Kebijakan The Fed Bayangi Musim Laporan Kinerja Perusahaan Global
Ada dua sentimen utama yang dinilai rawan menekan animo beli para investor dan pelaku pasar pekan ini, yakni ekspektasi kebijakan moneter yang lebih ketat di Amerika Serikat dan kondisi pandemi Covid-19 di China.
Oleh
ROBERTUS BENNY DWI KOESTANTO
·4 menit baca
Sejumlah sentimen yang cenderung negatif bagi pasar saham membayangi musim laporan keuangan perusahaan-perusahaan global pekan ini. Dua sentimen yang dianggap menekan animo beli para investor dan pelaku pasar adalah ekspektasi kebijakan moneter yang lebih ketat di Amerika Serikat dan kondisi pandemi Covid-19 di China.
Ekspektasi kebijakan moneter yang lebih ketat di AS telah meningkatkan imbal hasil surat utang US Treasury pada Senin (18/4/2022). Indeks-indeks saham AS bergerak lebih tinggi di awal perdagangan pada awal pekan. Indeks S&P 500 naik 0,2 persen, sementara Indeks Nasdaq 100 yang sarat saham-saham teknologi cenderung tidak berubah. Indeks dollar AS dan harga emas naik.
Imbal hasil US Treasury (UST) dilaporkan cenderung berfluktuasi. Ini menggambarkan penantian investor terhadap pidato pembuat kebijakan bank sentral AS, The Federal Reserved (The Fed), pekan ini.
Petunjuk baru dinantikan, apakah bank sentral akan menaikkan suku bunga setengah poin pada Mei mendatang untuk mengekang tekanan harga. Lonjakan biaya energi mencuatkan kekhawatiran soal inflasi lantaran harga gas alam AS melonjak ke level harian tertinggi dalam lebih dari 13 tahun.
Analis Samuel Sekuritas Indonesia, Fikri Permana, dalam analisa tertulisnya menyatakan bahwa semakin tingginya inflasi AS mendorong ekspektasi kenaikan Fed Rate dan normalisasi balance sheet lebih agresif. Hal ini terlihat dari probabilitas ekspektasi pasar akan kenaikan Fed Rate sebesar 50 basis poin (bps) pada 4 Mei, 15 Juni, dan 27 Juli mendatang.
Proyeksi tersebut turut menyebabkan imbal hasil UST dengan tenor 5, 10 dan 30 tahun naik 3,34 bps, 12,75 bps, dan 19,65 bps pada pekan lalu. Tren kenaikan imbal hasil UST itu dinilai turut mendorong kenaikan imbal hasil Surat Utang Negara (SUN) RI. Imbal hasil SUN dengan tenor 1, 2, 5, 10 dan 30 tahun naik 4,60 bps, 6,70 bps, 17,80 bps, 12,80 bps, dan 3,70 bps secara berturut-turut pada pekan lalu.
Di pasar saham AS, kinerja perusahaan-perusahaan menjadi perhatian pekan ini. Pada awal pekan ini Bank of America melaporkan laba triwulanan yang lebih baik dari perkiraan. Bank of America Corp adalah bank terbesar kedua di AS berdasarkan aset. Pertumbuhan yang kuat dalam bisnis pinjaman konsumen membantu meredam pukulan di bank itu dari perlambatan dalam kesepakatan bisnis baru.
Namun, respons beragam muncul di kalangan pelaku pasar atas kinerja perbankan di AS. Ini setelah bank-bank, seperti JPMorgan Chase & Co, Goldman Sachs Group Inc, dan Citigroup Inc, bersama-sama menyisihkan 3,36 miliar dollar AS sebagai cadangan kerugian kredit karena risiko dari perang Rusia-Ukraina dan meningkatnya inflasi.
”Pendapatan (bank) mungkin akan bagus, tetapi mengingat pengembalian pasar saham yang tinggi selama beberapa tahun, orang tidak lagi mencari yang baik, mereka mencari yang terbaik,” kata Rick Meckler, analis di Cherry Lane Investments di New Vernon, New Jersey.
Meckler menilai, tekanan di pasar modal belum akan akan hilang. Kombinasi kebijakan Fed, biaya energi yang sangat tinggi, dan masalah yang ditimbulkan oleh perang Rusia-Ukraina akan membayangi pasar selama beberapa pekan ke depan, kecuali ada beberapa resolusi terkait perang itu.
Secara keseluruhan, para analis memperkirakan, pertumbuhan pendapatan tahunan Indeks S&P 500 secara agregat mencapai 6,3 persen pada pekan lalu. Merujuk pada data Refinitiv, proyeksi itu kurang optimistis, di bawah angka proyeksi yang dikeluarkan awal tahun ini dengan proyeksi tumbuh 7,5 persen.
Perusahaan-perusahaan, termasuk Netflix, Tesla Johnson & Johnson, dan International Business Machines, akan melaporkan kinerja mereka pada pekan ini. Harga sejumlah saham unggulan, termasuk Apple Inc dan Microsoft Corp, turun tipis karena kenaikan imbal hasil UST 10 tahun yang mencapai level tertinggi sejak Desember 2018. Saham-saham teknologi telah terpukul harganya bulan ini karena The Fed diperkirakan menaikkan suku bunga acuannya beberapa kali tahun ini. Hal itu dapat mengikis pendapatan masa depan perusahaan.
Tesla Inc dilaporkan mulai bersiap untuk membuka kembali pabriknya di Shanghai, China. Ini setelah otoritas kota itu mempercepat upaya untuk dapat kembali normal setelah penguncian Covid-19 selama hampir tiga pekan. Data sebelumnya menunjukkan, ekonomi China melambat pada Maret meskipun angka pertumbuhan triwulan I-2022 lebih baik dari perkiraan. (AFP/REUTERS)