Bom Dua Hari Beruntun Jelang Idul Fitri, Kedamaian Masih Jauh dari Afghanistan
Warga Afghanistan merayakan Idul Fitri, Minggu (1/5/2022). Namun, hari yang seharusnya diliputi dengan kebahagiaan itu terkoyak oleh serangan bom mematikan selama dua hari beruntun menjelang Idul Fitri.
Oleh
ROBERTUS BENNY DWI KOESTANTO
·5 menit baca
KABUL, MINGGU — Umat Muslim di Afghanistan telah merayakan Idul Fitri, Minggu (1/5/2022). Namun, perayaan Idul Fitri di negara itu tetap diwarnai keprihatinan dan duka lantaran kedamaian ternyata masih jauh dari rakyatnya. Dua hari menjelang hari raya, Jumat dan Sabtu (29-30/5/2022), dua serangan bom selama dua hari beruntun itu mengguncang ibu kota Kabul.
Pada Jumat, puluhan orang tewas ketika sebuah bom meledak dengan dahsyat di sebuah masjid di Kabul yang tengah menggelar shalat Jumat. Mengutip juru bicara Kementerian Dalam Negeri Afghanistan yang ditunjuk Taliban, Abdul Nafi Takor, kantor berita AFP menyebut sedikitnya 10 orang tewas. Namun, kantor berita Reuters melansir angka korban lebih besar, yakni sedikitnya 50 orang tewas. Sumber petugas kesehatan mengaku menerima 66 jenazah dan 78 orang luka-luka.
Ledakan kedua terjadi pada Sabtu. Petugas menyebutkan, sedikitnya seorang tewas dalam ledakan bom di sebuah mobil penumpang jenis van di Kabul. ”Seorang perempuan tewas, tiga orang lainnya luka-luka,” ujar Khalid Zadran, jubir Komando Kabul, kepada Reuters. Kelompok militan Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) mengklaim bertanggung jawab atas serangan bom pada Sabtu itu.
Adapun untuk ledakan hari Jumat belum ada pihak yang mengklaim bertanggung jawab. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengecam keras serangan tersebut. Selain dua insiden serangan bom tersebut, jutaan orang di 11 provinsi di Afghanistan juga terancam tanpa listrik setelah dua menara transmisi listrik di sebelah barat Kabul diledakkan pada Jumat malam.
Terkait insiden serangan bom hari Jumat, sejumlah saksi mata menyebutkan bahwa ratusan jemaah tengah berkumpul untuk menunaikan ibadah shalat Jumat pada Jumat terakhir di bulan suci Ramadhan di Masjid Khalifa Aga Gul Jan, Kabul. Saat itu masjid dipenuhi jemaah. Secara tiba-tiba terjadi ledakan besar yang diduga dari sebuah bom.
Abdul Nafi Takor ketika dikonfirmasi menyatakan, pihaknya tidak dapat memberikan rincian lebih jauh soal peristiwa itu. Dari lokasi kejadian dilaporkan, aparat keamanan Taliban mengepung daerah itu. Sumber ledakan itu tidak dapat dipastikan dan sejauh ini tidak ada orang atau pihak yang mengaku bertanggung jawab atas ledakan itu.
Sayed Fazil Agha, kepala pengurus masjid tersebut, mengungkapkan bahwa seseorang yang mereka yakini sebagai pelaku bom bunuh diri bergabung di antara para jemaah dan meledakkan diri. Para saksi mata menuturkan, ledakan itu adalah sebuah ledakan yang besar. Akibatnya, bangunan masjid dan lingkungan sekitarnya yang mayoritas dihuni warga Muslim Sunni Afghanistan itu terguncang hebat.
Ambulans pun langsung didatangkan beberapa saat setelah peristiwa itu terjadi. Wahid, seorang Afghanistan berusia 30-an, mengatakan bahwa dia berada di rumah ketika mendengar tentang ledakan itu dan segera bergegas ke masjid karena salah satu saudaranya tengah beribadah di masjid itu. Dia mengungkapkan kekacauan meliputi masjid itu.
