Kabinet Baru Sri Lanka Langsung Hadapi Krisis Ekonomi
Sri Lanka pada Selasa (17/5?2022) akan memiliki kabinet baru. Tantangan utamanya adalah menangani krisis ekonomi terburuk sejak kemerdekaan negara itu pada 1948,
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·3 menit baca
KOLOMBO, SENIN – Presiden dan Perdana Menteri Sri Lanka akan melantik anggota kabinet baru di tengah krisis ekonomi terburuk sejak negara tersebut merdeka pada 1948. Sri Lanka berencana untuk bangkit dengan meminta bantuan dari luar negeri serta Dana Moneter Internasional atau IMF.
Dilansir dari surat kabar Daily Mirror Sri Lanka, Presiden Gotabaya Rajapaksa dan Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe, Senin (16/5/2022), berhasil membentuk kabinet baru yang terdiri atas 18 orang. Sebelumnya, mereka telah melantik empat menteri.
Pelantikan anggota kabinet baru tersebut direncanakan berlangsung pada Selasa (17/5). Tahap berikutnya adalah penunjukan dan pelantikan 30 menteri utama untuk setiap negara bagian.
Di tengah krisis ekonomi Sri Lanka, masyarakat berunjuk rasa besar-besaran dalam beberapa pekan terakhir. Mereka memprotes dan menuntut mundur keluarga kerajaan yang menduduki kekuasaan, tetapi justru menjerumuskan negara ke dalam krisis.
Perdana Menteri Mahinda Rajapaksa mundur dari jabatannya pada Senin (9/5). Sejumlah saudara kandung Rajapaksa, saudara ipar, anak, dan keponakan yang juga memegang posisi di pemerintahan telah lebih dulu mengundurkan diri. Tuntutan mundur juga mengarah pada Presiden Gotabaya Rajapaksa. Namun, sejauh ini ia bergeming.
Wickremesinghe disahkan sebagai perdana menteri baru, Kamis (12/5). Dengan demikian, kabinet lama harus bubar dan diganti kabinet baru.
Wickremesinghe adalah politisi dari partai oposisi. Ia berpengalaman empat kali menjabat sebagai perdana menteri, yaitu pada periode 1993-1994, 2001-2004, 2015-2018, dan 2018-2019. Untuk masa jabatan kali ini, ia juga merangkap sebagai menteri keuangan. Mayoritas kursi di kabinet baru ini tetap diisi orang-orang dari partai politik Sri Lanka Podujana Peramuna yang merupakan wahana politik klan Rajapaksa.
”Hal pertama yang akan saya lakukan ialah menggali permasalahan ekonomi ini karena tidak seorang pun memiliki pengetahuan terperinci mengenai penyebab krisis,” kata Wickremesinghe ketika diwawancara BBC.
Selanjutnya, ia berjanji dalam sepekan ini akan membuka fakta kepada publik. Rakyat harus tahu keadaan sebenarnya negara mereka. Pada saat yang sama, ia juga mengingatkan rakyat bahwa keadaan akan memburuk sebelum ada perubahan positif sehingga masyarakat diminta bisa menahan emosi.
Tahap pertama penanganan krisis yang direncanakan Wickremesinghe adalah meminta bantuan utang negara-negara sahabat, antara lain, India, Jepang, dan Korea Selatan. Ada pula rencana untuk mengajukan pinjaman kepada IMF.
Wickremesinghe juga mengatakan, dirinya berkonsultasi dengan India mengenai cara menjatah bahan bakar untuk rakyat selama persediaan terbatas. Ia juga menyiapkan berbagai kebijakan agar situasi Sri Lanka kondusif untuk menarik berbagai investor asing.
Sri Lanka mengalami krisis ekonomi karena tidak memiliki cukup valuta asing, terutama dollar Amerika Serikat (AS) untuk mengimpor komoditas. Di dalam kas negara hanya tersisa 50 juta dollar AS. Salah satu komoditas yang mengalami kelangkaan ialah bahan bakar minyak.
Akibatnya, terjadi antrean panjang di pompa-pompa bensin. Para supir truk dan angkutan umum bahkan ada yang mengantre sampai berhari-hari. Harga makanan, misalnya sayur di pasar tradisional, naik hingga tiga kali lipat.
Menteri Listrik dan Energi Kanchana Wijesekara melalui akun Twitter pribadinya mengungkapkan bahwa Sri Lanka dalam dua pekan akan menerima tiga tangki minyak. Bahan bakar itu diangkut menggunakan kapal-kapal dari India.
Oleh sebab itu, Wijesekara meminta agar sampai minyak tiba, warga jangan panik dan memborong persediaan minyak yang tersisa. “Biarkan 1.190 depot minyak yang tersebar di negara kita terisi dulu. Setelah itu, beli minyak seperti biasa,” tuturnya.
Krisis ekonomi ini membuat masyarakat berunjuk rasa, dimulai sejak 9 Mei lalu. Juru Bicara Kepolisian Sri Lanka Nihal Thalduwa kepada Daily Mirror Sri Lanka menjelaskan bahwa ada 398 orang yang ditahan karena membuat kerusuhan seperti merusak bangunan dan kendaraan warga. Pada tanggal 16 Mei saja ada 159 orang yang ditahan.
Kerusuhan ini juga mengakibatkan sembilan orang tewas dan 300 orang terluka. Pemerintah memberlakukan jam malam yang berakhir pada pukul 05.00 di hari Selasa (17/5/2022). (AFP)