Ketika Dimakamkan Pun, Jenazah Jurnalis Al Jazeera Masih Diganggu Israel
Pemakaman jenazah jurnalis Al Jazeera, Shireen Abu Akleh, tidak mudah. Polisi Israel menghadang, memukuli, dan menendang kerumunan pelayat yang membawa peti jenazah Abu Akleh ke pemakaman di Gunung Sion, Jerusalem.
Oleh
ROBERTUS BENNY DWI KOESTANTO
·5 menit baca
JERUSALEM, SABTU — Sepertinya sudah tidak ada lagi kata-kata yang tepat untuk menggambarkan kebrutalan aparat keamanan Israel. Baru beberapa hari lalu menjadi sorotan dunia terkait tewasnya jurnalis veteran televisi Al Jazeera, Shireen Abu Akleh, aparat keamanan Israel menghadang rombongan pelayat dan warga yang akan memakamkan jenazah Abu Akleh di Kota Tua Jerusalem timur, Jumat (13/5/2022) waktu setempat. Upacara pemakaman itu pun diwarnai bentrokan dan kericuhan.
Tak hanya menghadang, aparat keamanan Israel juga memukuli kerumunan pelayat yang membawa peti mati Abu Akleh. Jenazah Abu Akleh dibawa dari Jenin ke Jerusalem melalui Nablus dan Ramallah dalam sebuah prosesi khusus. Abu Akleh (51), warga Palestina-AS, tewas di tengah serbuan tentara Israel di kawasan Jenin, wilayah pendudukan Tepi Barat, Rabu (11/5/2022).
Al Jazeera, jaringan media berbasis di Qatar, menuduh bahwa Abu Akleh sengaja menjadi target penembakan aparat keamanan Israel. Perdana Menteri Israel Naftali Bennett pada awalnya menuding orang-orang Palestina bersenjata ”kemungkinan” bertanggung jawab atas pembunuhan Abu Akleh. Namun, kemudian Israel menarik kembali tudingan itu dan mengatakan sedang menyelidiki peristiwa tersebut.
Dalam pemakaman jenazah Abu Akleh, Jumat, ribuan warga Palestina memberikan penghormatan kepada almarhumah. Sehari sebelumnya, Kamis, jenazahnya mendapat penghormatan khusus, berupa upacara kenegaraan secara penuh, di kompleks kantor Presiden Palestina Mahmoud Abbas, Ramallah, sebelum diboyong ke Jerusalem. Abu Akleh selama hidupnya adalah penganut Kristen Protestan. Ia dimakamkan bersama mendiang orangtuanya di Pemakaman Protestan Gunung Sion.
Upacara pemakaman Abu Akleh diwarnai kekacauan akibat hadangan aparat keamanan Israel. Tayangan televisi memperlihatkan para pengusung jenazah berupaya sekuat tenaga menopang peti mati Abu Akleh agar tidak jatuh di tengah serbuan polisi Israel terhadap mereka. Sebagian pelayat melambaikan bendera-bendera Palestina dan meneriakkan ”dengan jiwa dan darah kami, kami akan menuntut balas atas kematianmu, Shireen”.
Aparat kepolisian Israel —diperkirakan dalam upaya mencegah rombongan pelayat agar tidak berjalan kaki dari tempat persemayaman jenazah menuju pemakaman, melainkan agar peti jenazah dibawa dengan kendaraan —menyerbu ke arah mereka. Beberapa polisi Israel terlihat memukuli pelayat dengan tongkat dan menendang mereka.
Dalam satu momen, para pengusung peti jenazah Abu Akleh terdesak ke dinding. Peti jenazah itu nyaris terjatuh ke tanah. Satu sudut peti sempat menyentuh tanah dan akhirnya bisa diusung kembali oleh para pelayat. Kericuhan ini berlangsung beberapa menit, tetapi telah menambah kemarahan warga Palestina atas terbunuhnya Abu Akleh.
Tidak manusiawi
Tokoh Palestina Hanan Ashrawi menyebut tindakan polisi Israel terhadap para pengusung jenazah Abu Akleh itu menunjukkan ”ketidakmanusiawian” Israel. Amerika Serikat, yang selama ini kerap menjadi pelindung Israel, pun tak ketinggalan ikut mengecam. Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken melalui pernyataan tertulis mengatakan, AS ”sangat terganggu melihat tayangan polisi Israel menghadang prosesi upacara pemakamannya hari ini ”.
