Rusia Kepung Kota Tempat WNI Tertahan
Pasukan Rusia kian merangsek ke kota-kota di Ukraina. Rusia juga melaporkan adanya dugaan laboratorium senjata biologi di negara itu.
CHERNIHIV, SABTU - Memasuki serangan hari ke-17, Sabtu (12/3/2022), pasukan Rusia semakin mengepung kota-kota di Ukraina. Salah satunya adalah Chernihiv, kota tempat sembilan warga Indonesia masih tertahan.
”Tidak ada listrik di Chernihiv dan hampir tidak ada pasokan gas, air, dan pemanas. Kami mencoba memulihkan pasokan listrik hari ini,” kata Kepala Pemerintahan Chernihiv Viacheslav Chaus, sebagaimana dikutip kantor berita Ukraina, Ukrinform.
Seperti dinyatakan Kementerian Luar Negeri RI, ada 9 WNI masih tertahan di Chernihiv dan 4 WNI lagi di Lviv. Pada Sabtu dini hari, roket dan rudal Rusia dilaporkan mulai mencapai Lviv. Sementara Chernihiv telah dihantam roket dan rudal Rusia selama hampir dua minggu terakhir.
Baca juga Evakuasi WNI di Ukraina Terkendala Pelanggaran Gencatan Senjata
Chernihiv praktis terkepung pasukan Rusia di hampir semua penjuru. Hanya tersedia satu jalan ke selatan yang menghubungkan kota itu dengan Kiev.
Dalam citra satelit, yang antara lain disiarkan Maxar Technologies, pasukan Rusia telah mengepung Kiev dalam jarak paling tidak 25 kilometer dari pusat kota. Dengan membandingkan citra satelit yang direkam pada hari-hari sebelumnya, terlihat pasukan Rusia yang kini mengepung Kiev telah mendapat lebih banyak pasokan dan kendaraan tempur.
Tidak hanya mengepung, Rusia juga terus menembakkan rudal dan roketnya. Dampaknya, pangkalan udara, gudang senjata, dan depo bahan bakar di distrik Vasylkiv, salah satu wilayah Kiev, hancur.
Di distrik Brovary, wilayah lain di Kiev, kantor kendali komunikasi intelijen militer Ukraina dan gudang makanan beku telah luluh lantak oleh rudal Rusia. Kiev dan Moskwa sama-sama mengakui kehancuran kantor kendali itu. Rusia juga menghancurkan pangkalan udara di Ivano-Frankivsk, Kanatovo, dan Lustk.
Baca juga : Ulang Strategi di Suriah-Chechnya, Militer Rusia Hanguskan Kota-kota Ukraina
Juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia, Mayor Jenderal Igor Konashenkov, berkeras, tentara Rusia hanya menyasar obyek militer. Kementerian Pertahanan Rusia mengklaim, sejauh ini pasukan Rusia telah menghancurkan 3.491 obyek militer. Itu antara lain mencakup 123 pesawat nirawak, 1.127 tank dan kendaraan tempur lapis baja, 115 peluncur roket, 423 meriam, dan hampir 1.000 kendaraan tempur lainnya.
Pesawat yang dihancurkan Rusia termasuk Bayraktar TB-2 buatan Turki. Pada September 2021 dilaporkan, Ukraina punya 12 Bayraktar TB-2 dan mau membeli 24 unit lagi. Dalam pernyataan pada Sabtu (12/3) pagi, Konashenkov secara khusus mengungkap dua Bayraktar TB-2 pada Jumat.
Sebaliknya, Kiev menyiarkan foto dan cuplikan video sejumlah kendaraan perang Rusia hancur oleh rudal dari Bayraktar TB-2. Kiev mengklaim telah menjatuhkan 58 pesawat dan menghancurkan 362 tank Rusia dalam perang yang berlangsung per 24 Februari itu.
Dari New York dilaporkan, Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-bangsa menggelar sidang darurat pada Jumat malam atas permintaan Moskwa. Sidang itu membahas dugaan laboratorium senjata biologi di Ukraina. Sidang digelar sehari setelah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menganjurkan Kiev mengancurkan contoh kuman dan virus yang disimpan di berbagai laboratorium di Ukraina. Penghancuran itu untuk mencegah contoh patogen itu keluar dari tempat penyimpanan dan memicu penyakit.
