa maupun Amerika Serikat (AS), untuk mengubah gelombang perang dari pasukan Rusia.
Zelenskyy mengakui soal kekurangan senjata dan meminta pengiriman senjata berat yang lebih cepat, baik dari Eropa maupun Amerika Serikat (AS), untuk mengubah gelombang perang dari pasukan Rusia. Ia memahami betul Rusia memiliki setidaknya 10 kali lebih banyak artileri dari pada pasukan Ukraina.
”Meskipun demikian, pasukan kami terbukti tangguh dari yang dinilai pada fase awal pertempuran,” katanya. (AFP/REUTERS)