Berniat Gabung Rusia, Luhansk Siap Gelar Referendum
Luhansk selangkah lagi akan bergabung dengan Rusia. Daerah yang telah memproklamasikan diri merdeka dari Ukraina itu akan menggelar referendum.
Oleh
ROBERTUS BENNY DWI KOESTANTO
·3 menit baca
KIEV, MINGGU – Luhansk, salah satu daerah di bagian Ukraina timur, akan menggelar referendum. Menanggapi hal itu, Ukraina akan melancarkan perang gerilya di daerah yang telah diduduki Rusia tersebut.
”Saya pikir dalam waktu dekat referendum akan diadakan di wilayah republik. Rakyat akan menggunakan hak konstitusional tertinggi mereka dan menyatakan pendapat mereka untuk bergabung dengan Federasi Rusia,” kata pemimpin Republik Rakyat Luhansk, Leonid Pasechnik, seperti dikutip media setempat, Minggu (27/3/2022).
Luhansk adalah satu wilayah di Ukraina timur dengan luas sekitar 26.000 kilometer persegi. Merujuk Geopolitical Futures, penduduknya dapat dibagi ke dalam empat kategori, yakni penutur Rusia (mayoritas), penutur Ukraina, penutur kedua bahasa, dan penutur Rusia yang menyebut diri mereka etnis Rusia.
Menurut sensus terbaru versi Pemerintah Ukraina per 2001, 52 persen populasi adalah Ukraina dan 44 persen adalah etnis Rusia. Namun, 77 persen warga mengatakan bahwa bahasa ibu mereka adalah bahasa Rusia.
Selama ini, ketegangan dan kekerasan terus berlangsung antara warga pro-Rusia dengan Pemerintah Ukraina. Bersama Donetsk, Luhansk menggelar referendum untuk menentukan "pemerintahan sendiri" pada 2014.
Kelompok separatis pro-Rusia di Donestk kala itu mengklaim hampir 90 persen suara mendukung posisi untuk memisahkan diri dari Ukraina. Kawasan industri di Ukraina, terutama yang berbahasa Rusia, lepas dari kendali Kiev pada 2014 dalam pertempuran selama beberapa tahun yang merenggut lebih dari 14.000 nyawa.
Kelompok pro-Rusia pada 27 April 2014 memproklamasikan Republik Rakyat Luhansk sebagai wilayah merdeka dari Pemerintah Ukraina. Situasi dan langkah serupa terjadi di Donestk, juga di Ukraina timur.
Pada 22 Februari 2022, Rusia mengakui Luhansk dan Donetsk sebagai wilayah yang merdeka dari Ukraina. Selanjutnya, Moskwa memerintahkan operasi penjaga perdamaian di kedua daerah itu. Lantas dua hari kemudian, Rusia melancarkan operasi militer khusus ke Ukraina guna menetralisasi kemampuan militer Ukraina.
Kepala intelijen militer Ukraina, Kyrylo Budanov, Minggu, di Kiev, menyatakan, Rusia berusaha untuk membagi Ukraina menjadi dua wilayah. Salah satunya untuk dikuasai Moskwa. Alasannya, Rusia gagal mengambil alih seluruh Ukraina.
Dalam pembicaraan dengan Ukraina sebelum menyerang Ukraina, Moskwa telah mendesak Kiev untuk mengakui kedaulatan Rusia atas Crimea dan kemerdekaan wilayah Donetsk dan Luhansk. Pernyataan Pasechnik soal referendum yang terbaru saat ini dinilai menandai perubahan posisi Rusia.
”Faktanya, ini adalah upaya untuk menciptakan Korea Utara dan Selatan di Ukraina,” kata Budanov dalam sebuah pernyataan. Ia mengatakan, Ukraina akan segera melancarkan perang gerilya di wilayah yang diduduki Rusia.
Juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia, Mayor Jenderal Igor Konashenkov, mengatakan, rudal jelajah yang diluncurkan Rusia dari udara menghantam depot bahan bakar dan pabrik pertahanan di Lviv, dekat perbatasan dengan Polandia sehari sebelumnya. Rudal juga diluncurkan dari laut menghancurkan sebuah depot dengan rudal pertahanan udara di Plesetske, tepat di sebelah barat ibu kota Kiev.