India Akui Teledor Tak Sengaja Tembakkan Rudal ke Pakistan
India mengakui telah menembakkan sebuah rudal ke Pakistan, tetapi insiden itu akibat keteledoran yang tidak sengaja. New Delhi menyatakan penyesalan mendalam. Pakistan memanggil kuasa usaha India dan mengajukan protes.
Oleh
MUHAMMAD SAMSUL HADI
·5 menit baca
NEW DELHI, SABTU — India mengakui telah bertindak teledor dengan tanpa disengaja menembakkan sebuah rudal ke Pakistan pekan ini. Insiden itu terjadi akibat ”malafungsi teknis” dalam pemeliharaan rutin. Penjelasan versi New Delhi ini disampaikan setelah Pakistan mengajukan protes dengan memanggil kuasa usaha India di Islamabad.
”Pada 9 Maret 2022, selama berlangsung pemeriksaan rutin, terjadi malafungsi teknis yang berakibat pada penembakan rudal secara tanpa disengaja,” kata Kementerian Pertahanan India melalui pernyataan sepanjang tiga paragraf, Jumat (11/3/2022) malam. ”Diketahui, rudal itu jatuh di area Pakistan.”
”Sementara insiden itu sangat disesalkan terjadi, cukup melegakan bahwa tidak ada korban jiwa yang ditimbulkan oleh insiden tersebut.”
Kementerian Pertahanan India menambahkan, Pemerintah India ”mempertimbangkan serius (insiden tersebut) dan memerintahkan penyelidikan tingkat tinggi”.
Sejumlah pejabat Pakistan mengungkapkan, rudal tersebut tanpa hulu ledak dan jatuh di dekat kota Mian Channu, Pakistan timur, sekitar 500 kilometer dari Islamabad. Menurut salah satu pejabat, rudal itu diperkirakan berupa rudal BrahMos. Rudal ini mampu untuk membawa hulu ledak nuklir, rudal jelajah serangan darat yang dikembangkan bersama-sama oleh Rusia dan India.
Berdasarkan Asosiasi Pengendalian Senjata di Amerika Serikat, jarak jelajah rudal tersebut diperkirakan antara 300 hingga 500 kilometer. Dengan daya jelajah itu, rudal tersebut mampu menjangkau Islamabad jika ditembakkan dari pangkalan peluncur di India utara.
Dalam konferensi pers, Kamis malam, seorang juru bicara militer Pakistan mengatakan, ”sebuah benda terbang dalam kecepatan tinggi” dari kota Sirsa, India utara, telah jatuh di Pakistan timur. ”Jalur peluncuran benda tersebut mengancam keselamatan banyak penumpang penerbangan nasional dan internasional di wilayah udara India maupun Pakistan serta keselamatan manusia dan benda-benda di daratan,” katanya.
Seorang pejabat Angkatan Udara Pakistan menyebutkan, benda tersebut terbang sejauh 124 kilometer di wilayah udara Pakistan pada ketinggian 40.000 kaki dan tiga kali lebih cepat daripada kecepatan suara.
Pejabat Pakistan lainnya khawatir, insiden itu memperlihatkan bahwa India memiliki ”rudal-rudal dalam posisi siap ditembakkan dan mengarah ke Pakistan, serta tanpa pengawasan komando dan sistem kontrol”.
Panggil diplomat India
Terkait insiden tersebut, Kementerian Luar Negeri Pakistan memanggil kuasa usaha India di Islamabad untuk menyampaikan protes. Islamabad menyebut insiden tersebut sebagai pelanggaran yang tidak beralasan atas wilayah udaranya. Insiden itu, lanjut Islamabad, mengancam keselamatan penumpang penerbangan sipil dan kehidupan warga sipil.
Pakistan memperingatkan India ”untuk berhati-hati atas konsekuensi yang tidak mengenakkan atas keteledoran seperti itu dan agar mengambil langkah-langkah yang efektif guna menghindarkan terjadinya pelanggaran-pelanggaran semacamnya di masa depan.”