Pada 26 Februari 2022, jurnalis Bulgaria Dilyana Gaytandzhieva mengunggah sejumlah dokumen yang diunduhnya dari laman Kedutaan Besar AS di Kiev. Tautan ke dokumen itu menghilang beberapa hari sebelum bisa diakses lagi dengan sejumlah perbaikan atas dokumen-dokumen tersebut.
Dalam dokumen-dokumen itu terlihat data 12 laboratorium biologi Ukraina didanai oleh AS.
Dalam dokumen-dokumen itu terlihat data 12 laboratorium biologi Ukraina didanai oleh AS. Program itu didanai Kantor Pengurangan Ancaman Pertahanan (DTRO). AS membentuk DTRO untuk melanjutkan Manhattan Project, program yang menghasilkan bom atom untuk menghancurkan Hiroshima dan Nagasaki.
Dalam dengar pendapat di Senat AS pada Selasa (8/3), Wakil Menteri Luar Negeri AS bidang Politik, Victoria Nuland, mengakui keberadaan laboratorium itu. Ia mengaku khawatir laboratorium itu dikuasai Rusia.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menyanggah ada pengembangan senjata biologi dan kimia di negaranya.
Pada Kamis (10/3), Menlu Rusia Sergey Lavrov menyebut ada 30 laboratorium senjata kimia dan biologi di Ukraina. Laboratorium itu disebut melanggar Konvensi Senjata Kimia dan Biologi yang telah diratifikasi Ukraina. Ia dan Wakil Rusia di PBB Vassily Nebenzia serta Wakil Tetap China di PBB Zhang Jun menuntut penjelasan terperinci soal laboratorium itu. Sementara Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menyanggah ada pengembangan senjata biologi dan kimia di negaranya.
Dalam sidang DK PBB, Kepala Kantor Perlucutan Senjata PBB Izumi Nakamitsu mengaku tidak tahu soal laboratorium itu. Ia menekankan, seluruh senjata kimia dan biologi dilarang sejak 1975.
Masalah lain yang disoroti Rusia adalah pasokan rudal panggul dari AS dan sekutunya untuk Ukraina. Selama beberapa tahun terakhir, AS dan sekutunya memasok berbagai jenis rudal panggul untuk antipesawat. “Ancaman jangka panjang bagi pesawat sipil di seluruh Eropa dan kawasan lain,” kata Konashenkov sebagaimana dikutip kantor berita Rusia, Ria Novosti dan TASS.
Ia menyoroti fakta, yang juga diumumkan Kiev serta dilaporkan berbagai media Ukraina, berbagai rudal antipesawat didistribusikan kepada berbagai kelompok milisi di luar tentara reguler Ukraina.
Baca juga Serbia: NATO Abaikan Ukraina
Sejumlah pejabat pertahanan AS yang menolak diungkap identitasnya mengakui ada kekhawatiran rudal-rudal itu mengalir ke luar Ukraina. Sebab, tidak diketahui bagaimana Ukraina mengendalikan distribusi dan memantau rudal-rudal itu.
Dalam kajian Departemen Pertahanan AS pada 2019, 60 pesawat sipil dihantam rudal panggul yang dikuasai kelompok bersenjata. Pentagon menyebut, paling tidak ada 57 kelompok bersenjata di berbagai negara punya rudal panggul antipesawat. Sebagian rudal itu berasal dari pasokan AS kepada Mujahidin Afghanistan selama perang melawan Uni Soviet.
Dalam rapat pada Jumat (10/3), Presiden Rusia Vladimir Putin dilaporkan setuju dengan usulan penyegatan kiriman rudal panggul AS dan sekutunya untuk Ukraina. Selanjutnya, rudal panggul antipesawat dan antitank itu dapat diberikan kepada milisi Republik Rakyat Donetsk dan Republik Rakyat Luhanks, dua wilayah yang memisahkan diri dari Ukraina dan kedaulatannya diakui hanya oleh Rusia. (AFP/REUTERS/RAZ)