Cerita Pengungsian Putri Dubes Ukraina dan Perpisahannya dengan Persephone
Dievakuasi selamat dari wilayah perang di Ukraina bukan berarti semuanya baik-baik saja. Ada rasa hampa. Bukan saja karena babak baru sebagai pengungsi dimulai. Perang juga memisahkan warga dari siapa pun yang dicintai.
Oleh
KRIS MADA, HARRY SUSILO
·3 menit baca
Lahir di Beijing, China, Varvara Harmianin bersiap untuk kembali ke kota itu pada Oktober 2022. Persiapan kembali ke sana dilakukan dari Jakarta, bukan dari Kiev, Ukraina. Remaja itu terpaksa meninggalkan rumah dan tanah airnya yang sedang diserang Rusia sejak 24 Februari 2022.
”Dia mau ambil jurusan televisi atau hal semacam itulah. Dia berpikir ingin menjadi artis,” kata ayahnya, Vasyl Harmianin, Kamis (29/4/2022), di Jakarta.
Vasyl dan Varvara kembali bertemu di Jakarta pada 13 Maret 2022. Varvara tiba di Jakarta bersama sejumlah warga Indonesia yang dievakuasi dari sana. ”Rumah kami di selatan Kiev. Kami punya beberapa kucing dan anjing. Kesayangan saya bernama Persephone, yang hanya punya satu mata dan tiga kaki,” kata Vasyl yang menjadi Duta Besar Ukraina untuk Indonesia di Jakarta.
Rumah keluarga Harmianin relatif aman sampai sekarang. Sampai sekarang, kawasan permukiman mereka tidak menjadi sasaran rudal dan tentara Rusia. ”Mereka (tentara Rusia) masuk dari utara. Rumah kami agak jauh dari pusat kota Kiev,” kata Varvara.
Saat perang meletus, ia bersama ibu dan kakek-neneknya mengungsi ke Lviv. Seperti banyak orang Ukraina, mereka memilih kota itu karena akan meneruskan pengungsian ke kota lain. Saat tiba di sana, ternyata jalur pengungsian sangat penuh. Akhirnya mereka memutuskan tinggal di Lviv selama beberapa waktu.
”Awalnya dikira aman, ternyata Lviv juga berkali-kali diserang. Ledakan jadi rutinitas setiap malam. Keluarga saya berpikir, kondisinya sama saja dengan di rumah. Jadi, buat apa jauh-jauh ke Lviv? Lebih baik kembali saja ke Kiev dan hidup dengan kondisi di sana,” kata Vasyl.
Hampa
Varvara mengaku merasa hampa selama proses evakuasi. Perang memaksanya berpisah dari ibu, kakak, kakek-nenek, serta tentu saja hewan peliharaan keluarga mereka. Ibu dan kakaknya memutuskan terus menjadi sukarelawan di Ukraina. ”Semua orang harus melakukan yang bisa dalam situasi sekarang,” katanya.
Sebelum perang, ibunya menjadi sukarelawan perawat hewan liar. Karena itu, beberapa kucing dan anjing di rumah keluarga Harmianin tidak dalam kondisi baik-baik saja. Kesayangan Vasyl, Persephone, kehilangan sebelah mata karena terkena virus selama telantar. Adapun satu kakinya diamputasi karena infeksi yang amat buruk.
”Kami menamai dia sesuai nama dewi Yunani kuno yang menguasai tanah orang mati. Jadi dia seperti sudah turun ke neraka dan sangat menderita, tetapi bisa hidup dan membawa kegembiraan,” kata Vasyl.
Perang membuat kegiatan sukarela ibu dan kakak Varvara berubah. Dari perawat hewan liar menjadi sukarelawan kesehatan untuk membantu mengantarkan obat dan peralatan kesehatan ke berbagai pusat perawatan korban perang.
Adapun Varvara dan adiknya kini berada di Indonesia. Mereka tiba setelah menghabiskan hampir sehari perjalanan dari rumah di selatan Kiev menuju Lviv. ”Biasanya perjalanan hanya tujuh jam, kata Varvara.
Perjalanan lebih lama karena harus mencari rute aman dari serangan, cegatan, dan ranjau. Berkali-kali terdengar rombongan pengungsi dicegat sekelompok orang bersenjata, lalu ditembaki tanpa alasan.
Kalaupun tidak ada cegatan yang bisa berujung tragedi, ada banyak pos pemeriksaan di sepanjang jalan dari Kiev ke Lviv. Semua orang yang bergerak di berbagai penjuru Ukraina mengalami hal itu.
Sebelum mengungsi, Varvara dan keluarganya juga mengalami pemeriksaan itu. Setiap kali keluar rumah, ia harus membawa dokumen karena pemeriksaan bisa terjadi sewaktu-waktu. ”Tidak bisa keluar rumah lama-lama. Terlalu bahaya. Cepat keluar, cepat kembali,” katanya.
Sebelum perang meletus, Varvara sedang bersiap mengikuti ujian akhir sekolah. Ujian itu tidak wajib, hanya berlaku bagi yang akan masuk universitas. Meski memilih melanjutkan pendidikan di China, Varvara tetap harus ujian.
Vasyl tidak tahu mengapa anaknya memilih kuliah di China. Ia menduga karena Varvara menghabiskan sebagian masa kecilnya di China, tempat Vasyl pernah bertugas selama delapan tahun dalam dua kali penempatan.
”Kadang dia (Varvara) ditanya orang mana. Nama dan paspornya Ukraina, tetapi lahir dan bisa berbahasa China. Waktu kecil, pengasuhnya sering berbicara bahasa China dengan dia,” ujar Vasyl.