Kelabu di Langit China Seusai Jatuhnya Boeing 737-800 China Eastern Airlines
Meski perawatan lebih punya pengaruh pada keselamatan penerbangan, daripada usia pesawat, B737-800 CEA ini terbilang masih muda. Boeing mengirimnya ke China Eastern pada Juni 2015.
Oleh
HARYO DAMARDONO
·4 menit baca
Situs maskapai China Eastern menjadi kelabu saat dibuka, Selasa (22/3/2022). Hanya warna hitam dan putih yang digunakan oleh situs tersebut setelah jatuhnya Boeing 737-800 China Eastern, Senin (21/3/2022), di Guangxi Zhuang.
China Eastern (CEA) bukan sembarang maskapai. CEA merupakan satu dari tiga maskapai terbesar di China. Menurut data di situsnya, CEA mengoperasikan 730 pesawat. Sementara Associated Press melaporkan, CEA menerbangkan 600 unit pesawat—termasuk 109 unit Boeing 737-800.
Dengan usia yang lebih muda dari Garuda Indonesia—CEA didirikan pada Januari 1957—maskapai itu ternyata punya armada dan destinasi yang lebih banyak daripada Garuda. Pada masa kejayaannya, grup Garuda Indonesia hanya mengoperasikan 200-an pesawat, termasuk sekitar 50 pesawat yang dioperasikan oleh Citilink.
Sementara itu, sebagai bagian dari SkyTeam Alliance, CEA melebarkan sayapnya hingga 1.036 destinasi di 170 negara. Dalam beberapa tahun terakhir, CEA terus membuka rute-rute baru di sepanjang rute Prakarsa Sabuk dan Jalan. CEA pun seolah membangun Jalur Sutra di udara.
Selama ini, CEA berkomitmen menghadirkan layanan transportasi udara yang berkualitas. Reputasi baik juga ditorehkan CEA dengan mencatatkan rekor tanpa insiden setidaknya dalam 10 tahun terakhir.
Hingga Sabtu (19/2/2022), Badan Penerbangan Sipil China (CAAC) mencatat rekor keselamatan penerbangan tanpa henti hingga 100 juta jam. CAAC sempat menyatakan, itulah rekor terlama keselamatan penerbangan dalam sejarah penerbangan global.
Badan Penerbangan Sipil China (CAAC) mencatat rekor keselamatan penerbangan tanpa henti hingga 100 juta jam.
Menurut Aviation Safety Network, insiden penerbangan terakhir di China terjadi pada tahun 2010. Ketika itu, Embraer E-190 yang diterbangkan oleh Henan Airlines jatuh saat hendak mendarat di Bandara Yichun. Sebanyak 44 orang tewas dalam penerbangan yang mengangkut 96 orang itu. Media China saat itu cenderung menyalahkan pilot Henan Airlines.
Jatuhnya penerbangan MU5735 dari Kunming menuju Guangzhou akhirnya begitu mengejutkan. Sejauh ini, belum ada kabar baik dari 123 penumpang dan 9 awak pesawat Boeing 737-800 itu. Namun, badan pesawat ditemukan dalam kondisi hancur, bahkan insiden itu memicu kebakaran hutan di pegunungan tempat pesawat itu jatuh. Kelabu seolah menyelimuti langit China.
Setelah kejadian, sebuah video yang memperlihatkan pesawat yang sedang menukik secara vertikal tersebar melalui media sosial. Dalam video yang belum dapat dikonfirmasi kebenarannya oleh Reuters itu, pesawat terlihat menukik dengan kecepatan tinggi sebelum menghilang di balik pepohonan.
Namun, data dari FlightRadar24.com memperlihatkan skenario serupa. B737-800 itu pada pukul 06.20 GMT terbang dengan kecepatan 842 kilometer per jam pada ketinggian 29.000 kaki. Hanya dalam 2 menit dan 15 detik, B737-800 itu sudah di ketinggian 9.075 kaki dan 20 detik kemudian di ketinggian 3.225 kaki. Tak lama kemudian, B737-800 itu tidak mengirimkan data.
Apa yang terjadi dengan penerbangan MU 5735? Terlalu dini untuk menyimpulkan penyebab kecelakaan. Investigasi kecelakaan pesawat selalu melibatkan banyak pihak mulai dari maskapai, badan penerbangan sipil di sebuah negara, hingga manufaktur pesawat.
Mencegah kecelakaan
Kesimpulan dari sebuah insiden membutuhkan waktu berbulan-bulan hingga tahunan. Pendapat dari semua pihak pasti akan didengar oleh karena tujuan akhirnya bukan untuk mencari kesalahan, tetapi mencegah kecelakaan serupa terjadi di kemudian hari.
Dalam surat kepada pegawai Boeing, dikutip dari Reuters, CEO Boeing Dave Calhoun menekankan dukungan dari para ahli teknis Boeing untuk membantu investigasi B737-800 CEA.
Presiden China Xi Jinping juga telah menginstruksikan operasi penyelamatan secara all-out. Di sisi lain, juga memerintahkan investigasi secara serius untuk memastikan keselamatan penerbangan sipil.
Seluruh pesawat B737-800 CEA telah diinstruksikan untuk tidak terbang. Bagi negara seperti China, keputusan seperti itu takkan mungkin didebat. Hanya saja, terdapat data soal terdapat hampir 1.200 unit B737-800 di seluruh China. Apabila pelarangan terbang diberlakukan meluas bagi seluruh B737-800 di China, ada kekhawatiran kebijakan itu dapat mengganggu mobilitas domestik.
Walau daratan China, di sisi lain, juga dilayani oleh 37.900 kilometer jaringan rel kereta cepat. Dengan demikian, ketika ada gangguan layanan penerbangan, warga China dapat beralih menggunakan kereta cepat.
Meski perawatan lebih punya pengaruh pada keselamatan penerbangan, daripada usia pesawat, B737-800 CEA ini terbilang masih muda. Boeing mengirimnya ke China Eastern pada Juni 2015. Pesawat ini baru terbang sekitar enam tahun.
Pesawat yang jatuh juga telah dipastikan bukan Boeing 737 Max, sebuah varian B737 yang sempat diparkir di berbagai bandara selama hampir dua tahun. Insiden dua unit B737 Max, yakni Lion Air 610 dan Ethiopian Airlines 302, yang menyebabkan investigasi menyeluruh terhadap Boeing.
Apakah kali ini Boeing yang kembali bernasib tidak baik? Ataukah, China Eastern Airlines?
Sekali lagi, belum ada seorang pun yang tahu pasti soal penyebab kecelakaan sebelum ada investigasi menyeluruh. Hanya saja, dari data kita tahu betapa B737-800 ini tergolong pesawat yang laris manis oleh karena telah terjual lebih dari 5.100 unit. (AP/REUTERS)