Korea Selatan dan Amerika Serikat unjuk kekuatan di Semananjung Korea. Baik Korsel maupun AS ingatkan Korea Utara untuk tidak melakukan uji coba nuklir.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·4 menit baca
SEOUL, SELASA – Korea Selatan dan Amerika Serikat terus unjuk kekuatan di Semenanjung Korea. Kedua negara sekutu itu menerbangkan 20 pesawat hingga jet tempur di atas perairan Semenanjung Korea.
Sebelumnya, baik Korea Selatan maupun Korea Utara saling unjuk kekuatan dengan serangkaian uji coba roket jarak dekat mereka. Korea Utara menembakkan rudal balistik jarak dekat di lepas Pantai Timur saat Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden memulai kunjungannya ke Asia.
Korut kembali unjuk kekuatan saat latihan bersama AS dan Korsel selesai dilaksanakan. Delapan rudal balistik jarak dekat mereka tembakkan. Uji coba rudal itu merupakan peluncuran yang ke-18 kali sejak awal 2022.
Menanggapi itu, Korsel maupun AS mendesak Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk memberikan sanksi tegas kepada Korut. Namun, sanksi itu belum bisa dijalankan seiring veto yang diajukan Rusia dan China di PBB.
Seakan tak puas dengan sanksi yang belum berjalan. Korsel dan AS memulai serangkaian uji coba rudal jarak dekat di perairan timur Semenanjung Korea untuk menunjukkan kekuatan mereka pada Korut.
Rangkaian itu berlanjut hingga Selasa (7/6/2022), Korsel bersama AS melepas 20 pesawat dan jet tempur mereka ke udara di atas Laut Barat atau yang dikenal juga dengan Laut Kuning. Pasukan udara itu terdiri dari 16 pesawat tempur siluman F-6 dan empat jet tempur F-16 milik AS.
Korsel dan AS menyebut uji coba itu sebagai respon cepat menanggapi ancaman musuh. Sekutu itu mengaku mampu menyerang dengan kuat dan akurat terhadap provokasi apapun dari Korea Utara.
Serangkaian uji coba gabungan tersebut adalah yang ketiga kali dilakukan Korea Selatan di bawah kepemimpinan Presiden baru Korea Selatan Yoon Suk-Yeol. Yoon Suk-Yeol sudah beberapa kali menyatakan bahkan bersumpah akan bersikap lebih keras terhadap Pyongyang, Korut.
Pejabat AS dan Korea Selatan telah memperingatkan bahwa rezim Kim Jong Un, pemimpin Korut, sedang bersiap untuk melakukan uji coba nuklir baru. Badan Energi Atom Internasional (IAEA) juga mengidentifikasi aktivitas di Punggye-ri, situs uji coba nuklir Korut.
Kepala IAEA Rafael Grossi, seperti dikutip dari Al Jazeera, mengungkapkan, pembangunan beberapa gedung baru di Punggye-ri sejak April 2021 sudah selesai. Saat ini, Korut sedang membangun dua gedung yang berdekatan dengan tempat uji coba.
Grossi juga menyebutkan bahwa terdapat salah satu fasilitas yang pernah dibongkar pada 2018, kini dibangun kembali. Fasilitas itu disebut 'adith' atau jalan masuk, yang ia nilai sebagai indikasi kuat Korut akan melakukan uji coba nuklir dalam waktu dekat.
Dia juga mencatat bahwa di Punggye-ri, situs uji coba nuklir Korea Utara, ada indikasi bahwa salah satu bagian yang dikenal sebagai adit telah dibuka kembali, mungkin sebagai persiapan untuk uji coba nuklir. Situs itu dibongkar pada 2018 setelah pertemuan puncak antara pemimpin Korea Utara Kim Jong Un dan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in.
Wakil Menteri Luar Negeri AS Wendy Sherman, dalam kunjungan tiga harinya di Seoul, Korsel, mengatakan pihaknya tidak tinggal diam jika Korut tetap melakukan uji coba nuklir yang ke-7 tersebut.
“Setiap uji coba nuklir sepenuhnya melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB. Kami siap dan seluruh dunia akan merespon dengan cara yang kuat dan jelas,” ungkap Sherman usai bertemu Wakil Menteri Luar Negeri Korea Selatan Cho Hyun-dong di Seoul, Selasa pagi waktu setempat.
Sherman menambahkan, Amerika Serikat tidak memiliki niat bermusuhan dengan Korea Utara dan masih bersedia untuk terlibat dalam dialog.
Ancaman
Konflik di Semenanjung Korea menebar ancaman hingga ke negara-negara lainnya. Korea Selatan dan Korea Utara masing-masing memiliki sekutu. Korea Selatan didukung AS dan Jepang bahkan Kanada.
Dikutip dari Aljazeera, Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau mengatakan, sampai saat ini pihaknya aktif pada misi penting di Pasifik Utara untuk memastikan sanksi yang diterapkan pada Korea Utara ditegakkan. Trudeau bahkan menyebut tindakan China dan Rusia meresahkan karena memperlambat penerapan sanksi ke Korut.
Gesekan kemudian terjadi antara China dan Kanada setelah China menuduh Kanda melakukan pengintaian dan provokasi terhadap negara itu. Pemerintah China juga memperingatkan Kanada bahwa akan terdapat konsekuensi yang fatal dari tindakan tersebut.
Kementerian pertahanan China pada hari Senin (6/6/2022) mengatakan menentang tindakan Kanada. Tindakan pengintaian menggunakan jet tempur di udara itu dinilai membahayakan keamanan nasional negara Asia, sementara kementerian luar negeri mengatakan patroli udara oleh Kanada tidak sah.
“Dewan Keamanan PBB tidak pernah mengizinkan negara mana pun untuk melakukan pengawasan militer di laut dan wilayah udara negara lain atas nama penegakan sanksi,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Zhao Lijian. (AFP)