”Semua keluarga berhak memakamkan orang yang mereka sayangi dengan cara yang bermartabat dan tanpa rintangan, ” kata Blinken.
Uni Eropa mengatakan ”terkejut” oleh ”kekuatan yang tidak perlu” yang ditunjukkan Israel. Adapun Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, menurut juru bicaranya, ”sangat terganggu” oleh kekerasan dalam peristiwa itu.
Dalam insiden tersebut, polisi Israel dilaporkan berupaya mencopot bendera Palestina yang dilekatkan di peti jenazah Abu Akleh. Israel melarang menampilkan bendera Palestina di depan umum dan secara rutin melakukan intervensi terhadap mereka yang mengaraknya dalam demonstrasi atau kumpulan-kumpulan massa.
Kepolisian Israel mengatakan, mereka telah memperingatkan warga Palestina untuk menghentikan lagu-lagu ”nasionalistik”. Mereka mengklaim terpaksa bertindak terhadap para warga yang dinilai Israel sebagai perusuh yang berusaha mengganggu jalannya pemakaman yang benar.
Menurut Bulan Sabit Merah Jerusalem, sebanyak 33 orang terluka selama prosesi itu dan enam di antaranya harus dirawat di rumah sakit. Polisi Israel mengatakan mereka menangkap enam orang dalam peristiwa itu. Seorang pejabat Pemerintah Israel mengatakan, pelayat telah melemparkan batu dan botol kaca ke arah polisi.
Kecaman bulat DK PBB
Di Markas Besar PBB, New York, AS, Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) pada Jumat (13/5/2022) dengan suara bulat mengecam pembunuhan Abu Akleh. Kecaman dan suara bulat DK PBB terkait kasus yang melibatkan Israel adalah sesuatu yang tergolong langka. Namun, kali ini DK PBB juga menyerukan penyelidikan segera, menyeluruh, transparan, dan tidak memihak atas pembunuhan Abu Akleh.
Sumber di kalangan diplomat PBB menyebutkan, negosiasi terkait isi teks pernyataan DK PBB sangat sulit. China dilaporkan berhasil mendorong AS untuk menghapus paragraf yang mencela pelanggaran yang dilakukan terhadap media di seluruh dunia, membela kebebasan para awak media, dan mendesak perlindungan atas mereka saat meliput suatu operasi militer. Kantor berita AFP melaporkan menerima draf pernyataan yang berbeda dengan yang pernyataan final DK PBB.
Abu Akleh adalah seorang jurnalis senior terkemuka yang sudah lebih dari dua dekade meliput isu-isu Palestina dan kawasan Timur Tengah. Ia bergabung dengan rombongan jurnalis yang tengah meliput serangan tentara Israel (IDF) di Jenin pada Rabu (11/5/2022). Dalam peristiwa penembakan yang mengakibatkan tewasnya Abu Akleh, jurnalis Palestina lainnya juga dilaporkan terluka.
Jurnalis itu adalah Ali Samoudi. Ia terluka akibat tembakan di punggung. Menurut Samoudi, tidak ada milisi Palestina di lokasi penembakan. Ia menyangkal bahwa ada baku tembak antara aparat Israel dan milisi Palestina di lokasi. Keterangan ini secara tidak langsung telah menepis klaim PM Israel Naftali Bennett bahwa Abu Akleh kemungkinan tertembak oleh warga Palestina bersenjata.
Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas menyatakan, pihaknya akan membawa kasus pembunuhan Akleh ke Mahkamah Kriminal Internasional dalam upaya untuk mendapatkan keadilan atas terbunuhnya Abu Akleh. Al Jazeera yang berbasis di Qatar menuduh bahwa Abu Akleh sengaja menjadi sasaran penembakan Israel. Abu Akleh bergabung dengan Al Jazeera pada tahun 1997 dan telah menjadi ikon perlawanan Palestina dan figur publik di dunia Arab. (AFP/REUTERS/SAM)