Upaya Menghentikan Perang Rusia-Ukraina Belum Berbuah Hasil
Selain Perancis yang menjaga jalur komunikasi Rusia dengan Barat, Turki dan Israel mengajukan diri untuk memediasi Ukraina dan Rusia. Namun, mengubah sikap Putin tak akan semudah membalikkan telapak tangan.
ISTANBUL, SENIN — Upaya diplomasi berbagai pihak untuk membuka pintu dialog dan menghentikan agresi militer Rusia ke Ukraina terus diupayakan. Presiden Rusia Vladimir Putin masih bergeming.
Selain Presiden Perancis Emmanuel Macron yang bertugas menjaga jalur komunikasi negara-negara Barat dengan Putin, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan juga dikenal dekat dengan mantan dengan agen intelijen Rusia itu.
Juru bicara Kepresidenan Turki, Ibrahim Kalin, Minggu (6/3/2022), mengatakan, Erdogan meminta Putin untuk membuka kesempatan bagi kemungkinan gencatan senjata, menghentikan pertempuran, dan membantu menyiapkan koridor yang diperlukan untuk evakuasi warga sipil serta pengiriman bantuan. Selain itu, Turki juga menawarkan diri untuk menjadi mediator dan tuan rumah perundingan damai.
”Kami fokus pada langkah-langkah yang dapat dilakukan di sini untuk membawa kedua pihak ke meja perundingan dan untuk meyakinkan Rusia (agar menghentikan agresinya),” kata Kalin. Dia juga mengatakan, Pemerintah Turki adalah mitra yang dapat diajak bicara oleh Rusia.
Baca juga: Koridor Kemanusiaan Sulit Terwujud, Jutaan Warga Ukraina Terkepung Perang
Turki adalah anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), organisasi yang bersitegang dengan Rusia selama beberapa bulan terakhir dan berujung pada agresi militer Rusia ke Ukraina. Turki, anak bandel di NATO, memiliki kedekatan dengan Rusia, termasuk berbagi perbatasan laut dengan Ukraina dan Rusia di Laut Hitam.
Meski tergabung dengan NATO, Turki juga menjalin kerja sama pertahanan dengan Rusia, terutama dalam penggunaan sistem pertahanan udara militer ”Negeri Beruang Merah”. Ini berujung pada kemarahan Amerika Serikat dan negara-negara Barat lainnya. Namun, di sisi lain, Turki yang memiliki industri pertahanan sendiri menjual pesawat nirawak (UAV) ke Ukraina dan membuat berang Moskwa. Beberapa kebijakan Turki juga bertentangan dengan Moskwa, seperti di Suriah, Libya, hingga aneksasi Crimea tahun 2014.
Posisi Turki cukup unik dalam krisis ini karena Ankara menegaskan penentangan terhadap sanksi Barat atas Rusia. Walau begitu, Ankara juga menyatakan bahwa agresi militer Rusia terhadap Ukraina tidak dapat diterima. Kalin mengatakan, mengubah sikap Putin tidak akan semudah membalikkan telapak tangan. Tidak akan mudah dalam satu kali pembicaraan, perdamaian bisa diraih dan perang bisa dihentikan. Upaya itu harus dilakukan secara kontinu dan bersama-sama.
Baca juga: Zelenskyy Kecewa untuk Kedua Kalinya pada NATO
Kalin mengatakan, para pihak, termasuk Turki, harus menjaga kepercayaan Rusia agar upaya untuk menghentikan perang bisa berhasil. ”Jika tidak, tidak mungkin seluruh wilayah, termasuk Rusia dan Ukraina, lolos dari kehancuran ini,” kata Kalin.
Pada saat yang sama, Kalin menegaskan kembali sikap Ankara yang tidak akan mengikuti jejak sekutu Barat untuk menjatuhkan sanksi terhadap Rusia. ”Kami tidak memiliki rencana untuk sanksi sekarang. Kami tidak ingin didorong ke posisi di mana kami menjadi pihak dalam perang. Kami harus dapat berbicara dengan kedua belah pihak,” kata Kalin.