Setelah India memberikan penjelasan dan pengakuan terkait insiden tersebut, Penasihat Keamanan Nasional Pakistan Moeed Yusuf menyebut New Delhi ”sangat tidak bertanggung jawab” karena tidak segera memberi tahu Islamabad langsung setelah insiden peluncuran tanpa sengaja itu terjadi. ”Peristiwa sebenarnya seputar insiden ini juga harus diselidiki untuk memastikan apakah peluncuran rudal itu tanpa disengaja atau memang dengan unsur kesengajaan,” ujar Yusuf.
Insiden-insiden seperti tersebut di atas telah diperingatkan sebelumnya oleh para ahli militer, yakni kemungkinan terjadi insiden akibat kesalahan kalkulasi oleh dua negara nuklir, seperti India dan Pakistan. Kedua negara ini telah mengalami tiga kali perang setelah kedua negara merdeka dari Inggris tahun 1947 dan terlibat dalam sejumlah konflik bersenjata, biasanya terkait dengan masalah sengketa atas wilayah Kashmir.
India dan Pakistan sama-sama mengerahkan pasukan dalam kekuatan besar di perbatasan masing-masing. Tidak terhindarkan, kadang-kadang terjadi gesekan di antara mereka. Ketegangan yang terjadi antara dua negara berkekuatan nuklir itu beberapa kali mencuatkan kekhawatiran soal penggunaan senjata nuklir.
India menempatkan lebih dari 500.000 tentara di wilayah Kashmir yang mereka kuasai. Di wilayah itu kelompok-kelompok bersenjata melancarkan perlawanan, menuntut kemerdekaan wilayah atau bergabung dengan Pakistan. New Delhi menuding Islamabad mendukung kelompok-kelompok perlawanan bersenjata itu. Islamabad membantah tudingan tersebut.
Pada tahun 2019, pesawat tempur India mengebom sasaran, yang disebut oleh New Delhi sebagai kamp pelatihan teroris di wilayah Pakistan. Aksi tersebut dilancarkan India setelah insiden bom bunuh diri yang diklaim oleh kelompok militan di Pakistan dan menewaskan 40 tentara India.
Pada insiden berikutnya di Kashmir, sedikitnya satu jet India ditembak jatuh, pilotnya ditangkap Pakistan. Kala itu, pemerintahan Perdana Menteri Imran Khan melepas pilot India tersebut sebagai ”gestur damai”.
Mitigasi risiko
Dalam beberapa bulan terakhir, ketegangan di antara dua negara bertetangga itu mereda. Insiden keteledoran penembakan rudal, yang disebut India sebagai ”ketidaksengajaan” itu, mencuatkan pertanyaan seputar mekanisme keselamatan.
Ayesha Siddiqa, pakar militer dan Asia Selatan, menulis dalam akun Twitter-nya bahwa ”India-Pakistan harus membahas bersama soal mitigasi risiko”. ”Kedua negara tetap yakin pada pengendalian senjata-senjata nuklir, tetapi bagaimana andai insiden-insiden seperti itu terjadi lagi dan dengan konsekuensi yang lebih serius?” cuit Siddiqa.
Salah seorang pejabat senior keamanan Pakistan yang tidak mau disebutkan namanya kepada kantor berita Reuters mengatakan, insiden tersebut menyalakan alarm dan bisa bereskalasi pada ”situasi yang berbahaya”. ”Pengakuan bahwa itu sebuah rudal adalah sikap yang sangat acuh tidak acuh,” kata pejabat senior Pakistan tersebut.
”Apa yang mau dikatakan tentang mekanisme keselamatan mereka dan tentang kemampuan teknis mereka atas senjata-senjata yang sangat berbahaya? Komunitas internasional perlu mencermati lebih dekat (insiden) ini.”
Happymon Jacob, profesor hubungan internasional pada Jawaharlal Nehru University di New Delhi, mengatakan, kedua pihak telah menangani situasi ini dengan baik. ”Hal ini memberi harapan besar bahwa dua negara pemilik senjata nuklir mampu mengatasi insiden rudal tersebut dengan cara yang matang,” cuitnya melalui Twitter.
”New Delhi seharusnya membayar kompensasi atas rumah di Pakistan yang hancur (akibat rudal itu),” lanjut Jacob. (AFP/REUTERS)