Perayaan Hari Buruh di Berbagai Negara, Kaum Pekerja Diingatkan soal Tekanan Ekonomi
Para pekerja global mengeluarkan seruan soal hak-hak para pekerja oleh para pemberi kerja. Pada saat yang sama, para pekerja diingatkan soal tekanan ekonomi yang lebih besar yang dapat muncul akibat perang Rusia-Ukraina.
Oleh
ROBERTUS BENNY DWI KOESTANTO
·4 menit baca
ROMA, MINGGU — Warga pekerja berbaur dengan para pengurus serikat pekerja turun ke jalan-jalan di sejumlah negara di dunia, Minggu (1/5/2022), menandai pawai perayaan Hari Buruh Internasional yang diperingati setiap tanggal 1 Mei. Para pekerja mengeluarkan seruan soal hak-hak para pekerja yang wajib dipenuhi oleh para pemberi kerja. Para pekerja juga diingatkan soal tekanan ekonomi yang lebih besar yang mungkin muncul sebagai akibat langsung ataupun tidak langsung dari perang Rusia-Ukraina.
Di Italia, pawai yang terkenal sebagai pawai May Day digelar untuk pertama kalinya setelah dua tahun tidak digelar karena pandemi Covid-19. Pawai besar-besaran di luar ruangan diadakan di Roma. Aksi unjuk rasa dan protes serupa juga berlangsung di kota-kota di seluruh Italia. Selain soal hak-hak pekerja, perdamaian adalah tema yang mendasari seruan untuk diakhirinya perang Rusia-Ukraina.
Tiga serikat pekerja utama Italia memfokuskan unjuk rasa utama mereka di kota Assisi, kota yang sering menjadi tujuan aksi-aksi mendorong perdamaian. Slogan tahun ini adalah ”Bekerja untuk Perdamaian”. ”Ini adalah Hari Buruh dengan komitmen sosial dan sipil demi perdamaian dan bagi tenaga kerja,” kata Kepala Serikat CISL Italia Daniela Fumarola.
Pawai serupa digelar di sejumlah kota lain di Eropa, termasuk di Slowakia dan Ceko. Para mahasiswa sesuai rencana berkumpul mendukung Ukraina dalam perang melawan Rusia. Di sisi lain, kelompok komunis dan anti-Uni Eropa menggelar aksi pawai May Day secara terpisah.
Di Paris, Perancis, pawai digelar untuk menunjukkan kepada Presiden Emanuel Macron atas kemungkinan kelompok dan aksi-aksi oposisi yang bisa dia hadapi dalam masa jabatan lima tahun keduanya. Pemilihan anggota legislatif di Perancis pada Juni mendatang menjadi ujian pertama pemerintahan kedua Macron. Partai-partai oposisi, yakni kelompok ekstrem kiri dan ekstrem kanan, mencari upaya untuk mematahkan dukungan mayoritas terhadap posisi Macron di parlemen.
”Saya datang untuk memberi tahu Perancis bahwa pemungutan suara belum berakhir. Ada putaran ketiga, yakni pemilihan legislatif,” kata Jordan Bardella dari Partai Reli Nasional. ”Akan sulit dipercaya untuk menyerahkan kekuasaan penuh kepada Emmanuel Macron.”
Di Istanbul, Turki, polisi antihuru-hara Turki menahan puluhan pengunjuk rasa yang berusaha mencapai Lapangan Taksim untuk berdemonstrasi merayakan Hari Buruh. Kaum pekerja Turki menentang kesulitan ekonomi yang disebabkan oleh lonjakan inflasi di negara itu.
Kantor gubernur Istanbul telah mengizinkan perayaan May Day diadakan di distrik lain dan menganggap pertemuan di semua lokasi lain tidak sah dan ilegal. Polisi juga menahan 30 orang di Besiktas tengah dan 22 lainnya di Distrik Sisli, merujuk pada laporan Kantor Berita Demiroren.
Peringatan tentang tantangan ekonomi yang lebih besar di tahun-tahun mendatang diingatkan oleh Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong. Lee secara khusus berpidato di hadapan para anggota serikat pekerja Singapura dalam peringatan Hari Buruh yang digelar di Downtown East pada Minggu pagi.
”Solusi mendasar (bagi kita) adalah membuat diri kita lebih produktif, mengubah bisnis kita, menumbuhkan ekonomi kita, mengangkat derajat semua orang,” kata Lee, seperti dikutip The Strait Times. ”Kemudian, pendapatan kita bisa naik dan itu bisa lebih dari sekadar menebus harga energi dan makanan yang lebih tinggi. Kemudian keadaan kita semua bisa menjadi lebih baik secara nyata.”
Dalam pidatonya, Lee menguraikan langkah-langkah Pemerintah Singapura untuk mengurangi tekanan biaya hidup warganya. Termasuk di antaranya adalah Paket Dukungan Rumah Tangga senilai 560 juta dollar Singapura yang diumumkan pada tahun anggaran 2022. Program itu diharapkan dapat menopang kehidupan warga Singapura, terutama yang berpenghasilan rendah dan kelompok kelas menengah rentan.
Otoritas moneter Singapura juga telah memperketat kebijakan moneter untuk mengurangi inflasi impor, yang menyebabkan penguatan nilai tukar dollar Singapura. Singapura juga mengambil langkah-langkah untuk mengamankan pasokan makanan dan energinya sendiri jika hal itu terganggu oleh invasi Rusia ke Ukraina.
Sementara itu, di Cape Town, Afrika Selatan, kaum pekerja dalam pawai May Day menyatakan keprihatinan mendalam bahwa negara tersebut masih berjuang dalam upayanya untuk mewujudkan tata pemerintahan yang baik sekian tahun setelah kemerdekaan. Para pekerja yang tergabung dalam sejumlah serikat pekerja mencatat bahwa rezim, pemerintah, dan pemimpin politik di berbagai strata telah menjanjikan kondisi hidup dan kerja yang baik, serta peningkatan ekonomi selama bertahun-tahun, tetapi pada akhirnya gagal.
Perwakilan buruh, yang berbicara dengan media The Guardian menjelang aksi unjuk rasa pada Minggu, menyoroti sejumlah masalah yang dihadapi kaum pekerja di Afsel. Mulai dari tingginya tingkat pengangguran, inflasi yang melonjak, penurunan nilai tukar devaluasi naira, dan upah rendah.
Mereka juga mengeluhkan kondisi yang tidak aman secara umum di negara itu, meningkatnya biaya hidup, sektor pendidikan yang memburuk, dan kegagalan membangun sistem kesehatan yang memadai. Mereka menuntut agar pemerintah segera bertindak dan memulihkan kondisi warga. (AFP/REUTERS)