Ankara ingin mempertemukan Menteri Luar Negeri Ukraina dan Rusia untuk pembicaraan di forum diplomasi minggu depan di Turki selatan. Baik Ukraina maupun Rusia telah menyuarakan keterbukaan untuk pembicaraan semacam itu.
Upaya Erdogan meminta agar agresi militer Rusia diakhiri belum membuahkan hasil. Dikutip dari laman kantor berita TASS, Putin mengatakan bahwa Rusia mau menghentikan agresinya di Ukraina jika Kiev menghentikan aksi militer mereka dan memenuhi tuntutan Moskwa.
Lihat juga: Rekaman Lensa Sepekan Serangan Rusia ke Ukraina
Dalam pernyatan yang dikeluarkan setelah hubungan telepon dengan Erdogan, Putin mengatakan bahwa operasi militer khusus berjalan sesuai dengan rencana dan akan terus berjalan sesuai jadwal. Putin juga mengatakan, militer Rusia akan menjamin keamanan warga sipil dengan serangan yang terukur dan terarah, yang ditujukan utamanya pada fasilitas militer.
Walau bergeming, Putin mengonfirmasi dalam pernyataan kesiapan Kremlin untuk berdialog dengan pihak berwenang Ukraina dan mitra asing dalam penyelesaian konflik. Kremlin berharap perwakilan Ukraina memperlihatkan pendekatan baru yang lebih konstruktif.
Safari Blinken
Pemerintah AS menyatakan akan memberi dukungan bagi Moldova yang saat ini kedatangan sekitar 120.000 pengungsi asal Ukraina. Bersama dengan Pemerintah Moldova, AS akan menyaksikan pergerakan sekitar 1.500 tentara Rusia yang saat ini ditempatkan di negara tersebut.
Rusia memiliki sekitar 1.500 tentara di Moldova, yang ditempatkan di wilayah Transnistria yang disengketakan.
Presiden Moldova Maia Sandu mengatakan, wilayah tersebut adalah subyek dengan tingkat kerentanan yang tinggi. Sejauh ini Pemerintah Moldova belum melihat indikasi perubahan postur pasukan Rusia yang ada di Transnistria.
Baca juga: Media Ikut Jadi Sasaran Tekanan Putin
”Di wilayah ini sekarang tidak ada kemungkinan bagi kami untuk merasa aman,” kata Sandu.
Meski netral secara militer dan tidak memiliki rencana untuk mencoba menjadi anggota NATO, Moldova secara resmi mendaftar untuk bergabung dengan Uni Eropa tiga hari lalu. Perdana Menteri Moldova Natalia Gavrilita mengatakan, situasi di lingkungan sekitar Moldova tidak pernah mereka hadapi sebelumnya dan menjadi salah satu faktor yang mendorong percepatan bergabung dengan Uni Eropa. ”Kami percaya ini agenda untuk mengubah Moldova menjadi negara Eropa modern yang makmur berdasarkan nilai-nilai fundamental hak asasi manusia dan supremasi hukum,” kata Gavrilita.
Menlu AS Antony Blinken memuji aspirasi Moldova dan mengatakan Moldova dapat mengandalkan dukungan AS.
Departemen Luar Negeri AS menyebut, Blinken akan melakukan pertemuan dengan sejumlah pejabat penting, termasuk Menlu Israel Yair Lapid di Latvia, Senin (7/3/2022). Israel membuka jalur komunikasi dengan Rusia setelah pada Minggu (6/3/2022), Perdana Menteri Israel Naftali Bennet berkunjung ke Kremlin dan bertemu langsung dengan Putin. Bennett telah berbicara di telepon beberapa kali dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, Minggu pagi. Blinken akan bertemu dengan Presiden Perancis Emmanuel Macron di Paris pada Selasa (8/3/2022) malam. (AP/Reuters)