Mesir tidak hanya menyimpan kisah kejayaan era Firaun. Negeri itu juga menyimpan beragam ”penanda” kebesaran era Yunani dan Romawi. Jejaknya banyak tertinggal di kota Aswan, kota yang berada di sisi selatan Mesir.
Oleh
Musthafa Abd. Rahman dari Kairo, Mesir
·5 menit baca
Sekitar pukul 14.30 hari Rabu (2/3/2022), pesawat Air Cairo yang sebagian besar berisi wisatawan lokal mendarat di Bandara Internasional Aswan (sekitar 900 kilometer di selatan kota Kairo). Kota Aswan merupakan kota paling selatan di Mesir, tak heran jika dikenal dengan sebutan Pintu Selatan Mesir.
Begitu keluar dari pintu pesawat, cuaca terasa hangat, kontras dengan cuaca kota Kairo yang masih dingin. Kota Aswan yang terletak di tepi timur Sungai Nil dan berpenduduk sekitar 900.000 jiwa memang dikenal sebagai tujuan wisata musim dingin di Mesir.
Warga Mesir dari wilayah utara negeri itu, seperti kota Kairo dan Alexandria, pada puncak musim dingin (bulan Desember, Januari, Februari, dan awal Maret) berbondong-bondong menuju kota Aswan untuk mencari udara berhawa hangat.
Aswan merupakan kota yang memiliki suhu paling panas di Mesir karena letaknya yang dekat dengan perbatasan Mesir-Sudan. Pada musim panas (Juni, Juli, dan Agustus), suhu udara di kota Aswan rata-rata mencapai 40 hingga 45 derajat celsius.
Begitu masuk bangunan utama Bandara Internasional Aswan, terlihat banyak tulisan ”Selamat Datang di Tanah Emas” di berbagai sudut bangunan bandara tersebut.
Kota Aswan disebut tanah emas karena kota tersebut diyakini menyimpan misteri dan kuburan para raja Nubia yang berkuasa ribuan tahun lalu di wilayah itu. Suku Nubia merupakan suku asli yang mendiami wilayah Aswan selama ribuan tahun sebelum bangsa Arab masuk wilayah tersebut pada abad ke-7 M.
Posisi kota Aswan dipandang strategis sejak era dinasti lama 2700-2200 SM yang membangun jaringan piramida di Mesir sampai era modern saat ini. Pada era dinasti lama itu, kota Aswan merupakan perbatasan selatan wilayah dinasti tersebut. Aswan dijadikan konsentrasi pasukan dinasti lama di perbatasan selatan untuk membendung serangan musuh dari arah selatan, sekaligus sebagai titik ekspansi dinasti lama ke arah selatan hingga ke wilayah Sudan.
Namun, kejayaan kota Aswan diraih pada era Yunani-Romawi, ditandai dengan banyaknya peninggalan monumental di Aswan dan sekitarnya. Peninggalan yang ikonik di antaranya Candi Philae, Candi Kom Ombo, dan Candi Edfu. Ikon lain adalah Bendungan Aswan, taman botani Aswan, dan kampung Nubia.
Siang itu, setelah selesai mengambil bagasi dan menumpang bus yang disediakan agen perjalanan, rombongan wisatawan langsung menuju Bendungan Aswan. Bendungan itu merupakan bendungan terbesar di Afrika, bahkan dunia.
Bendungan Aswan membentang sepanjang 4.000 meter dengan ketinggian sekitar 980 meter. Ibrahim (35), seorang pemandu wisata, dengan bersemangat menjelaskan nilai strategis Bendungan Aswan.
”Peresmian pembangunan Bendungan Aswan dilakukan oleh Presiden Mesir Gamal Abdel Nasser pada Januari 1960. Ide pembangunan Bendungan Aswan sudah muncul pascarevolusi Mesir tahun 1952 untuk melindungi desa-desa di sepanjang tepi Sungai Nil dari kebanjiran, sekaligus menampung air untuk pembangkit listrik,” kata Ibrahim menjelaskan.
Uni Soviet kala itu memberi bantuan dana pembangunan. ”Bagi Mesir, Bendungan Aswan, seperti halnya Sungai Nil, adalah nadi kehidupan. Bendungan Aswan yang menghentikan banjir di Mesir, yang membuat air hilang sia-sia. Bendungan Aswan mengatur aliran air untuk irigasi lahan pertanian di Mesir dan juga untuk pembangkit listrik sehingga daya listrik makin tinggi dan biaya listrik bisa lebih murah,” kata Ibrahim tentang bendungan yang pembangunannya rampung pada Januari 1971 itu.
