Hadapi Kekeringan, Pekerja Kantoran Dikerahkan ke Lahan Pertanian
Korut kerap dikritik karena memprioritaskan militer dan program senjata nuklir dibandingkan menyediakan bahan pangan bagi rakyatnya. Bencana kekeringan tak kunjung teratasi.
Oleh
FRANSISCA ROMANA
·3 menit baca
Korea Utara bisa saja terus-menerus menguji coba rudal balistiknya. Akan tetapi, rudal tak menyelesaikan masalah krisis pangan yang sering mendera negara itu.
Korut telah lama berjuang memenuhi kebutuhan makan rakyatnya akibat berbagai sanksi internasional menyusul program persenjataan. Bencana, seperti banjir dan kekeringan, tak kunjung teratasi karena kurangnya infrastruktur.
Kini Korut menemukan ”cara baru” untuk membantu rakyatnya menghadapi ancaman kekeringan parah menjelang musim kemarau. Surat kabar milik Pemerintah Korut, Rodong Sinmun, Kamis (5/5/2022), melaporkan, pemerintah mengerahkan para pekerja kantoran untuk membantu petani di seantero negeri. ”Pegawai pemerintah dan karyawan perusahaan secara aktif ambil bagian di wilayah-wilayah yang rawan kekeringan,” sebut surat kabar itu.
Setiba di wilayah-wilayah itu, mereka mulai mengairi lahan dan membantu para petani guna mencegah gagal panen akibat kekeringan. Tidak dijelaskan secara detail kegiatan ataupun potensi bencana yang dihadapi wilayah pertanian di Korut.
Kantor berita resmi KCNA menyebutkan, cuaca kering diperkirakan berlanjut sepanjang pekan ini. Ada kemungkinan kecil turun hujan pada Jumat, tetapi tidak akan banyak membantu lahan yang kekeringan.
Pemimpin Korut Kim Jong Un menyerukan langkah-langkah guna memperbaiki kekurangan pangan sebagai dampak pandemi Covid-19, cuaca, dan sanksi internasional. Dalam pidato pergantian tahun 2022, secara mengejutkan Kim lebih banyak menyinggung soal upaya mengatasi kekurangan pangan akut. Masalah ini diwarisi Kim dari ayahnya, Kim Jong Il, sejak 10 tahun lalu dan tidak banyak terjadi perubahan. The New York Times melaporkan, kala menerima tongkat kepemimpinan dari sang ayah, ia berjanji rakyat tidak perlu lagi mengencangkan ikat pinggang.
Namun, tujuan itu masih jauh dari jangkauan. Beberapa bulan sebelum pidato itu, Kim mengeluarkan peringatan bahwa Korut menghadapi situasi pangan yang ”menegangkan”. Ia pun berjanji lagi untuk meningkatkan produksi pertanian demi mengatasi situasi tersebut.
Sayangnya tidak ada langkah-langkah signifikan yang diambil, kecuali pemutihan utang perusahaan pertanian kepada pemerintah. Dia hanya mengulangi lagu lama partainya, Partai Pekerja, yang mendorong petani agar menggunakan lebih banyak mesin, rumah kaca, pupuk, dan pestisida.
Sejak pandemi bermula awal 2020, Korut menerapkan karantina ketat untuk melindungi diri dari sebaran virus korona. Namun, awal tahun ini Korut membuka lagi perdagangan dengan China. Korut tidak mengonfirmasi satu pun kasus Covid-19.
PBB memberlakukan sanksi ekonomi yang melarang semua ekspor dari Korut. Tahun 2017, perekonomian Korut turun 3,5 persen, lalu turun lag 4,1 persen tahun 2018. Tahun 2019, perekonomian membaik, tetapi pandemi membuat perekonomian turun lagi tahun lalu sebesar 4,5 persen.
Tahun 1990-an, Korut secara periodik dilanda kelaparan. Ratusan ribu orang tewas akibat kelaparan kala itu. Memang saat ini tidak ada tanda-tanda Korut akan mengalami bencana kelaparan seperti akhir 1990-an. Namun, produksi gandum merosot dan mengancam setidaknya 16,3 juta atau 63,1 persen dari total penduduk.
Korut kerap dikritik karena memprioritaskan militer dan program senjata nuklir dibandingkan menyediakan bahan pangan bagi rakyatnya. Korut kembali menguji coba rudal balistik, Rabu (4/5/2022), menjelang pelantikan presiden baru Korea Selatan, Yoon Suk-yeol.
Sejak awal tahun 2022, tercatat Korut telah melakukan 14 kali uji coba rudal balistik dalam berbagai bentuk dan kemampuan. Kecaman langsung muncul, terutama dari tetangganya, Korsel dan Jepang, karena uji coba itu berpotensi menggoyang stabilitas Semenanjung Korea dan kawasan sekitarnya. (REUTERS)