Kapal Wisata Hilang Kontak, 22 Orang Belum Ditemukan
Otoritas Jepang menggelar upaya pencarian dan evakuasi setelah kapal wisata Kazu 1 menyampaikan panggilan darurat pada Sabtu (23/4/2022). Haluan kapal itu kebanjiran air laut dan mulai tenggelam.
Oleh
ROBERTUS BENNY DWI KOESTANTO
·3 menit baca
TOKYO, MINGGU — Penjaga Pantai Jepang, Minggu (24/4/2022), mengatakan, helikopter penyelamat menemukan empat dari 26 penumpang kapal wisata yang hilang kontak di perairan utara sehari sebelumnya. Keempat orang itu ditemukan di dekat ujung Semenanjung Shiretoko. Televisi publik NHK melaporkan, keempatnya tidak sadarkan diri. Nasib 22 orang lainnya belum dapat dipastikan.
Otoritas Jepang menggelar upaya pencarian dan evakuasi setelah kapal wisata Kazu 1 menyampaikan panggilan darurat pada Sabtu (23/4) menjelang sore. Haluan kapal itu kebanjiran air laut dan miring karena mulai tenggelam. Peristiwa terjadi saat kapal berlayar di lepas pantai barat Semenanjung Shiretoko, dekat Hokkaido, pulau utara Jepang. Penjaga Pantai Jepang mengungkapkan, kapal seberat 19 ton itu ditumpangi 26 orang, terdiri dari 24 penumpang, termasuk 2 anak-anak, dan 2 awak kapal.
Rekaman yang disiarkan NHK pada Minggu pagi menunjukkan salah satu orang yang diselamatkan tiba dengan helikopter. Orang tersebut lalu dipindahkan ke ambulans dengan tandu. Sejumlah petugas mengangkat papan perisai plastik berwarna biru, menutupi proses itu demi menjaga privasi korban. Penemuan dan proses evakuasi keempat korban itu hasil dari pencarian intensif sekitar 19 jam, melibatkan enam kapal patroli, beberapa pesawat, dan tim penyelam. Penjaga pantai mengatakan, pencarian berlanjut hingga malam.
Kasus hilangnya kontak kapal Kazu 1 menjadi perhatian Pemerintah Jepang. Perdana Menteri Fumio Kishida, yang menghadiri pertemuan puncak di Kumamoto, Jepang selatan, membatalkan programnya untuk hari kedua dan memilih segera kembali ke Tokyo. Kepada wartawan, dia mengatakan telah menginstruksikan para pejabat untuk melakukan semua yang bisa dilakukan guna menyelamatkan seluruh penumpang. Seorang pejabat operator kapal Shiretoko Pleasure Cruise tidak bisa berkomentar karena harus menanggapi panggilan dari keluarga penumpang yang khawatir.
Penyebab kecelakaan kapal naas itu masih dalam penyelidikan. Para ahli menduga kapal itu kandas dan rusak. Suhu laut pada April di Taman Nasional Shiretoko rata-rata tepat di atas titik beku. Koperasi perikanan di kawasan utara Jepang mengungkapkan, kawasan perairan utara Jepang dilanda gelombang tinggi dan angin kencang pada tengah hari sepanjang akhir pekan.
Laporan media Jepang menyebutkan, perahu-perahu nelayan kembali ke pelabuhan sebelum tengah hari karena cuaca buruk. NHK melaporkan, otoritas mengeluarkan peringatan kemungkinan terjadinya gelombang tinggi hingga 3 meter di perairan utara Jepang.
Seorang kru kapal wisata milik operator lain mengatakan kepada NHK, dia telah memperingatkan kondisi laut yang tidak bersahabat kepada Shiretoko Pleasure Cruise, Sabtu. Ia bahkan telah menyuruh operator itu tidak berlayar dengan rombongan wisatawan. Dia juga mengatakan, kapal yang sama kandas tahun lalu dan retak pada haluannya.
Yoshihiko Yamada, profesor ilmu kelautan Universitas Tokai, mengatakan, kapal itu kemungkinan kandas setelah diombang-ambingkan gelombang tinggi lalu rusak, kebanjiran, dan mungkin tenggelam. Kapal wisata seukuran itu biasanya tidak membawa sekoci. Para penumpang tidak dapat menyelamatkan diri dari kapal yang tenggelam dengan cepat. Kemungkinan jendela kapal tertutup untuk melindungi penumpang dari angin kencang. Dalam wawancara dengan stasiun televisi TBS, Yamada mengatakan, ada kemungkinan, meski kecil, kapal naas itu ditabrak ikan paus.
Wakil Ketua Masyarakat Penyelamatan di Air dan Riset untuk Bertahan Hidup Jepang Jun Abe menyatakan, suhu dingin dan angin kencang dapat menyebabkan hipotermia bagi manusia. Hal itu membuat penumpang dan awak kapal sulit untuk bertahan hidup. ”Kondisinya bisa sangat parah (bagi para penumpang), terutama saat basah,” kata Abe kepada TBS.
Menurut situs laman operator wisata laut Jepang, tur kapal wisata memakan waktu sekitar 3 jam. Paket perjalanan pendek itu menawarkan pemandangan pantai barat Semenanjung Jepang yang indah. Di antaranya termasuk potensi penampakan sejumlah hewan, seperti paus, lumba-lumba, dan beruang coklat. Taman Nasional Shiretoko terdaftar sebagai situs Warisan Dunia UNESCO dan terkenal sebagai kawasan untuk melihat es yang hanyut di lautan. (AP/REUTERS)