Seusai mengunjungi Bendungan Aswan, rombongan kemudian menuju Candi Philae yang berada di pulau di tengah Sungai Nil. Para pelancong harus menggunakan perahu untuk menuju candi itu. Sejak memulai pelayaran, sosok kokoh dan elok Candi Philae telah terlihat.
Kekasih
Para wisatawan pun tak menyia-nyiakan pemandangan indah itu. Dari atas perahu, mereka mulai sibuk mengambil foto Candi Philae. Nama Philae sendiri diambil dari bahasa Yunani yang artinya kekasih yang dicintai.
”Candi Philae dibangun pada 3 abad sebelum Masehi. Candi ini dibangun untuk dipersembahkan kepada Dewa Isis. Candi Philae yang berada di Pulau Philae sempat kebanjiran dan tergenang luapan air Sungai Nil. Bangunan candi kemudian dipindah ke Pulau Agilika yang lebih tinggi dan hanya sekitar 500 meter dari tempat aslinya,” jelas Ibrahim.
Seusai mengunjungi Candi Philae, rombongan wisatawan menuju kapal Sultan Hassan di tepi Sungai Nil di pusat kota Aswan. Setelah bermalam di kapal tersebut, pada Kamis (3/3) pagi rombongan wisatawan mengunjungi taman Aswan yang berada di sebuah pulau di tengah Sungai Nil. Luasnya sekitar 6,8 hektar.
Untuk menuju ke taman botani Aswan, wisatawan harus menggunakan perahu motor. Dari kota Aswan dibutuhkan waktu 20 menit untuk mencapai taman botani itu.
Berada di taman botani Aswan terasa berada di tengah hutan lebat. ”Semua tanaman dari lima benua (Amerika, Eropa, Afrika, Asia, dan Australia) ada di sini. Pemerintah Mesir mengimpor jenis tanaman dari lima benua untuk ditanam di sini,” ujar Ibrahim.
Dari taman botani Aswan, dengan berperahu, para wisatawan menuju kampung Nubia yang juga berada di sebuah pulau di tengah Sungai Nil. Dari taman botani, dibutuhkan waktu 30 menit menuju Nubia. Di kampung itu, ada sebuah rumah sesepuh suku Nubia. Di rumah tersebut, para wisatawan disambut tarian khas Nubia dan disuguhi makanan khas Nubia.
Rumah-rumah di kampung Nubia tampak sangat sederhana. Berbeda dari warga Arab yang berkulit putih, warga suku Nubia berkulit sawo gelap. Selain menggunakan bahasa Arab, mereka juga menggunakan bahasa lokal Nubia.
Setelah mengunjungi kampung Nubia, para wisatawan kembali ke kapal Sultan Hassan untuk makan siang. Pada Kamis sore, kapal Sultan Hassan dengan membawa rombongan wisatawan meninggalkan kota Aswan menuju kota Luxor yang berjarak sekitar 238 kilometer.
Kom Ombo
Dalam perjalanan menuju Luxor, kapal Sultan Hassan singgah di Candi Kom Ombo yang berjarak sekitar 50 kilometer dari kota Aswan. Candi Kom Ombo yang terletak di tepi timur Sungai Nil termasuk obyek wisata terkenal di Provinsi Aswan.
Candi Kom Ombo dibangun pada era Romawi di Mesir oleh dinasti Ptolemaic pada 180-47 SM. Candi Kom Ombo dibangun untuk persembahan kepada Dewa Crocodile dan Dewa Haroeris. Peninggalan Mesir kuno memang dikenal sangat erat dengan kepercayaan keagamaan saat itu.
Selesai mengunjungi Kom Ombo, kapal Sultan Hassan bergerak menuju Candi Edfu yang terletak di kota Edfu di tepi barat Sungai Nil (sekitar 136 kilometer arah utara kota Aswan). Candi Edfu dibangun pada era Yunani-Romawi oleh dinasti Ptolemaic pada 237 SM. Candi Edfu dibangun untuk persembahan kepada Dewa Horus.
Seusai mengunjungi Edfu, kapal Sultan Hassan pun bergerak menuju Luxor.