Suara jeritan dan teriakan minta tolong meliputi tempat ibadah itu. ”Semua orang menangis dan berlumuran darah. Saya diberi tahu bahwa saudara laki-laki saya terluka,” kata Wahid.
Sementara itu, terkait ledakan yang menimpa dua menara transmisi listrik, Hekmatullah Maiwandi, juru bicara perusahaan listrik DABS yang dikelola negara, mengungkapkan bahwa ledakan bersumber dari bom. Namun, tidak disebutkan berapa jumlah bom yang diledakkan. Lima tim dari perusahaan itu telah dikerahkan untuk memperbaiki menara yang dilaporkan rusak berat.
”Tiang-tiang itu dipasang di atas gunung dan tim kami sedang berusaha memperbaikinya,” kata Maiwandi.
Maiwandi mengatakan, perbaikan sementara akan dilakukan untuk memulihkan sebagian listrik pada Sabtu malam. Adapun perbaikan secara menyeluruh menara dan transmisi listrik akibat ledakan itu diperkirakan memakan waktu dua pekan. Polisi mengatakan, dua tersangka telah ditangkap terkait ledakan tersebut.
Tak ada kebahagiaan
”Tidak ada yang bahagia selama Idul Fitri kali ini karena begitu banyak keluarga yang berduka karena ledakan baru-baru ini. Sekarang tiang-tiang juga telah diledakkan,” kata Khatera Fakhri, warga Kabul. ”Kalau tidak ada listrik, kita tidak bisa mempersiapkan Idul Fitri. Semuanya jadi sulit.”
Banyak rumah dan kawasan bisnis di Kabul menyalakan generator pribadi pada Sabtu untuk memastikan pasokan listrik menjelang perayaan Idul Fitri. Kabul dihuni sekitar lima juta jiwa. Sebagian besar wilayah Afghanistan selama ini bergantung pada listrik yang diimpor dari negara tetangga utaranya, yakni Uzbekistan dan Tajikistan. Kondisi itu mengakibatkan fasilitas saluran listrik lintas negara menjadi target utama kaum pemberontak.
Pihak berwenang di Kabul kerap kali menuduh kelompok militan menargetkan menara transmisi sebagai tujuan serangan. Sejak Taliban merebut kekuasaan di Afghanistan, pemerintah negara itu secara umum menghadapi serangan dari kelompok NIIS. Kelompok NIIS mengklaim bertanggung jawab atas beberapa serangan mematikan yang menargetkan komunitas minoritas di negara itu dalam dua pekan terakhir. Serangan-serangan itu yang telah menewaskan puluhan warga sipil.
Lewat pernyataannya, PBB mengecam ledakan-ledakan terbaru di Afghanistan. Ramiz Alakbarov, wakil perwakilan khusus PBB yang mengoordinasikan kegiatan kemanusiaan, menggambarkan peristiwa itu sebagai tindakan ”keji” dan ”pukulan menyakitkan lainnya bagi rakyat Afghanistan yang terus menghadapi ketidakamanan dan kekerasan yang tak henti-hentinya”.
”Tidak masuk akal bagi warga sipil untuk menjadi sasaran tanpa pandang bulu ketika mereka melakukan kegiatan sehari-hari, berkumpul untuk berdoa, pergi ke sekolah atau pasar, atau dalam perjalanan untuk bekerja,” kata Alakbarov.
Ledakan tersebut adalah yang terbaru dari serangkaian ledakan serupa di tengah serangan tanpa henti di seluruh wilayah Afghanistan. Serangan serupa terhadap sebuah masjid baru-baru ini menargetkan minoritas Muslim Syiah di negara itu dan diklaim oleh afiliasi regional kelompok NIIS, NIIS di Provinsi Khorasan. NIIS telah meningkatkan serangannya di Afghanistan dan menjadi musuh utama Taliban sejak mereka mengambil alih negara itu pada Agustus tahun lalu. (AFP/AP/REUTERS)