Hubungan Jakarta-Manila di masa pemerintahan baru bisa terus ditingkatkan. Terlebih dengan tren pertumbuhan ekonomi Filipina yang terus membaik, Indonesia berharap masih tetap bisa memanfaatkan lebih banyak peluang kerja
Oleh
KRIS MADA
·3 menit baca
Hubungan yang baik adalah hubungan yang seimbang. Indonesia dan Filipina berusaha menerapkan konsep dasar itu. Meski demikian, selama bertahun-tahun terakhir justru hasilnya menunjukkan hal sebaliknya. Filipina selalu menanggung defisit neraca perdagangan yang semakin membesar dengan Indonesia.
Duta Besar RI untuk Fipilina, Kepulauan Marshall, dan Palau Agus Widjojo mengatakan, keseimbangan hubungan dagang Indonesia-Filipina salah satu hal yang terus diupayakan Manila. KBRI Manila berusaha mencari titik tengah antara kebutuhan Manila menekan defisit neraca dagang dengan Jakarta dan kebutuhan Jakarta untuk memacu perekonomian selepas dihantam pandemi.
”Kepada seluruh perwakilan diplomatik, Ibu Menteri Luar Negeri berpesan tiga prioritas. Pertama, pemulihan ekonomi. Kedua, pemulihan ekonomi. Ketiga, pemulihan ekonomi. Hal-hal lain tidak menjadi prioritas dulu,” ujarnya dalam wawancara khusus dengan Kompas, Jumat (13/5/2022).
Soal ketidakseimbangan hubungan dagang, Manila pernah beberapa kali membuat kebijakan untuk meredam impor dari Indonesia. Lobi Jakarta membuat Manila berulang kali pula meninjau ulang kebijakan-kebijakan itu. Di sisi lain, komoditas ekspor Indonesia ke Filipina memang dibutuhkan tetangga di utara Indonesia tersebut.
Menurut neraca impor Filipina, hingga 60 persen impor dari Indonesia merupakan batubara, produk otomotif, dan minyak nabati. ”Mobil buatan Indonesia sangat disukai di sini. Banyak sekali mobil Indonesia di jalan-jalan Filipina,” kata Agus seraya menyebut model mobil tertentu yang sangat diminati orang Filipina.
Untuk batubara, hingga 63 persen kebutuhan Filipina dipasok Indonesia. Sisanya didapat dari berbagai sumber lain. Karena itu, Filipina melobi kencang kala Indonesia menunda ekspor batubara, beberapa waktu lalu. Sebab, embargo itu mengancam ketersediaan energi Filipina.
Padahal, di sisi lain, impor batubara berarti menambah defisit neraca perdagangan Filipina dengan Indonesia. Sempat turun menjadi 1,4 miliar dollar AS pada 2020, dari sebelumnya 1,7 miliar dollar AS, impor batubara Filipina dari Indonesia melonjak menjadi 2,7 miliar dollar AS tahun 2021.
Pertumbuhan
Lonjakan itu tidak lepas dari pertumbuhan ekonomi sepanjang 2021. ”Perekonomian Filipina termasuk yang terbaik di Asia,” kata Agus.
Pada triwulan I-2022, perekonomian Filipina tumbuh hampir 8 persen. Sepanjang 2021, setelah terpangkas hampir 10 persen pada 2020, perekonomian Filipina tumbuh 5,7 persen. Di bawah pemerintahan Presiden Rodrigo Duterte, yang berakhir pada Juni 2022, Manila memang berusaha memacu perekonomian. Selama pemerintahan Duterte, perekonomian Filipina selalu tumbuh di atas 6 persen.
Duterte memakai salah satu resep yang paling banyak dipakai di banyak negara: pembangunan. Presiden terpilih Filipina, Ferdinand Romualdez Marcos Jr alias Bongbong, juga sudah menyatakan tidak akan banyak mengubah kebijakan soal ekonomi dan hubungan luar negeri.
KBRI Manila berharap, hubungan Jakarta-Manila di masa pemerintahan baru bisa terus ditingkatkan. Terlebih dengan tren pertumbuhan ekonomi Filipina yang terus membaik, Indonesia berharap masih tetap bisa memanfaatkan lebih banyak peluang kerja sama.
Selain ekonomi, kerja sama Indonesia-Filipina paling kental soal keamanan. Konflik puluhan tahun di Filipina selatan berdampak pada Indonesia. Pada 2014-2021 saja, 44 warga Indonesia diculik kelompok bersenjata di pulau-pulau antara Filipina selatan dan Sabah, Malaysia. ”Sekarang kelompok-kelompok bukan lagi bermotif ideologi. Motifnya ekonomi,” kata Agus.
Indonesia menempatkan sejumlah perwira TNI di beberapa kota Filipina untuk menjadi penghubung kerja sama keamanan dan pertahanan kedua negara. Bersama Malaysia, Indonesia-Filipina rutin mengoordinasikan patroli laut untuk memberantas kejahatan di antara Mindanao-Sabah-Gorontalo.
Bagi Indonesia, penculikan warga tidak selesai dengan pembebasan. Selama diculik, karena kultur yang nyaris sama dan interaksi panjang, sebagian WNI malah menjadi dekat ke penculiknya. Meski kini sebagian besar kelompok bersenjata itu bermotif ekonomi, tetap ada yang bergerak karena alasan ideologis. Karena itu, Indonesia-Filipina bekerja sama untuk deradikalisasi. Jakarta-Manila juga rutin bertukar informasi soal aliran dana untuk kelompok radikal.