Antisipasi Ancaman China, Taiwan Terbitkan Panduan Hidup di Masa Perang
Buku panduan di masa perang setebal 28 halaman itu merinci cara-cara pertahanan diri warga. Misalnya, bagaimana menemukan tempat perlindungan bom melalui aplikasi telepon genggam dan menjaga persediaan air serta makanan.
Oleh
ROBERTUS BENNY DWI KOESTANTO
·4 menit baca
TAIPEI, SELASA — Untuk pertama kalinya militer Taiwan menerbitkan buku pegangan tentang pertahanan sipil, Selasa (12/4/2022), di tengah ancaman dari China. Buku itu memberikan panduan cara bertahan hidup warga dalam skenario perang. Taiwan melaporkan pesawat militer China telah memasuki Zona Identifikasi Pertahanan atau ADIZ Taiwan sebanyak sembilan kali sepanjang April tahun ini.
Buku panduan bagi warga Taiwan di masa perang setebal 28 halaman itu merinci cara-cara bertahan hidup saat pecah perang. Misalnya, bagaimana menemukan tempat perlindungan bom melalui aplikasi telepon genggam, menjaga persediaan air dan makanan, serta kiat untuk menyiapkan kotak pertolongan pertama atau dalam kondisi darurat.
Buku panduan itu juga menyertakan komik dan gambar berisi kiat-kiat untuk bertahan dari serangan militer, seperti bagaimana membedakan sirene serangan udara dan cara untuk berlindung dari serangan rudal. ”Kami memberikan informasi tentang bagaimana warga harus bereaksi dalam krisis militer dan kemungkinan bencana yang akan datang,” kata Liu Tai-yi, pejabat dari Badan Mobilisasi Pertahanan Taiwan, dalam konferensi pers secara daring di Taipei.
Liu menyatakan, buku panduan itu memungkinkan kesiapan keselamatan dan membantu warga Taiwan untuk bertahan hidup dalam keadaan darurat. Buku panduan itu diadaptasi dari buku panduan serupa yang dikeluarkan otoritas Swedia dan Jepang. Selanjutnya, buku panduan versi Taiwan itu akan diperbarui lebih lanjut dengan aneka informasi lokal, seperti tempat penampungan, rumah sakit, dan toko untuk kebutuhan sehari-hari.
Buku itu digagas dan disusun sejak beberapa waktu lalu. Invasi Rusia ke Ukraina pada pekan 24 Februari lalu mendorong penerbitan buku itu dengan segera. Apalagi, dalam beberapa waktu terakhir pesawat-pesawat China gencar masuk ke ADIZ Taiwan.
Partai Komunis China tidak pernah mengendalikan Taiwan yang memiliki pemerintahan sendiri. Namun, Beijing tetap memandang Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya dan berjanji suatu hari akan merebutnya, jika perlu dengan kekerasan. Ancaman-ancaman itu terasa makin kuat saat China berada di bawah pemerintahan Presiden Xi Jinping. Invasi Rusia ke Ukraina juga telah meningkatkan kekhawatiran suatu hari China mungkin akan menindaklanjuti ancamannya atas Taiwan.
Taiwan belum melaporkan adanya tanda-tanda invasi segera oleh China. Namun, Taipei terus meningkatkan kesiagaannya sejak awal perang di Ukraina yang disebut Moskwa sebagai ”operasi militer khusus” itu. Presiden Taiwan Tsai Ing-wen berulang kali bersumpah untuk mempertahankan Taiwan dan mengawasi program modernisasi untuk membuat pasukan militernya lebih kuat dan lebih sulit untuk diserang.
Selain rencana yang diumumkan tahun lalu untuk mereformasi pelatihan bagi pasukan cadangan, pemerintah juga membahas kemungkinan memperpanjang wajib militer bagi warga Taiwan.
Taiwan berupaya mempersenjatai wilayahnya secara besar-besaran, khususnya dalam mengantisipasi agresivitas China. Sebagai pulau pegunungan, Taiwan dinilai akan menjadi tantangan berat bagi militer mana pun untuk menaklukkannya. Taiwan tahun lalu meningkatkan pelatihan untuk pasukan cadangan dan meningkatkan pembelian peralatan militer, seperti jet dan rudal anti-kapal.
Soal perpanjangan wajib militer, perpanjangan wajib militer menjadi 12 bulan tengah dikaji. Saat ini semua pria yang memenuhi syarat harus menjalani pelatihan dasar militer selama empat bulan.
Tidak seperti Korea Selatan, Filipina, dan Jepang, Taiwan bukanlah sekutu yang diikat perjanjian dengan Amerika Serikat. Namun, Washington tetap menjadi pemasok senjata utama Taiwan dan mempertahankan kebijakan ”ambiguitas strategis” terhadap Taipei. Posisi itu membuat China berada dalam posisi menebak-nebak, sekiranya menginvasi Taiwan, apakah akan memicu respons dari Washington secara langsung.
Pada Senin (11/4/2022) dilaporkan, dua pesawat militer China memasuki ADIZ Taiwan. Kementerian Pertahanan Nasional Taiwan, seperti dikutip media Taiwan News, menyatakan, pesawat yang masuk ADIZ Taiwan adalah jet tempur Shenyang J-11. Pesawat itu terbang sebentar ke sudut barat daya ADIZ Taiwan. Sebagai respons, Taiwan mengirim pesawat militernya, mengeluarkan peringatan radio, dan mengerahkan sistem rudal pertahanan udara untuk memantau jet itu.
ADIZ adalah area yang melampaui wilayah udara suatu negara. Pengontrol lalu lintas udara meminta pesawat yang masuk untuk mengidentifikasi diri. Sepanjang April ini, Taipei melaporkan 21 pesawat militer China telah terlacak memasuki ADIZ Taiwan, termasuk 14 jet tempur, 5 pesawat pengintai, dan 2 helikopter. Sejak September 2020, China telah meningkatkan penggunaan taktik zona abu-abunya dengan secara rutin mengirim pesawat ke ADIZ Taiwan.
Laporan Kementerian Pertahanan Nasional Taiwan menunjukkan, sepanjang tahun lalu pesawat militer China yang memasuki ADIZ Taiwan sebanyak 961 kali selama 239 hari. Taktik zona abu-abu didefinisikan sebagai upaya atau serangkaian upaya guna mencapai tujuan keamanan seseorang atau pihak tidak secara langsung, tetapi dalam kekuatan cukup besar. (AFP/REUTERS)